Latest News

Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts
Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts

Wednesday, March 3, 2021

KISAH MISIONARIS YANG MENGALAMI KEPAHITAN TERHADAP TUHAN

KISAH MISIONARIS YANG MENGALAMI KEPAHITAN TERHADAP TUHAN
Sharing Kisah
Pada tahun 1921, dua pasang suami istri dari Stockholm (Swedia), menjawab panggilan Tuhan untuk melayani misi penginjilan di Afrika.
Kedua pasang suami istri ini menyerahkan hidupnya untuk mengabarkan Injil dalam suatu kebaktian pengutusan Injil. Mereka terbeban untuk melayani negara Belgian Kongo, yang sekarang bernama Zaire.
Mereka adalah David Flood & isterinya Svea, serta Joel Erickson & isterinya Bertha.
Setelah tiba di Zaire, mereka melapor ke kantor Misi setempat. Lalu dengan menggunakan parang, mereka membuka jalan melalui hutan pedalaman yang dipenuhi nyamuk malaria. David dan Svea membawa anaknya David Jr. yang masih berumur 2 tahun. Dalam perjalanan, David Jr. terkena penyakit malaria.
Namun mereka pantang menyerah dan rela mati untuk Pekerjaan Injil. Tiba di tengah hutan, mereka menemukan sebuah desa di pedalaman. Namun penduduk desa ini tidak mengijinkan mereka memasuki desanya. "Tak boleh ada orang kulit putih yang boleh masuk ke desa. Dewa-dewa kami akan marah," demikian kata penduduk desa itu.
Di desa N'dolera itu mereka ditentang habis oleh kepala suku yang khawatir kehadiran orang-orang putih ini membuat dewa-dewa setempat murka. Jadi didirikan sebuah pondok dari lumpur, kira-kira 750 meter di luar desa.
Karena tidak menemukan desa lain, mereka akhirnya terpaksa tinggal di hutan dekat desa tersebut. Setelah beberapa bulan tinggal di tempat itu, mereka menderita kesepian dan kekurangan gizi. Selain itu, mereka juga jarang mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan penduduk desa. Setelah enam bulan berlalu, keluarga Erickson memutuskan untuk kembali ke kantor misi.
Namun keluarga Flood memilih untuk tetap tinggal, apalagi karena saat itu Svea baru hamil dan sedang menderita malaria yang cukup buruk. Di samping itu David juga menginginkan agar anaknya lahir di Afrika dan ia sudah bertekad untuk memberikan hidupnya untuk melayani di tempat tersebut.
Selama beberapa bulan Svea mencoba bertahan melawan demamnya yang semakin memburuk. Namun di tengah keadaan seperti itu ia masih menyediakan waktunya untuk melakukan bimbingan rohani kepada seorang anak kecil penduduk asli dari desa tersebut.
Anak kecil itulah satu-satuya kontak dengan penduduk lokal yang diijinkan menjual telur dan daging ayam seminggu dua kali, dan kemudian disambut dengan senang hati, dibimbing kepada Kristus.
Dapat dikatakan anak kecil itu adalah satu-satunya hasil pelayanan Injil melalui keluarga Flood ini. Saat Svea melayaninya, anak kecil ini hanya tersenyum kepadanya. Penyakit malaria yang diderita Svea semakin memburuk sampai ia hanya bisa berbaring saja. Tapi bersyukur bayi perempuannya berhasil lahir dengan selamat tidak kurang suatu apa.
Namun Svea tidak mampu bertahan. Seminggu kemudian keadaannya sangat buruk dan menjelang kepergiannya, ia berbisik kepada David, "Berikan nama Aina pada anak kita," lalu ia meninggal.
David amat sangat terpukul dengan kematian istrinya. Ia membuat peti mati buat Svea, lalu menguburkannya. Saat dia berdiri di samping kuburan, ia memandang pada anak laki-lakinya sambil mendengar tangis bayi perempuannya dari dalam gubuk yang terbuat dari lumpur. Timbul kekecewaan yang sangat dalam di hatinya.
Dengan emosi yang tidak terkontrol David berseru:
"Tuhan, mengapa Kau ijinkan hal ini terjadi? Bukankah kami datang kemari untuk memberikan hidup kami dan melayani Engkau?! Istriku yang cantik dan pandai, sekarang telah tiada. Anak sulungku kini baru berumur 3 tahun dan nyaris tidak terurus, apalagi si kecil yang baru lahir. Setahun lebih kami ada di hutan ini dan kami hanya memenangkan seorang anak kecil yang bahkan mungkin belum cukup memahami berita Injil yang kami ceritakan. Kau telah mengecewakan aku, Tuhan. Betapa sia-sianya hidupku!"
Kemudian David kembali ke kantor misi Afrika. Saat itu David bertemu lagi dengan keluarga Erickson. David berteriak dengan penuh kejengkelan:
"Saya akan kembali ke Swedia! Saya tidak mampu lagi mengurus anak ini. Saya ingin titipkan bayi perempuanku kepadamu."
Kemudian David memberikan Aina kepada keluarga Erickson untuk dibesarkan. Sepanjang perjalanan ke Stockholm, David Flood berdiri di atas dek kapal. Ia merasa sangat kesal kepada Tuhan. Ia menceritakan kepada semua orang tentang pengalaman pahitnya, bahwa ia telah mengorbankan segalanya tetapi berakhir dengan kekecewaan. Ia yakin bahwa ia sudah berlaku setia tetapi Tuhan membalas hal itu dengan cara tidak mempedulikannya.
Setelah tiba di Stockholm, David Flood memutuskan untuk memulai usaha di bidang import. Ia mengingatkan semua orang untuk tidak menyebut nama Tuhan didepannya. Jika mereka melakukan itu, segera ia naik pitam dan marah. David akhirnya terjatuh pada kebiasaan minum-minuman keras.
Tidak lama setelah David Flood meninggalkan Afrika, pasangan suami-istri Erickson yang merawat Aina meninggal karena diracun oleh kepala suku dari daerah dimana mereka layani.
Selanjutnya si kecil Aina diasuh oleh Arthur & Anna Berg. Keluarga ini membawa Aina ke sebuah desa yang bernama Masisi, Utara Kongo. Di sana Aina dipanggil "Aggie". Si kecil Aggie segera belajar bahasa Swahili dan bermain dengan anak-anak Kongo.
Pada saat-saat sendirian si Aggie sering bermain dengan khayalan. Ia sering membayangkan bahwa ia memiliki empat saudara laki-laki dan satu saudara perempuan, dan ia memberi nama kepada masing-masing saudara khayalannya.
Kadang-kadang ia menyediakan meja untuk bercakap-cakap dengan saudara khayalannya. Dalam khayalannya ia melihat bahwa saudara perempuannya selalu memandang dirinya. Keluarga Berg akhirnya kembali ke Amerika dan menetap di Minneapolis.
Saat Aggie beranjak dewasa ia mendapat kiriman majalah Kristen dengan berbahasa Swedia di kotak suratnya. Saat ia melihat sebuah halaman di majalah tersebut ia  terhenti  kaget karena foto-foto yang ada di majalah tersebut. Ada sebuah kuburan primitif dengan salib putih dan di salib tertulis nama Svea Flood. Aggie pun spontan beranjak ke mobilnya dan pergi menemui seseorang yang bisa menerjemahkan artikel berbahasa Swedia tersebut.
Kemudian penerjemah itu membacakan dengan ringkas bahwa dulu ada pasangan suami isteri misionaris yang datang ke Afrika yang memperkenalkan Yesus kepada seorang bocah laki-laki. Suami isteri ini dikaruniai seorang anak perempuan tapi ibunya meninggal dunia setelah beberapa hari. Namun melalui anak kecil yang pernah dibimbing Svea Flood, Tuhan telah menyelamatkan 600 orang Zaire. Ketika si bocah tersebut beranjak dewasa ia mendirikan sekolah di desanya tersebut dan oleh semangat belas kasihan Kristus yang ia peroleh dari Svea kini ia telah menjadi Pemimpin dari Gereja Pentakosta di Zaire dan memimpin 110.000 orang-orang Kristen di Zaire.
Sejak itu Aggie pun berusaha mencari tahu keberadaan ayahnya tapi sia-sia.
Aggie menikah dengan Dewey Hurst, yang kemudian menjadi presiden dari sekolah Alkitab Northwest Bible College. Sampai saat itu Aggie tidak mengetahui bahwa ayahnya telah menikah lagi dengan adik Svea, yang tidak mengasihi Allah dan telah mempunyai anak lima, empat putra dan satu putri (tepat seperti khayalan Aggie).
Suatu ketika Sekolah Alkitab memberikan tiket pada Aggie dan suaminya untuk pergi ke Swedia. Ini merupakan kesempatan bagi Aggie untuk mencari ayahnya. Saat tiba di London, Aggie dan suaminya berjalan kaki di dekat Royal Albert Hall. Ditengah jalan mereka melihat ada suatu pertemuan penginjilan. Lalu mereka masuk dan mendengarkan seorang pengkotbah kulit hitam yang sedang bersaksi bahwa Tuhan sedang melakukan perkara besar di Zaire. Hati Aggie terperanjat.
Setelah selesai acara ia mendekati pengkotbah itu dan bertanya, "Pernahkah anda mengetahui pasangan penginjil yang bernama David dan Svea Flood?"
Pengkotbah kulit hitam ini menjawab, "Ya, Svea adalah orang yang membimbing saya kepada Tuhan waktu saya masih anak-anak. Mereka memiliki bayi perempuan tetapi saya tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang."
Aggie segera berseru: "Sayalah bayi perempuan itu! Saya adalah Aggie - Aina!"
Mendengar seruan itu Ruhigita Ndagora si Pengkotbah kulit hitam itu segera menggenggam tangan Aggie dan memeluk sambil menangis dengan sukacita. Aggie tidak percaya bahwa orang ini adalah bocah yang dilayani ibunya. Ia bertumbuh menjadi seorang penginjil yang melayani bangsanya dan pekerjaan Tuhan berkembang pesat dengan 110.000 orang Kristen, 32 Pos penginjilan, beberapa sekolah Alkitab dan sebuah rumah sakit dengan 120 tempat tidur.
Esok harinya Aggie meneruskan perjalanan ke Stockholm dan berita telah tersebar luas bahwa mereka akan datang. Setibanya di hotel ketiga saudaranya telah menunggu mereka di sana dan akhirnya Aggie mengetahui bahwa ia benar-benar memiliki saudara lima orang.
Ia bertanya kepada mereka: "Dimana David kakakku ?" Mereka menunjuk seorang laki-laki yang duduk sendirian di lobi. David Jr. adalah pria yang nampak kering lesu dan berambut putih. Seperti ayahnya, iapun dipenuhi oleh kekecewaan, kepahitan dan hidup yang berantakan karena alkohol.
Ketika Aggie bertanya tentang kabar ayahnya, David Jr. menjadi marah. Ternyata semua saudaranya membenci ayahnya dan sudah bertahun-tahun tidak membicarakan ayahnya. Lalu Aggie bertanya: "Bagaimana dengan saudaraku perempuan?"
Tak lama kemudian  saudara perempuannya datang ke hotel itu dan memeluk Aggie dan berkata:
"Sepanjang hidupku aku telah merindukanmu. Biasanya aku membuka peta dunia dan menaruh sebuah mobil mainan yang berjalan di atasnya, seolah-olah aku sedang mengendarai mobil itu untuk mencarimu kemana-mana."
Saudara perempuannya itu juga telah menjauhi ayahnya, tetapi ia berjanji untuk membantu Aggie mencari ayahnya. Lalu mereka memasuki sebuah bangunan tidak terawat. Setelah mengetuk pintu datanglah seorang wanita dan mempersilahkan mereka masuk. Di dalam ruangan itu penuh dengan botol minuman, tapi di sudut ruangan nampak seorang terbaring di ranjang kecil, yaitu ayahnya yang dulunya seorang penginjil.
Ia berumur 73 tahun dan menderita diabetes, stroke dan katarak yang menutupi kedua matanya. Aggie jatuh di sisinya dan menangis, "Ayah, aku adalah si kecil yang kau tinggalkan di Afrika." Sesaat orang tua itu menoleh dan memandangnya. Air mata membasahi matanya, lalu ia menjawab, "Aku tak pernah bermaksud membuangmu, aku hanya tidak mampu untuk mengasuhnya lagi." Aggie menjawab, "Tidak apa-apa, Ayah. Tuhan telah memelihara aku".
Tiba-tiba, wajah ayahnya menjadi gelap, "Tuhan tidak memeliharamu!" Ia mengamuk. "Ia telah menghancurkan seluruh keluarga kita! Ia membawa kita ke Afrika lalu meninggalkan kita. Tidak ada satupun hasil di sana. Semuanya sia-sia belaka!"
Aggie kemudian menceritakan pertemuannya dengan seorang pengkotbah kulit hitam dan bagaimana perkembangan penginjilan di Zaire. Penginjil itulah si anak kecil yang dahulu pernah dilayani oleh ayah dan ibunya. "Sekarang semua orang mengenal anak kecil, si pengkotbah itu. Dan kisahnya telah dimuat di semua surat kabar."
Saat itu Roh Kudus turun ke atas David Flood. Ia sadar dan tidak sanggup menahan air mata lalu bertobat. Tak lama setelah pertemuan itu David Flood meninggal, tetapi Tuhan telah memulihkan semuanya, kepahitan hatinya dan kekecewaannya.
Pesan ini ditujukan kepada semua orang yang merasa bahwa ia berhak untuk marah kepada Tuhan!
Mungkin awalnya di mata David Flood, ia dan istrinya telah gagal sebagai seorang misionaris. Namun jerih payah di dalam Tuhan tidak pernah sia-sia. Terbukti bahwa belas kasihan dan kepedulian yang disertai pemberitaan Injil terhadap satu orang melahirkan 600 orang yang bertobat dan dimuridkan.
Beberapa tahun kemudian Aggie dan suami mengunjungi desa N'dolera tersebut. Disambut riuh rendah penuh sukacita, mereka berziarah juga ke kubur Svea Flood.
Aggie berlutut mengucap syukur di sana, dan pendeta setempat membacakan 2 ayat berikut:
*Yohanes 12:24* _*Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.*_
*Mazmur 126:5* _*Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorai-sorai.*_

[Dikutip dari buku Aggie Hurst: The Inspiring Story of A Girl Without A Country]

UNDERSTAND.IniOK.com

https://understand.iniok.com/2021/03/kisah-misionaris-yang-mengalami.html



Sunday, January 17, 2021

Kisah Nyata Ini Membuktikan Tuhan Dapat Menggunakan Apa Dan Siapa Saja Untuk Menyelamatkan Nyawa Seseorang....Bagikan Agar Semua Sadar

*Kisah Nyata Ini Membuktikan Tuhan Dapat* 
*Menggunakan Apa Dan Siapa Saja*
*Untuk Menyelamatkan Nyawa Seseorang....*
*Bagikan Agar Semua Sadar*
*Kira-kira sekitar pkl 08:00 ketika anaknya yang menderita asma    mengalami komplikasi.* 
Anak itu harus dilarikan ke rumah sakit terdekat yang berjarak sekitar 1 km jauhnya jika tidak maka akan berakibat fatal..dia memanggil seorang tetangga yang memiliki mobil tapi tetangga mengatakan mobilnya tidak memiliki bahan bakar...dia menelepon pendetanya tetapi pendetanya mengatakan sedang menerima kunjungan pendeta dari Amerika dan tidak bisa meninggalkan mereka sendirian. 

*Akhirnya dia memutuskan untuk membawa sendiri anaknya ke rumah sakit; dia tidak bisa* *membayangkan kehilangan anak satu-satunya untuk penyakit yang sama yang telah membunuh*suaminya beberapa tahun sebelumnya...dia memiliki masalah dengan kakinya dan tidak bisa bergerak cukup cepat dan anak itu juga terlalu berat baginya untuk bergerak lebih cepat. 
Ditengah perjalanan ia bertemu orang-orang yg bergegas pulang dari kerjaan mereka namun mereka hanya menatapnya saja. Dia coba  memohon pertolongan dari mereka, tetapi mereka hanya mengacuhkannya. Dia juga mencoba untuk menghentikan kendaraan yang lewat tapi tidak ada satupun yg meresponinya. Dia jatuh berkali-kali tapi dia terus berusaha bergerak. 
Kemudian seorang pria yang kurang waras yg selalu berkeliaran disekitar situ dan berpakaian tidak karuan menatap kearahnya. 

Pria itu berlari ke arahnya dan mengambil anak itu darinya. 
Ibu itu tidak sanggup berbicara tetapi hanya menunjuk ke arah rumah sakit. Pria yg pakaiannya tidak karuan itu dan agak gila bisa memahami dengan baik apa yang ia maksud karena ia melihat anak yg sedang sekarat dan berjuang untuk bernapas. Ditempatkannya anak itu di bahunya dan berkata kepada wanita itu "semua akan baik" sambil berlari menuju rumah sakit. 
Para dokter ketika melihat orang yang tidak waras itu.... tahu bahwa ada yg salah, mereka dtg mendapatkan anak itu dengan segera. 
Sepuluh menit kemudian ibu tiba dan dokter menyampaikan kabar  "jika anaknya terlambat lima menit saja dibawa, dia akan mati".

*TUHAN tidak harus memakai* hamba Tuhan, pendeta,* keluarga, politisi & orang-orang kaya* *dengan mobil untuk menyelamatkan atau memberkati Anda.* 
*Tidak peduli apa yang mungkin datang dihadapanmu*, tidak peduli apa yang sedang anda lalui saat ini, hidup Anda ada di dalam tangan Tuhan & Dia memiliki rancangan yang baik untuk Anda. 
*Saya tau anda pasti bisa melaluinya.*
*Karena ada sahabat didalam Tuhan yg Tuhan sediakan yg akan menghapus air mata Anda*. Firman Tuhan berkata bahwa *bagi TUHAN segala sesuatu adalah mungkin!*
BAGIKANLAH setelah membacanya. 
Petunjuknya yaitu... bagikan ke beberapa orang yang membutuhkan supaya mereka diberkati Tuhan. 
Saya memilih Anda. 
*Tolong bagikanlah dan berdoalah buat mereka.* 
*Doa juga merupakan hadiah terbaik yang kita terima.*
*Tidak ada biayanya tapi ada upah dibaliknya. *
*Mari kita selalu saling mendoakan. *

*"Bapa, terima kasih untuk setiap berkat yg Engkau curahkan bagi kami setiap hari.*
 *Terima kasih untuk belas kasihanMu bagi kami.* Terima kasih Engkau memberikan kami teman-teman, sahabat dan keluarga supaya kami bisa berbagi sukacita ini. Berkatilah mereka dan yang juga saat ini sedang membaca tulisan ini. Bagi mereka yg didalam sukacita berikanlah terus sukacita buat mereka, bagi yg dalam kesakitan, berilah kedamaian dan berbelas kasihanlah buat mereka. 
Bagi yg merasa ragu atas diri mereka, perbaharuilah rasa percaya diri mereka. Bagi mereka yg membutuhkan, penuhilah kebutuhan mereka.
Berkatilah rumah mereka, keluarga, keuangan, kepergian dan kedatangan mereka. 
*Didalam Nama Tuhan Yesus, Amen"*

*(Jika Anda memilih untuk mengirimkan ini ke  orang, Anda benar-benar diberkati karena*
 *memiliki teman-teman untuk berbagi.*
*Tuhan menggerakkan saya untuk membagikan ini kepada anda*. *Dia mau anda tahu bahwa segala*sesuatu yg Engkau alami saat ini sudah dalam rancangan Tuhan. *Jika Anda percaya kepadaNya kirim ke beberapa orang*. Dan lihat dan perhatikanlah siapa yg meresponi anda.
God Bless You All 👍😘🙏😇

Friday, August 14, 2020

YESUS BERKATA : INILAH IBUMU


Saya bukan Katolik dari lahir,
saya menjadi Katolik krn perkawinan dgn Suami saya.
Jadi sangat susah kalau saya diminta berdoa Rosario ataupun Salam Maria.
Karena saya tidak mengimaninya, buat saya figur Maria, adalah figur Maria, ibu Tuhan Yesus.
Dia bukan apa2, tidak ada artinya dlm kehidupan saya.

Saya menikah di usia  sangat muda, sering terjadi konflik diantara kami Suami/Istri.
Tapi Puji Tuhan saya memiliki Anak pertama, seorang perempuan yg  sangat lembut hatinya.
Dia bagaikan MALAIKAT pelindung saya.
Dia selalu menjadi PENENGAH diantara kami.
Hubungan saya dgn anak sangat erat, bahkan kami BERSAHABAT.
Dia adalah Anak saya juga sahabat saya.
Di buku harian dia menulis bhw :
" Ibuku adalah idolaku ".
Saya berikan perhatian & kasih sayang kepadanya secara istimewa tapi dia tidak manja.
Krn saya seorg wanita karir, maka waktu masuk SMA saya masukkan dia ke Asrama Putri Gembala Baik di Bogor,
maksud saya supaya dia aman dari pergaulan yg jahat di Jakarta.

Tgl 12 Jan 1995 siang, saya di telepon Anak saya dari Asrama di Bogor bhw dia sakit.
Segera saya jemput dia dan masukkan ke Rumah Sakit.
Karena tidak ada kamar VIP saya masukkan di bangsal, esok pagi saya berjanji akan pindahkan ke kmr VIP jadi saya bisa menunggunya.
Dia tersenyum dan berkata :
 " Nggak apa2, Mama pulang aja, kan Mama capek kerja, nggak usah ditunggu ". (...baca terus kisah nyata dan kesaksian di bawah.... )
[https://stand-under.blogspot.com/2020/08/yesus-berkata-inilah-ibumu.html]

Saat itu kondisinya bagus, Dokter berkata tidak ada yg perlu dikhawatirkan.
Ternyata pada pk 22:00 saya mendpt telepon dari RS bahwa Anak saya koma dan ........
ANAK SAYA MENINGGAL DUNIA pada subuh pk 04.00 dlm usia 16 thn 5 bln.

HATI SAYA HANCUR !!!!
SAYA KEHILANGAN KEHIDUPAN SAYA !!!!!!!!!
Saya membenci semua orang termasuk Tuhan !!!
Saya tidak bisa menerima keadaan ini dan....
SAYA MENJADI GILA.

Secara fisik saya tidak terlihat gila,
tapi kalau kumat, saya mengamuk, mencoba bunuh diri, memaki2 dan menangis ....
Keadaan itu saya alami selama 2 thn.
Saya kehilangan pekerjaan,
Anak saya yg kedua tidak mau lagi  tinggal dgn saya krn malu, untung Suami saya tabah.

Mula2 dgn sabar dia ajak saya ke Gereja,
walau kalau mendengar lagu2 Gereja dan ingat anak, saya mengamuk dan menangis ber-teriak2.
Lama kelamaan Suami saya juga menjadi malu.

Dia jual rumah & mobil,  kemudian mengajak saya pindah rumah.
Setelah pindah rumah keadaan bukan semakin  baik, saya tetap saja GILA.

Saat Paskah thn 1997, Suami tergerak mengajak saya ke Gereja mengikuti Misa Jumat Agung.
Suami sdh pasrah dan siap menerima keadaan jika tiba2 saya kumat lagi.

Tetapi ..........
sewaktu prosesi Jalan Salib dan Yesus jatuh ke tiga kalinya,
badan saya terasa hangat dan merasa aTuhan Yesus berkata :
" Inilah Ibumu "...........
" Waktu itu secara rohani saya disadarkan bahwa Bunda Maria pun sudah terlebih dulu mengalami hal yg sama dengan yg saya alami,
yaitu kehilangan Anak yg dikasihinya .....Tetapi Bunda Maria menerimanya dgn tabah karena itu kehendak Bapa. "

Saya jatuh terduduk dan menangis,
Suami saya sudah ber-siap2 mengangkat saya keluar Gereja,
takut saya mengamuk lagi.
Tapi saya berkata :
" Tidak ..... biarkan saya sendirian ".
Saya terus menangis sampai jalan Salib selesai, bahkan sampai pulang kerumah....
Tetapi saya sudah tidak mengamuk lagi.
*" Saat itu juga, depresi saya hilang dan saya sadar dari kegilaan saya.
Saya memperoleh kehidupan saya kembali.
Saya kuat menerima kenyataan.

Saya mau berkata seperti Bunda Maria : " Terjadilah menurut kehendak-Mu ".
" Sejak saat itu, Devosi saya kpd Bunda Maria sangat kuat.
Saya berdoa Rosario setiap pagi dgn rajin.
Saya mengasihi dia. Bunda Maria adalah figur yg bisa mengembalikan kehidupan saya ..."
Kini saya adalah seorang Ibu yg berbahagia,
karenaTuhan mengaruniai saya 2 Anak,
Puji Tuhan.
" Saya berbahagia karena saya memiliki seorg Bunda yg selalu mendoakan saya. Dan saya selalu dekat dgn Sang Terang Yesus Kristus, Putra-nya.."

Sungguh saya mau berkata :
" Bunda Maria, aku mengasihimu"
Source : WAG slk
[https://stand-under.blogspot.com/2020/08/yesus-berkata-inilah-ibumu.html]
***
Pada tgl 15 Agustus 2020 besok adalah hari Raya Bunda Maria diangkat ke surga.
Ave Maria....Gracia Plena.....

Monday, July 27, 2020

AUW TJOEI LAN MUSUH PARA MUCIKARI


NYONYA LIE TJIAN TJOEN

Nama aslinya adalah Auw Tjoei Lan.

Putri ketiga yang lahir di tahun 1889, dari seorang Kapitan kaya raya di Majalengka yang bernama Auw Seng Hoe.

Kapitan Auw Seng Hoe, selain memiliki pabrik gula, juga mendirikan panti sosial buat para gelandangan dan tunanetra.

Gadis remaja Auw Tjoei Lan, sudah terbiasa mengurusi kebutuhan hidup para tunanetra di panti sosial milik ayahnya, semisal memeriksa makanan yang akan disediakan, jika menu makanan itu adalah ikan. Jangan sampai masih ada tulang ikan yang belum dibuang dari daging ikan.

Di usia 17 tahun, pada 1906, menikah dengan anak dari seorang mayor di Batavia, yang bernama Lie Tjian Tjoen.

Sejak itu, maka beliau lebih dikenal dengan panggilan Nyonya Lie Tjian Tjoen, atau Nyonya Lie......

Nyonya Lie suatu ketika bertemu dengan Dr Zigman, yang mengajaknya untuk aktif dan duduk sebagai pengurus dari Yayasan Ati Soetji.

Di Yayasan ini, Nyonya Lie menangani kasus kasus perdagangan kaum perempuan dari Tiongkok ke wilayah Asia Tenggara.

Karena ekonomi sulit, maka pada waktu itu banyak kasus perempuan yang dijual dan dijadikan sebagai pelacur.

Dalam konferensi Liga Bangsa Bangsa (sebelum ada PBB ), Nyonya Lie membuat makalah tentang tujuannya merehabilitasi sekaligus merubah nasib para perempuan korban perdagangan ini.

Dia juga mengusulkan pentingnya dibentuk semacam polisi perempuan.

Pada suatu hari, ketika Nyonya Lie sudah tinggal di rumah sendiri, di Jalan Kramat, dia mendapati seorang bayi yang baru dilahirkan, di geletakan di teras rumahnya.

Beberapa kali pula, seorang perawat, membawa bayi yang baru lahir ke rumahnya dan meminta bantuannya untuk merawat anak tersebut.

 Kasus-kasus seperti ini menggugahnya untuk mendirikan sebuah rumah yatim piatu/ panti asuhan.

Tahun 1913, Nyonya Lie mendirikan Panti Asuhan yang diberi nama Ati Soetji atau Po Liang Kiok.

Tahun 1929, Panti Asuhan tersebut pindah ke gedung baru, di daerah Kebon Sirih, di satu jalan yang akhirnya dikasih nama jalan Ati Soetji.

Tahun 1937, Nyonya Lie menerima tanda penghormatan dari Pemerintah Belanda, berupa Bintang Ridder In De Orde Van Oranje Nasaau.

Nyonya Lie adalah perempuan Tionghoa pertama yang menerima penghormatan setinggi itu dari Pemerintah Belanda.

Ini karena dedikasi nya dalam hal membela nasib kehidupan para perempuan yang menjadi korban perdagangan dan juga karena sumbangsihnya yang besar, buat anak anak yatim piatu.

Hingga sekarang, sesuai dengan perubahan ejaan Bahasa Indonesia, Yayasan Hati Suci tetap menempati Gedung di Jalan Hati Suci, Kebon Sirih - Jakarta.

Malah, berkembang dengan menjadi Sekolah Hati Suci yang cukup terkenal.

Nyonya Lie Tjian Tjoen, patut kita banggakan.

Tokoh perempuan Tionghoa di Indonesia yang juga memperjuangkan hak hak kaum perempuan, seperti Raden Ajeng Kartini . . .

Wednesday, July 1, 2020

Rindu Akan Kematian


*Rindu akan Kematian*

Sudah lama dia menginginkan. Berulangkali dia mengatakannya. Dia semakin mengungkapkan itu setelah ibunya wafat di usia lanjut, sekitar 110 tahun, beberapa bulan lalu. Itulah kerinduannya: rindu akan kematian.

Ketika raganya semakin rapuh, tidak ada selera makan dan bicara lagi, kalau ditanya, jawabannya selalu senada: kerinduan akan kematian. Waktunya dianggapnya sudah dekat. Demikian juga saat Kamis pagi mau dibawa ke RS Elisabeth, Semarang, dia menyatakan yang sama. Di rumah sakit pun masih sempat mengutarakan yang sama, malahan ditambahi dengan perasaan sudah berjumpa dengan ibu dan kerabatnya yang sudah mendahului.

Mgr Julianus Sunarka, engkau sudah merasa waktunya tiba. Engkau merasa bahwa saatnya sudah selesai, sudah tuntas dengan apa yang engkau rasakan sebagai tugas panggilanmu. Cintamu akan pengembangan Gereja setempat dan bertumbuhnya para imam dioses, baik di Semarang dan terutama di Purwokerto menjadikanmu merasa sudah berbuah, sehingga engkau telah merasa siap meninggalkan itu dengan bangga. Engkau tidak ragu akan masa depan, dan karenanya mengaku bukan lagi pemilik masa depan itu.

Beberapa hari sebelum sungguh melemah, Mgr Narko masih sempat mencarikan sumber air untuk Girisonta. Itu peningalanmu untuk rumah yang ditempati, bahkan tempat istirahatmu. Engkau ingin memastikan kebutuhan dasar hidup rumah dan komunitas terjamin dan terjaga. Setelah memastikannya, engkau siap meningggalkannya.
Mgr Sunarka, saat istirahat sudah tiba. Engkau meninggalkan kami dengan wajah segar dan senyum cerah. Engkau pergi dengan lega dan damai, tak ada lagi kegelisahan dan kecemasan, bahkan pula tiada lagi rasa sakit.

Saat dipakaikan jubah, kasula dan lainnya oleh para suster di Elisabeth, engkau dengan tenang membiarkan digerakan, diangkat dan dipersiapkan. Semuanya berjalan dengan enak dan mudah. Engkau telah lega, telah damai. Istirahatmu begitu tenang, dalam senyum. Dia meninggalkan pertarungan hidup di dunia ini dengan tenang. Pergi sebagai pemenang.

Selamat jalan, Bapak Uskup, banyak yang sedih dan kehilangan. Namun engkau pergi dengan tenang dan menang. Engkau telah merindukannya, dan bahkan berharap segera terjadi. Engkau pergi tanpa duka, sebab engkau tahu kemana engkau pergi, dan kepada siapa engkau datang menghadap.

Mgr Julianus Sunarka, beristirahatlah pemenang, beristirahatlah dengan tenang!

Terimakasih atas segalanya. Jasamu tak akan lekang, walau engkau tahu waktumu berada dalam batas, namun engkau berada dalam deretan kaum pemenang kehidupan. Berkat Tuhan menyertaimu selalu. AMDG!

(Rm. T. Krispurwana Cahyadi, SJ)

Friday, June 26, 2020

Kisah Nyata Bila Suamimu Atau Istrimu Suka Jajan Ke Tetangga


Resapi dan baca lagi - dalami sbg umat beriman a
sbg murid Kristus Jesus.-

*Kisah yang BAGUS SEKALI*,
untuk kita renungkan;  terutama untuk  yang pernah _suka jajan ke tetangga_ atau yang pernah _melihat rumput sebelah lebih hijau._


*KISAH NYATA* (Testimoni)

🌈 Sekilas mengenai saya. Nama saya adalah Maria Natalia Brownell (nama saya sebelum menikah: Maria Natalia Budiman). Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Sedari kecil, saya sudah tertarik untuk aktif di gereja Katolik. Saya sering ikut koor gereja, menjadi pengantar, dan cukup aktif di kegiatan Mudika. Walaupun demikian, kegiatan yang saya ikuti jarang yang bersifat pendalaman iman. Di sekolah Katolik, memang saya mendapat pelajaran agama Katolik, tetapi sifatnya sangat mendasar. Misalnya, saya tidak pernah diajar untuk membaca dan mengerti alkitab, saya kurang mengerti akan pentingnya doa dan devosi terhadap bunda Maria dan santo/santa, banyak hal di perayaan Misa kudus yang bagi saya adalah ritualitas biasa (tanpa mengerti akan artinya). Kurangnya pengertian saya terhadap iman Katolik membuat saya pergi ke gereja Katolik hanya karena ‘memang begitulah seharusnya’, bukan karena didasarkan atas motivasi hati dan keinginan saya untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Waktu saya di SMA, saya bertanya-tanya terhadap diri saya sendiri. Sepertinya semua orang itu melalui pola hidup yang sama: sekolah, bekerja, menikah, berkeluarga, pensiun, lalu meninggal.

Sepertinya sangat monoton dan membosankan. Saya lalu bertanya, apakah ada arti kehidupan yang lebih dalam daripada hanya mengikuti pola yang monoton begitu saja? Kenapa Tuhan menghendaki saya untuk hidup di dunia ini? Saya berharap suatu saat saya dapat menjawab pertanyaan ini…

Kegiatan saya sewaktu di SMA sangat banyak, terutama di kelas III karena persiapan untuk masuk Universitas. Waktu itu, saya ingin sekali bersekolah di luar negeri. Walaupun mulanya berat bagi orang tua saya mengijinkan anak perempuan satu-satunya untuk pergi ke luar negeri pada umur 17 tahun, mereka akhirnya mengijinkan saya pergi juga. Waktu itu $1 masih seharga Rp 2000, tidak semahal sekarang. Walaupun mereka hanya bisa menjanjikan untuk menyekolahkan saya selama 2 tahun pertama, saya tetap nekat untuk pergi. Saya memutuskan untuk mengambil bidang Tehnik Kimia di Oregon State University, Amerika. Satu tahun kemudian, saya pindah ke University of Wisconsin, Madison, Wisconsin.

Kehidupan saya di Amerika
Di Madison, Universitasnya besar sekali, dan jauh lebih sulit daripada di Oregon. Untungnya banyak anak Indonesia yang bersekolah di sana. Saya mencoba untuk lebih ikut aktif di kegiatan Mudika. Alasan utamanya adalah karena ingin mendalami iman saya lebih lanjut. Jauh dari keluarga membuat saya lebih terpanggil untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Di Mudika, saya mengusulkan untuk belajar Alkitab, tetapi anak-anak Mudika semuanya protes. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah capai belajar selama seminggu, dan mereka hanya mau berkumpul untuk bersosialisasi saja. Belajar Alkitab sifatnya terlalu serius. Walaupun tidak setuju, saya diam saja dan tidak memaksakan kehendak saya. Saya merasa seperti minoritas di kelompok Mudika itu, walaupun kita pergi ke gereja yang sama.

Perasaan seperti minoritas ini membuat saya mencari tahu kelompok anak Indonesia yang lain: ICF / Indonesian Christian Fellowship (Persekutuan Kristen Indonesia). Ini adalah kelompok mahasiswa Protestan. Waktu saya datang pertama kali, saya disambut dengan hangat. Pertemuannya dibuka dengan menyanyi pujian, kesaksian iman, dan presentasi dari speaker mengenai Alkitab. Saya sangat menikmati pertemuan ICF ini. Saya merasakan persahabatan dalam iman yang begitu kuat dan murni. Walaupun saya anak baru, saya sudah merasa seperti bagian dari keluarga besar ICF. Saya tidak pernah merasa bersalah mengikuti kegiatan ICF, karena bagi saya yang penting adalah saya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Walaupun ICF adalah kelompok Protestan, saat itu saya merasa kita mempunyai Tuhan yang sama, dan iman Kristiani yang sama.

Membaca dan merenungkan firman Tuhan menjadi sumber kekuatan saya, yang menemani saya dalam kesendirian. Saya seperti menemukan air kehidupan baru yang menyegarkan kehidupan saya. Tidak pernah sebelumnya saya merasakan firman Tuhan begitu hidup dan mengena. Seperti orang sedang jatuh cinta, saya merasa jatuh cinta kepada Tuhan untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa menjawab pertanyaan saya waktu di SMA dulu, bahwa tujuan hidup saya adalah hidup bersama dengan Tuhan di Surga nantinya. Kehidupan saya di dunia ini adalah masa persiapan saya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ajaran Protestan sangat menitik beratkan pada ‘lahir baru’ dan ‘keselamatan di Surga’. Saya yakin bahwa saat itu apabila saya meninggal, saya akan langsung masuk ke Surga.

Keterlibatan saya dalam kelompok ICF berkembang dari sekedar hadir di pertemuan menjadi anggota kursus kepemimpinan Kristen, pemimpin group ‘bible study’ (pendalaman Alkitab), ‘elder’ (pemimpin) bagian evangelisasi, koordinator beberapa perayaan kampus, ikut serta dalam kelompok missionaris ke Guadalajara (Mexico) dan aktif terlibat dalam konferensi kelompok-kelompok ICF di Amerika.

Saya menjadi Protestan
Saat itu, saya sangat yakin bahwa yang terpenting adalah hubungan langsung saya dengan Bapa, Kristus dan Roh Kudus. Hal ini membuat saya semakin yakin, saat itu, bahwa banyak tradisi di Gereja Katolik yang sebenarnya ‘tidak perlu’; seperti penghormatan kepada Bunda Maria, santo/santa, otoritas Paus sebagai pemimpin gereja, pengakuan dosa terhadap pastor, tradisi dan simbol-simbol di gereja dll. Di samping itu, orang-orang Protestan juga saya nilai lebih serius terhadap iman Kristiani daripada orang-orang Katolik. Saya juga sangat tersentuh dengan Kebaktian di gereja Protestan; dengan lagu-lagu yang indah, dan pendalaman Alkitab yang sangat mengena. Saat itu saya merasa gereja Protestan begitu ‘hidup’ dengan musik, doa, dan firman Tuhan; dan saya melihat Gereja Katolik begitu penuh ritual, sulit dimengerti dan tidak bisa menjamah hati saya. Tanpa saya sadari, sedikit demi sedikit saya semakin meninggalkan Gereja Katolik. Mulai dari hanya sekedar sesekali datang ke gereja Protestan (inter-denominasi), menjadi anggota tetap gereja Protestan. Saya begitu terlibat di kelompok Protestan ini, sampai ingin menjadi seorang misionaris. Saya begitu mencintai Tuhan dan menginginkan banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan seperti yang saya alami.

Orang tua dan keluarga saya sangat menyesali keputusan yang saya ambil untuk pindah ke gereja Protestan. Mereka mencoba untuk mempengaruhi saya, tetapi selalu berakhir dengan perdebatan dan sakit hati. Ayah saya berkomentar “Lia, kamu sudah diajar di Gereja Katolik yang dimulai oleh Kristus, dan diteruskan oleh Petrus, rasul Kristus yang langsung diajar oleh Kristus sendiri, kenapa kamu masih pergi ke gereja lain?” Saya langsung menjawab dengan bersemangat, “Tetapi gereja Protestan bisa membuat saya lebih dekat dengan Tuhan, saya lebih mengerti akan Alkitab…..”. Perdebatan ini biasanya diakhiri oleh saya mengutip ayat Alkitab, dan orangtua saya tidak bisa menjawab lebih lanjut. Saya ingat bahwa hal ini membuat mereka sangat sedih dan menyesal. Akhirnya, orangtua saya hanya bisa berdoa agar suatu hari saya bisa kembali ke gereja Katolik.

Tanpa terasa, sudah hampir 5 tahun lamanya saya menjadi anggota gereja Protestan. Selama studi saya di universitas, saya pernah kerja magang di Detroit (Michigan), dan mengambil Summer school di Houston (Texas). Di tempat yang berbeda ini, saya juga pindah ke gereja Protestan yang berbeda denominasinya. Di Detroit, saya pergi ke Gereja Baptis, di Houston saya pergi ke Gereja Pantekosta. Di tahun 1997, saya ditawarkan untuk bekerja di South Carolina. Saya pun pindah ke Gereja ‘Southern Baptist’. Saya tidak tahu bagaimana caranya memilih suatu denominasi tertentu. Waktu saya tanya ke penasehat gereja saya yang dulu, dia hanya bisa menjawab, “Cari gereja yang cocok di hatimu dan bisa membuat kamu merasa senang”.

Perjalanan pulang ke Roma
Di tahun 1996, Tuhan mempertemukan saya dengan calon suami saya: Kyle Brownell. Dia adalah seorang Amerika, dan seorang Katolik. Hampir semua teman Protestan saya tidak setuju akan hubungan saya dengan Kyle. Mereka mengganggap bahwa orang Katolik itu bukan ‘orang percaya’, sehingga harus diinjili. Saat itu saya pikir bahwa saya akan dipakai Tuhan untuk mengubahnya menjadi seorang Protestan, terutama karena dia (seperti banyak orang Katolik yang saya kenal) tidak begitu mengerti akan iman Katoliknya. Saya sangat yakin bahwa dalam waktu beberapa tahun, Kyle akan menjadi Protestan seperti saya. Tidak pernah saya bayangkan, bahwa ternyata saya keliru. Tuhan mempunyai rencana yang lain bagi kehidupan iman saya.

Tinggal di South Carolina dengan lingkungan yang baru, jauh dari teman-teman ICF-Madison membuat saya merenung…. Untuk pertama kalinya saya bertanya-tanya di dalam hati, kenapa setiap saya pindah tempat, saya harus mencari gereja Protestan yang baru? Sebenarnya gereja Protestan mana yang lebih benar? Di Amerika sendiri gereja Protestan terdiri dari sekitar 20,000 denominasi. Semuanya menganggap denominasi-nya adalah yang benar, yang diinspirasikan langsung dari Roh Kudus. Kalau benar semuanya dari Roh Kudus, dan hanya ada satu Roh Kudus, kenapa ada 20,000 denominasi yang berbeda? Apakah cara orang memilih denominasi hanya didasarkan akan ‘feeling good’ (perasaan cocok/senang) saja? Apakah ada arti yang lebih mendalam daripada hanya sekedar ‘feeling good’? Saya bertekat bahwa saya harus memutuskan untuk yang terakhir kalinya, gereja mana yang saya pilih. Kali ini saya harus benar-benar mengerti mengapa saya memilih gereja tersebut, dan bukan hanya sekedar ‘feeling good’ belaka.

Hal lain yang membuat saya bertanya-tanya akan pengertian iman Protestan, adalah bahwa setelah seseorang “menerima Tuhan Yesus di dalam hati”, seseorang langsung dijamin masuk surga. Walaupun dia melakukan dosa apapun selanjutnya, kekudusan Kristus akan menyelimuti hati orang tersebut. Dengan kata lain, seseorang akan tetap langsung masuk ke Surga kalau dia meninggal, walaupun dia tercemar akan dosa dan hidup dalam kegelapan, karena Kristus akan menyelimutinya dengan kekudusanNya. Kalau memang begitu, saya berpikir, apa alasan kita untuk menjadi lebih baik, menyucikan diri dan menjadi kudus? Di Alkitab jelas ditulis bahwa hanya orang kudus yang bisa masuk surga (2 Pet 3:11-14, Why 21:27, Ibr 12:14), bukan orang yang ‘diselimuti’ oleh kekudusan Kristus. Rasul Yakobus menulis secara jelas bahwa “Iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak 2:17, 26). Kalau begitu tidak cukup bahwa kita hanya mempunyai iman saja, tanpa disertai perbuatan. Perbuatan harus mengikuti iman, harus ada buah-buah iman yang terlihat lebih dari sekedar janji atau perkataan saja. Waktu saya tanyakan hal ini kepada pendeta/penasihat Protestan, mereka mengatakan bahwa apabila seorang yang ‘lahir baru’ tidak menunjukkan perbuatan pertobatan, artinya dia tidak benar-benar diselamatkan. Tetapi, bagaimana gereja Protestan bisa dengan yakin mengatakan bahwa seseorang selamat atau tidak hanya berdasarkan pada pertanyaan, “Apakah kamu menerima Tuhan Yesus di dalam hatimu?” Bukankah keyakinan ini hanya berdasarkan iman saja? Saya melihat adanya pandangan yang tidak konsisten dari pernyataan iman Protestan ini.

Gereja Protestan tidak memberikan penghormatan khusus kepada Bunda Maria. Maria hanya sekedar diakui sebagai bunda Yesus. Menghormati Bunda Maria dianggap sebagai pemujaan berhala. Apalagi pernyataan “Bunda Maria dikandung tanpa dosa”. Ini dianggap sebagai pernyataan salah, karena di Alkitab ditulis semua orang jatuh ke dalam dosa (Rom 3:23). Ajaran Protestan akan Bunda Maria ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana gereja Protestan menanggapi penampakan Bunda Maria yang terbukti terjadi di beberapa tempat di dunia, tentang banyak mukjijat yang terjadi sehubungan dengan penampakkan tersebut, dan dampak penampakan itu terhadap pertobatan jutaan orang yang kembali kepada Tuhan? Lalu bagaimana gereja Protestan mengartikan santo/santa yang telah meninggal ratusan tahun yang lalu, dan tubuhnya tetap utuh tidak berubah?

Gereja Protestan juga mengartikan bahwa roti dan anggur yang diterima waktu di kebaktian, adalah simbol belaka untuk mengenang Kristus, tanpa ada arti yang lebih lanjut. Hal inipun membuat saya bertanya, bagaimana gereja Protestan mengartikan ayat Alkitab “Barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Kor 11:29). Juga dalam kitab Rasul Yohanes setelah mereka mendengar Yesus mengajarkan hal Roti Hidup, banyak yang pergi meninggalkan-Nya (lih. Yoh 6:66), justru karena kesungguhan Yesus tentang hal ini. Apabila benar bahwa roti dan anggur hanya simbol biasa, mengapa menimbulkan akibat sampai sedemikian? Lalu bagaimana dengan banyak mukjijat yang terjadi sehubungan dengan ‘hosti’ kudus, yang buktinya masih dapat ditemukan saat ini? Sepertinya, saya berpikir, ada arti yang lebih daripada hanya sekedar simbol roti-anggur belaka.

Semua pertanyaan ini membuat saya mulai ragu akan ‘KEUTUHAN’ iman Kristiani yang dipercayai oleh gereja Protestan. Hal ini membuat hati saya tidak damai. Sepertinya ada perdebatan di dalam hati saya, karena jawaban yang saya terima tidak memuaskan. Entah bagaimana, saya ingin berdoa dan menyembah Kristus dalam kedamaian. Saya tidak perduli lagi akan musik yang meriah, atau kotbah yang bersemangat. Yang saya butuhkan adalah kedamaian dan kebenaran yang utuh. Saya ingin merenungi kehidupan Kristus secara keseluruhan, termasuk kerendahan hati-Nya waktu membasuh kaki para murid-Nya dan sengsara-Nya di kayu salib. Di gereja Protestan, tidak ada upacara Kamis Putih atau Jumat Agung, mereka hanya merayakan Paskah.

Di manapun saya berada, saya ingin pergi ke rumah Tuhan yang sama, yang percaya akan iman yang sama. Saya rindu akan gereja yang bisa menjawab pertanyaan saya di atas bukan dengan perdebatan, tetapi dengan pengertian yang utuh dan tidak mempertentangkan ayat yang satu dengan ayat yang lain. “Tuhan, mohon tunjukkan, saya harus ke gereja yang mana? Saya ingin ke gereja yang Engkau dirikan…”

Gereja Katolik mempunyai jawaban  !

Suatu hari, hal yang luar biasa terjadi dalam hidup saya. Sepertinya ada suara yang begitu lembut dalam hati saya memanggil saya untuk berdoa di Misa Gereja Katolik. Hal ini sangat aneh sekali bagi saya, karena saat itu sudah sekitar 6 tahun saya meninggalkan Gereja Katolik. Ikut dalam perayaan Ekaristi kudus yang pertama kali setelah sekian lama memberikan kesan yang lain dalam hati saya. Fokus dari Misa adalah Kristus, Anak Domba Allah. Saat inilah saya akhirnya dapat berdoa dengan damai dan menyatukan hati dengan pengorbanan Kristus. Di atas semua itu, …..bukan musik yang meriah, kotbah yang mengesankan, atau perasaan saya yang terpenting, tetapi kehadiran Yesus sendiri yang saya rindukan. Saya tidak dapat menjelaskan, tetapi saat itu untuk pertama kalinya saya merasa sangat rindu untuk menerima Tubuh Kristus di dalam Komuni kudus, sesuatu perasaan kehilangan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Suara yang lembut itu sepertinya memanggil saya untuk tidak meninggalkan Gereja Katolik. Sepertinya tidak adil, saya pikir, kalau saya memutuskan untuk meninggalkan Gereja Katolik tanpa benar-benar mengerti ajaran Gereja Katolik yang sebenarnya. Saya bertekat untuk mempelajari iman Katolik dengan lebih dalam, sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.

Tuhan mempertemukan saya dengan pasangan suami-istri yang juga sedang ingin mendalami iman Katolik seperti saya. Mereka mengajak saya untuk belajar bersama dari buku-buku “Dr. Scott Hahn”, seorang teolog Protestan ternama yang akhirnya menjadi Katolik. Dengan pengetahuan Alkitab yang sangat mendalam, Dr. Scott Hahn benar-benar menjawab pertanyaan saya dengan begitu jelas dan masuk akal. Selain Dr. Scott Hahn, kami juga belajar dari Katekismus Gereja Katolik, yang mengajarkan doktrin Gereja Katolik secara utuh dan sistimatis. Baru pernah saya melihat buku doktrin gereja yang setebal itu. Di gereja Protestan, mereka hanya belajar dari Alkitab saja, atau kalau ada buku doktrin, tidak pernah ada yang setebal buku doktrin Gereja Katolik.

Dari pendalaman iman ini, saya belajar bahwa banyak sekali kesalah-pahaman tentang Gereja Katolik, yang tidak benar. Seperti contoh, Gereja Katolik banyak dipengaruhi oleh ritualitas manusia, yang tidak didasari Alkitab. Pengertian ini sangat salah sekali, sebab ternyata ajaran Gereja Katolik sangat Alkitabiah ! Tetapi, karena ayat Alkitab mudah sekali untuk diinterpretasikan dari banyak sisi, Gereja Katolik juga percaya akan Tradisi Suci yang membantu menginterpretasikan ayat Alkitab dengan benar. Tradisi ini diturunkan dari Kristus kepada para rasul, Paus, uskup, dari generasi ke generasi. Hal inilah yang membuat Gereja Katolik tetap satu selama 2000 tahun lebih. Hal ini sangat masuk akal bagi saya, karena Kristus berkata kepada Petrus “Di atas batu karang ini saya akan dirikan GerejaKu”, dan “Dia akan selalu beserta kita/GerejaNya sampai akhir” (Mat 16:18). Sebelum sengsaraNya, Kristus berdoa agar pengikutNya selalu bersatu. Karenanya, penting sekali bagi kita untuk mengakui otoritas dari Paus, sebagai pemimpin Gereja, dan mengikuti otoritas doktrin Gereja Katolik yang membahas iman Kristiani secara utuh, langsung diturunkan dari Kristus sendiri.

Saya sangat terkagum waktu mengetahui bahwa ajaran Katolik tidak hanya berdasarkan Alkitab, dan juga sangat utuh mengupas penyempurnaan dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Contohnya adalah Misa Kudus sendiri. Pembagian Misa Kudus dari Liturgi Sabda and Liturgi Ekaristi berakar dari tradisi “pemecahan roti” yang dilakukan oleh rasul Kristus di Perjanjian Baru. Mereka berkumpul dan membahas ajaran Kristus dan ‘memecahkan roti’. Kristus juga mengatakan bahwa “Inilah TubuhKu, dan inilah DarahKu. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Dia tidak mengatakan “Inilah simbol TubuhKu, dan inilah simbol DarahKu”. Secara khusus, Kristus menginginkan kita untuk mengenangNya dengan melakukan perayaan Ekaristi. Suatu mukjijat terjadi saat itu, dimana roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ini menjawab pertanyaan saya mengenai arti roti dan anggur yang lebih dari hanya sekedar simbol. “Kristus sebagai Anak Domba Allah”, adalah pemenuhan tradisi umat Yahudi di Perjanjian Lama, di mana anak domba dikorbankan untuk menjadi persembahan pengampunan dosa kepada Tuhan. Kristus adalah pemenuhan janji keselamatan Allah, korban yang paling sempurna, yang menyelamatkan manusia dari dosa.

Pertanyaan saya tentang Bunda Mariapun terjawab. Bunda Maria menempati tempat khusus di dalam rencana Keselamatan Allah. Di kitab Kejadian, setelah manusia pertama jatuh dalam dosa, Bunda Maria sudah dinubuatkan, ‘benih dari perempuan ini akan menjadi penyelamat dunia, dan bahwa iblis akan bertekuk lutut di kakinya” (Kej 3:15). Dan di akhir dunia, seperti disebutkan di kitab Wahyu, Bunda Maria dimahkotai di surga (Why 12: 1) yang melahirkan Sang Penyelamat. Melihat keutamaan Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah, membuat saya yakin bahwa dia adalah seorang kudus yang harus kita hormati, seperti Kristus sendiri menghormatinya. Waktu Bunda Maria menampakkan diri kepada santa Bernadette, dia berkata “Akulah perawan yang dikandung tanpa noda”, meyakinkan saya bahwa dia sungguh tidak berdosa. Seperti Malaikat Gabriel mengatakan “Salam Maria, penuh rahmat” (Luk 1:28), mengandung makna bahwa rahmat Tuhan sendirilah yang membuatnya tanpa dosa. Apabila Tuhan dapat membuat Anak-Nya lahir dari kandungan Bunda Maria, bukankah wajar kalau Diapun dapat membuat Kristus lahir di kandungan Bunda yang suci tanpa dosa?

Pertanyaan saya tentang keselamatan pun terjawab dalam pengajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik percaya bahwa Kristus adalah Penyelamat manusia dari dosa. Dengan percaya kepadaNya kita menerima janji keselamatan di Surga. Tetapi, keselamatan ini dapat hilang, apabila iman kita tidak diikuti perbuatan (Yak 2:17,26). Tuhan ingin kita menjadi kudus, karena tanpa kekudusan kita tidak bisa masuk ke Surga (Ibr 12:14). Kekudusan ini harus dinyatakan dengan pemurnian iman dalam perbuatan kita sehari-hari, untuk lebih mencintai dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini kita lihat dari para rasul dan orang kudus yang meninggal dengan mengorbankan diri untuk Tuhan. Iman mereka bukan hanya berdasarkan perkataan saja, tetapi oleh pergorbanan yang dilakukan karena kasih kepada Kristus, mengikuti teladan Kristus yang rela mati di kayu salib untuk kita. Hal ini meyakinkan saya bahwa tidak cukup kita hanya “menerima Kristus di hati kita”, tetapi kita juga harus mengikuti contoh Kristus dan mencintaiNya sedemikian rupa dalam pengorbanan hidup kita sehari-hari. Karena itulah Kristus mengajarkan, “Bukan mereka yang memanggil Tuhan, Tuhan, yang akan diselamatkan, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa di surga” (Mat 7:21). Ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan inilah adalah jawaban terakhir yang saya perlukan untuk kembali ke Gereja Katolik…

Saya merasa sungguh bahagia sekali, sekarang saya sudah ‘pulang’ ke rumah Tuhan di Gereja Katolik. Harus saya akui, perjalanan pulang saya ke Gereja Katolik tidak lepas dari dukungan doa dari kedua orang tua saya. Mereka dengan setia mendoakan saya setiap hari, dengan tangis dan air mata; agar saya dapat kembali pulang ke Gereja Katolik. Dan Tuhan berkenan mengabulkannya. Dia telah memberikan rahmat-Nya dengan mendorong saya untuk merindukan Gereja-Nya kembali. Ya, saya sudah kembali ‘pulang’, dan akan tetap tinggal di Gereja Katolik, sampai kapanpun. Ke manapun, saya tidak perlu bingung pergi ke gereja yang mana, karena di manapun Gereja Katolik tetap sama. Saya yakin bahwa Gereja Katolik ini bukan didirikan oleh orang biasa, tetapi oleh Kristus sendiri. Kristus berjanji bahwa “GerejaNya akan utuh sampai akhir”, dan ini telah terbukti di dalam Gereja Katolik yang bertahan dari 2000 tahun yang lalu sampai sekarang.

Deep inside my heart, I leapt for joy for I could finally say, *“Here, I am, Lord. I am HOME……”*

Wednesday, February 26, 2020

Aku menjual imanku hanya karena seorang laki-laki yang saat ini menjadi suamiku!


Saat Bang Ramadan melamarku, dia berjanji bahwa aku mengikuti keyakinannya hanya pada saat Ijab Kabul, setelah itu aku bisa tetap menjadi orang Kristen.
Aku percaya pada ucapannya, ya… cinta membuatku BUTA !

Tapi janji hanya tinggal janji !
Setelah menikah dengan keras dia melarangku untuk pergi kegereja ! Jangankah kegereja, mendengar lagu rohani atau membaca Alkitabpun tidak diperbolehkan, belum lagi Ibu mertuaku sering kali membanding2 aku dengan menantu-menantunya yang lain; aku dikatakan kafir karena beragama Kristen dan kondisi ini tidak hanya mempengaruhi diriku tapi bang Ramadan juga tertekan dengan sikap keluarganya itu.

Sekali waktu aku kedapatan membaca Alkitab, tanpa berkata apa-apa dia mengambil Alkitab yang ada ditanganku dan membakarnya didepan mataku!, bahkan dia mengancam akan menceraikanku jika melihatku membaca Alkitab atau mendengar lagu rohani.
Dalam kondisi seperti ini aku butuh teman untuk mendengar keluh kesahku, tapi aku tidak punya siapa-siapa.
Apa kata mama, papa dan adik-adikku kalau mereka tau betapa tersiksanya aku.

Sering kali aku menangis jika mengingat kebodohanku ini !
Saat berpacaran Bang Ramadan begitu baik, pengertian dan sabar, tak jarang dia mengantarku ke gereja untuk mengikuti kegiatan gereja; tidak hanya itu, terkadang dia ikut masuk dan duduk dikursi paling belakang, karena itulah aku percaya saat dia melamarku dan berjanji setelah menikah kami berjalan sesuai keyakinan masing-masing.
Satu tahun setelah kami menikah, kami dikarunia Tuhan seorang putri, namanya Siti Aminah. Sebenarnya aku tidak setuju nama yang di berikan untuk putriku, tapi kembali aku tak mampu merubah keputusan bang Ramadan, apalagi nama itu pemberian Ibu mertuaku.

Karir pekerjaan bang Ramadan semakin hari semakin meningkat, selama 3 tahun pernikahan kami sudah berapa kali dia di promosikan dan dikirim ke luar negri; rencananya dalam waktu dekat ini perusahaan akan kembali mengirimnya ke Australia selama 2 minggu.
Aku percaya ini bagian dari rencana Tuhan dalam hidupku, karena saat suamiku tidak di rumah selama 2 minggu itu, Tuhan menegurku untuk berbalik kepada-Nya setelah tiga tahun hidup dalam kebimbangan.

Walau sikap suamiku sering melukai hatiku, tapi baru ditinggal dua hari aku merasa kehilangan. Untuk menghilangkan rasa sepi aku dan Siti jalan ke Plaza, dia sangat senang melihat permainan yang ada di Time Zone.
Ketika di mall itu, kakiku terhenti tepat di sebuah toko munggil, toko  yang dulu sering aku kunjungi bersama Mama, tapi itu sudah lama berlalu!!!
Aku sangat ingin sekali masuk ke toko itu tapi ada rasa tidak pantas masuk kedalam toko itu.
Saat bingung itu, tiba-tiba aku mendengar bisikan dihatiku, “masuklah anakKu, kenapa engkau ragu”?
Aku sangat yakin kalau Roh Kuduslah yang berbicara padaku

Setelah melihat kanan-kiri, dan yakin tak ada orang yang aku kenal disekitarku, perlahan-lahan aku masuk ke Toko Buku & Kaset Rohani tersebut.
Walau pramuniaga menyambutku dengan ramah, aku merasa asing didalam toko tersebut.
Sesaat mataku tertuju pada sebuah Alkitab mungil, dengan ragu-ragu aku ambil dan mulai membukanya.
Aku tidak tau, apa yang membuatku nekat siang itu, aku membeli Alkitab tersebut dan beberapa buah CD lagu rohani.
Aku sadar penuh, kalau suamiku tau apa yang aku lakukan siang ini, dia pasti akan marah atau bahkan menceraikanku seperti ancamannya beberapa tahun yang
lalu.

Setibanya dirumah, aku memasang CD lagu rohani yang baru aku beli; ada rasa damai dihatiku, ada suka cita yang memenuhi relung hatiku, sesuatu yang sudah lama hilang dalam hidupku.
Untuk pertama kalinya setelah 3 tahun menikah, aku kembali memegang Alkitab; aku gemetar dan tak kuasa menahan tangis, aku mulai membaca Alkitab baruku dan mencoba mengingat-ngingat ayat favoritku ketika masih aktif digereja.

Mataku terhenti di ayat ini, tak kuasa aku menahan tangis, rasanya terlalu lama aku melukai Tuhan Yesus.
Kisah Para Rasul 4:11 "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan — yaitu kamu sendiri –, namun ia telah menjadi batu penjuru".
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

Aku tidak ingin kehilangan suamiku dan putriku, jika aku berontak suamiku tidak hanya marah tapi akan menceraikanku dan mengambil anakku satu-satunya.
Kemarin malam bang Ramadan telephone dan mengatakan kalau dia pulang lebih awal dari yang direncanakan, ternyata dalam waktu sepuluh hari dia bisa menyelesaikan tugas yang diberikan perusahaan padanya.

Satu sisi aku ingin kembali kepada Kristus, tapi satu sisi lagi aku takut kehilangan orang-orang yang aku cintai, dan seandainya aku di usir dari rumah, kemana aku harus berlindung karena aku malu untuk pulang kerumah papa-mamaku yang dulu tidak aku gubris nasehat-peringatan mereka.
Akhirnya suamikupun pulang ke Indonesia.
Untuk menghindari pertengkaran semua lagu-lagu rohani dan Alkitab yang baru aku beli, aku simpan di gudang, aku tidak mau untuk kedua kalinya suamiku membakar-nya.

Satu minggu pertama setelah suamiku kembali kerumah, aku masih mencoba bertahan untuk tidak mengungkapkan keinginanku untuk menagih janjinya yang tertunda, yaitu bahwa aku bebas menjalankan keyakinanku.
Yang membuat aku bingung untuk melangkah, aku melihat dia berubah, menjadi lebih perhatian dan penyabar sekembalinya dari Australia itu.

Namun semakin aku mencoba melawan hasratku untuk mengutarakan keinginanku, semakin besar stressku ; aku gelisah! Gimana ngak stress . . .  hampir tiap malam aku mimpi yang mengingatkanku untuk balik kepada Kristus.

Satu bulan aku bergumul, aku berdoa dan berpuasa meminta kekuatan dari Tuhan, dan aku berpegang pada Firman Tuhan yang mengatakan, ...“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”! (Kisah Para Rasul 16:31)
Aku yakin dan percaya suatu saat Tuhan akan menjamah suamiku dan melunakkan hatinya.

Menjelang malam, sepulang dari kantor suamiku bilang dia mau bicara hal penting.
Aku jadi ketakutan sendiri, pikirku apakah suamiku tau saat dia pergi aku mendengarkan lagu rohani dan membaca Alkitab? atau jangan-jangan dia menemukan Alkitab atau CD rohani yang aku simpan digudang?

Aku cukup kenal sifat Bang Ramadan, aku bisa membaca dari raut wajahnya kalau dia sedang ada masalah di kantor, aku tau kalau dia sedang marah tapi berusaha menahan diri.
Sebenarnya bang Ramadan adalah pribadi yang baik, kalaupun selama ini dia melarangku ibadah di gereja, itu karena tekanan dari keluarganya, karena adik-adiknya semuanya menikah dengan wanita yang berkerudung, dan sebagai anak lelaki tertua dia malu istrinya beda dengan istri adik-adiknya.

“Apakah mama bahagia menikah dengan papa”?,ini pertanyaan pertama bang Ramadan setelah kami duduk diruang tamu. Pertanyaan ini membuat aku bingung dan gugup, kenapa suamiku tiba-tiba bertanya ini.
Aku hanya mengangguk, aku harap anggukan sudah menjawab pertanyaannya dan pembicaraan selesai.

“Apakah mama tidak dendam karena papa pernah membakar Alkitab dan lagu-lagu rohani diawal kita menikah dulu’?, kembali bang Ramadan bertanya padaku.
Aku pikir inilah kesempatan untuk bicara padanya, “Pa, kalau mau jujur, aku sangat kecewa ketika dilarang mendengar lagu rohani, apalagi Alkitab yang aku baca papa rampas dan dibakar didepan mataku, padahal sebelum menikah kita sepakat untuk menjalankan keyakinan masing-masing kan ? Tapi aku sangat mengasihi papa dan Siti dan aku tahu bahwa papa pun sangat mengasihi mama.
Keadaan yang membuat papa bersikap kasar padaku ini, karena tekanan keluarga yang membuat papa tega melukaiku, padahal aku tau kalau papa sangat cinta padaku”.

Lidahku jadi kelu, saat suamiku bersimpuh, bahkan mencium kakiku!
Bang Ramadan menangis!!!, bang Ramadan minta ampun karena melukai hatiku selama tiga tahun pernikahan kami. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku menangis, masih dengan tersedu-sedu dia berkata, “Saat aku di Australia, Ridho menelphonku, (Ridho adik bungsu suamiku, dan istrinya adalah menantu kebanggaan Ibu mertuaku, dia tidak hanya cantik tapi juga kaya dan selalu pembawaannya lemah lembut dan bertutur kata sopan), Ridho berniat untuk menceraikan istrinya, karena kedapatan selingkuh dengan rekan bisnisnya.

"Terus terang Papa malu pada mama, yang selama ini papa selalu banding-bandingkan mama dengan istri adik-adikku yang kelihatan saleh, tunduk pada suami, rajin sholat tapi ternyata kelakuan mereka tidak sesuai dengan apa yang kelihatan itu, belum lagi Ibu sering membandingkan mama dengan menantu-menantu lainnya dan ternyata tidak hanya istri Ridho yang bermasalah, minggu lalu istri Fadli juga di tangkap polisi karena ketahuan memakai Narkoba bersama teman-temannya”.

Setelah agak tenang dan mulai bisa mengendalikan emosi, Bang Ramadan mengambil sesuatu dari lemari, dan memberikannya padaku.
Mataku terbelalak, ternyata isi dari amplop besar itu adalah Alkitab yang aku simpan digudang satu bulan yang lalu.
“Papa menemukan Alkitab ini, saat mencari barang bekas di gudang; mama jangan takut karena mulai saat ini mama bebas mendengar lagu rohani, membaca Alkitab atau kalaupun mama mau pergi ke gereja dengan Siti, papa tidak akan melarang"; ini rumah mama, jadi berbuatlah sekehendak mama, papa tidak akan melarang kalau apa yang mama lakukan membuat mama bahagia”.

Aku tidak mampu berkata-kata,
Apa yang aku alami malam ini seperti mimpi!!!, Seperti Firman Tuhan katakan, “Tuhanlah yang berperang bagi orang yang berharap dan berbalik padaNya”.
Aku memeluk suamiku dan kami menangis bersama dan minta maaf karena selama ini kami ijinkan orang lain mengatur kehidupan rumah tangga kami, dan tanpa kami sadari semua itu melukai hati pasangan.

Untuk pertama kali setelah tiga tahun membina rumah tangga, aku pergi kegereja, tidak hanya aku yang semangat tapi putriku pun kelihatan suka cita, sepertinya dia tau kalau mamanya sangat bahagia.
Yang membuatku heran Bang Ramadan yang rencananya mengantar kami ke gereja juga berpakaian sangat rapi, tapi aku tidak banyak tanya, jangan sampai pertanyaanku membuat dia berubah pikiran.
Saat aku hendak turun dari mobil, bang Ramadan memegang tanganku, dan dengan tatapan penuh harap dia berkata, “Ma, apakah papa layak bertemu Tuhan Yesus”?....

#Selamat hari Minggu..
Kisah Nyata dari seorang teman WAG

Sunday, February 2, 2020

Sharing Refleksi Pribadi


Pada hari ini saya merefleksikan  bacaan Injil dari Markus 3:22-30. Saya membayangkan ketika Yesus mendapatkan hujatan pada waktu didatangi ahli-ahli Taurat dari Yerusalem.

Mereka datang untuk berkata tentang Yesus, bahwa "Ia kerasukan Beelzebul!" dan ada juga yang berkata, "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."

Saya membayangkan bahwa orang-orang tersebut memfitnah Yesus karena memang mereka tidak mengetahui kuasa Yesus sebenarnya berasal dari Allah. Mereka sendiri tidak merasakan kuasa kasih Allah untuk hidupnya masing-masing.

Demikian pula sikap seperti ahli-ahli Taurat itu masih terjadi hingga hari ini. Saya masih mengalami hujatan atau fitnahan dari orang-orang yang belum beriman kepada Yesus, bahkan orang yang sudah beriman pun masih suka memfitnah, mempergunjingkan tentang Yesus yang saya imani.

Masih kuat dalam bayangan ingatan saya ketika saya pernah dihina karena saya beragama berbeda dengan agama mayoritas di negeri ini. Saya pernah dihina bahwa saya menyembah Tuhan "berkolor", Tuhan yang berayah ibu, dan Tuhan trinitas.

Waktu dihina itu saya masih remaja dan belum tumbuh kuat iman saya kepada Yesus. Waktu itu saya sedih berkalut kecewa karena saya tidak berani menjawab tentang iman kebenaran yang saya yakini.

Ketika tumbuh dewasa, fitnahan kepada Yesus masih saya temukan. Misalnya pada grup-grup Facebook tertentu yang saya ikuti. Mereka mempersoalkan dan menghina tentang Yesus dengan berbagai umpatan dan celaan.

Bagi saya, Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kuasa-Nya masih terjadi hingga detik ini kepada saya dan semua yang dikasihi-Nya. Saya meyakini bahwa Yesus dapat mengusir segala yang jahat di dalam kehidupan ini.

Saya sangat ingat, pada 4 Desember 2018, Tuhan Yesus "mengusir" kesakitan low back pain (nyeri punggung bawah) dari tulang belakang badan saya melalui Adorasi Sakramen Ekaristi Maha Kudus. Sejak hari itu hingga detik ini, masalah low back pain itu tidak pernah mengganggu badan saya lagi. Pada hari itu juga gangguan gatal di kedua punggung tanggan saya tidak ada lagi.

Saya mengingat kebaikan Tuhan pada hari itu sebagai pertolongan ajaib kuasa-Nya. Saya bersyukur Tuhan mencurahkan Rahmat Kasih-Nya bagi setiap orang yang dikasihi-Nya.

Sampai dengan hari ini saya masih melihat kuasa Tuhan terus bekerja dalam kehidupan setiap manusia. Saya bersyukur, Tuhan memberikan kesehatan, kekuatan, dan rahmat pertolongan dalam menghadapi segala tantangan hidup saya.


Terpujilah Engkau Tuhan, Allah maha kuasa. Kami bersyukur untuk kasih dan rahmat cinta-Mu bagi kami. Tuhan Yesus ampuni kami yang masih meragukan kuasa-Mu yang dapat mengusir segala yang jahat dalam hidup kami.

Tuhan Yesus, kami mohon curahkanlah kasih-Mu untuk menolong setiap persoalan hidup kami sehingga kami dapat memberikan kesaksian tentang Engkau kepada semua orang. Dalam Kasih-Mu Yesus kami memuji dan berdoa. Amin.


@BekasiUtara-TebetTimurIII, 27 Januari 2020, Senin Pekan Biasa III
PF S. Angela Merici, Perawan.

SY Melki SP

Thursday, September 19, 2019

Kisah nyata perjalanan Rohani.. MAJED EL SHAFIE


KESAKSIAN
Kisah nyata perjalanan Rohani.. MAJED EL SHAFIE


Saya terlahir di sebuah keluarga non-Kristen yang sangat terpandang di Kairo, Mesir. Bapak dan saudara laki-laki saya adalah para penasehat hukum dan paman saya bekerja sebagai Hakim Mahkamah Agung, saya sendiri seorang mahasiswa hukum.

”Ketika kamu lahir dalam sebuah keluarga seperti ini, kamu memiliki banyak buku tentang hukum, keadilan dan kebebasan"

Majed mengawali kesaksiannya.

Pada tahun ketiga kuliah ilmu hukum di Alexandria, saya terkejut mengetahui adanya hukum yang melarang pembangunan gedung-gedung gereja.
Dan hukum itu juga melarang merenovasi bangunan-bangunan gereja kuno.
Orang-orang Kristen Mesir diperlakukan lebih buruk dari masyarakat kelas dua.

Terpukul oleh ketidak toleransian yang tidak masuk akal ini, saya mulai bertanya-tanya tentang ajaran agama nenek moyang saya.
”Mengapa ada penganiayaan terhadap pengikut ajaran Kristen, apa sih sebetulnya kesalahan mereka?”

Sebagai seorang calon sarjana hukum, dan dibesarkan dalam keluarga yang paham dengan masalah hukum, maka saya berkesimpulan :

"Ada politik jahat yang sedang mencoba menutupi sesuatu".

Pencarian keadilan dan kebenaran mulai berlangsung dalam jiwa saya sebagai seorang mahasiswa hukum.

Lalu saya menghubungi sahabat saya, Tamer, ia seorang Kristen dan saya menanyakan pertanyaan yang sama kepada dia
“Tamer.. kenapa ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di negeri ini ..?”

Karena takut membuat persahabatan kami menjadi pecah karena pertanyaan saya tersebut, maka Tamer memberikan Kitab Suci-nya pada saya, dan berkata :

”Pada kitab ini, kamu dapat menemukan jawaban untuk setiap pertanyaan yang kamu inginkan".

Saya pun langsung mengambilnya dan membawanya pulang. Saat pertama kali membuka Kitab Suci, kitab Injil Yohanes pasal 8 bercerita tentang bagaimana Yesus Kristus menangani kasus seorang wanita yang tertangkap basah saat berzinah itulah yang saya buka,
”Saya temukan bahwa Kitab Suci itu berisi tentang keadilan, kasih, dan pengampunan, lebih dari sekedar tentang hukum".

”Ini adalah pertama kalinya saya melihat pengampunan sejati".

Sejak saat itu, saya memutuskan untuk membaca Alkitab bersamaan dengan kitab suci agama leluhur saya untuk membandingkan kebenaran sejati diantara keduanya.

Hampir setahun setelah saya pertama kali membaca Kitab Suci, saya memutuskan untuk menjadi orang Kristen, meninggalkan agama nenek moyang saya.

Orang yang pertama kali saya beritahu adalah sahabat saya, Tamer. Saya berkata..
 ”Tamer, saya sekarang tahu apa itu Kristen. Kristen itu bukanlah agama. Kristen bukanlah pergi ke gereja setiap minggu lalu bernyanyi “Haleluya (terpujilah BAPA SURGAWI) serta Putra tunggalnya Yesus Kristus, dan begitu lagi sampai minggu depan.
Kristen itu adalah hubungan khusus manusia dengan Tuhan. Maka saya percaya dan mau menerima Yesus ke dalam hati saya".

Saya akhirnya menjadi Kristen dan mulai ikut organisasi jemaat bawah tanah dan puji Tuhan, kami dapat memenangkan 24.000 jiwa dalam 2 tahun.

Sebenarnya ini gereja bawah tanah, sebab kami mengadakan ibadah di goa-goa di pinggiran kota Alexandria.

Sementara saya ikut memimpin gereja bawah tanah, saya seperti sedang berdiri berhadapan dengan 2 raksasa Goliat;

Yang pertama ialah hukum pemerintah yang tidak adil.

Dan yang kedua adalah ajaran dari agama nenek moyang saya, yang mereka pakai untuk membenarkan menganiaya para umat Kristen di Mesir.

Tahun 1998, pagi-pagi sekali 5 tentara dan 2 polisi mendobrak pintu rumah saya dan membawa saya ke kantor polisi untuk diintrogasi, polisi mencoba mendapatkan informasi, siapa saja nama-nama orang Kristen yang berhubungan dengan saya, tetapi saya menolak. Lalu polisi itu mengancam:
”Jika kamu ingin bermain keras, kami dapat bermain keras!”

Setelah itu, saya digiring ke Penjara Abu Za’abel di Kairo, suatu tempat terkenal di Timur Tengah sebagai ”Neraka di Bumi".

Saya dipenjara dengan tuduhaan membangkitkan revolusi, ditambah tuduhan lainnya yaitu: mencoba mengubah agama Mesir dari non-Kristen menjadi Kristen dan telah menyembah serta mengasihi Yesus Kristus, Juru selamat.

Di Abu Za’abal, nama dan indentitas saya diganti, agar keluarga dan organisasi kemanusian tidak bisa menemukan saya.

Ini adalah praktek umum petugas penjara rahasia di Mesir.

Saya ditempatkan di bagian bawah tanah. Mereka menyiksa saya 7 hari berturut-turut, setiap hari tingkat siksaan semakin berat.

Pada hari pertama, mereka bertanya siapa nama-nama rekan Kristen saya. Saya tutup mulut. Maka mereka membotaki kepala saya dan menguyur dengan air panas dan kemudian air yang sangat dingin. Namun, saya tetap diam.

Hari kedua, mereka menggantung saya secara terbalik, kaki di atas kepala di bawah. Dalam posisi ini saya dipukuli dengan ikat pinggang, disunduti rokok yang membara dan jempol kuku kaki saya dicabut dengan tang.

Saya tetap bertahan..

Hari ketiga, saya dibawa ke sebuah sel, sementara saya berada di sana dengan segala luka di tubuh. Mereka memasukkan 3 anjing ke dalam sel penjara tersebut. Anjing-anjing tersebut adalah binatang ganas, dilatih untuk menyerang tahanan dan memakan daging mereka.

Ketika saya melihat ke 3 anjing digiring ke kamar sel, saya pergi ke pojok sel dan duduk di situ menutup wajah dengan tangan menantikan penderitaan yang akan menimpa saya.

Anjing-anjing semakin dekat, namun tiba-tiba keajaiban terjadi. Saya tidak mendengar suara-suara anjing itu. Saya tidak mengerti, apa yang sedang terjadi, ketika saya mengangkat kedua tangan dari muka saya untuk melihat apa yang sedang terjadi.

”Ternyata ke 3 anjing tersebut hanya duduk-duduk saja, sekalipun tuan mereka memerintahkan dengan paksa untuk menyerang saya.

Merasa tidak percaya apa yang mereka saksikan, mereka membawa ke 3 anjing itu keluar dan meminta kepada rekannya 3 anjing yang lain. Ternyata peristiwa mukjizat itu berulang lagi, bahkan seekor anjing menghampiri saya dan mulai menjilati diri saya.

Mereka melihat mukjizat Tuhan di depan mata mereka sendiri terjadi pada diri saya.

Hari keempat, petugas nomor 27, orang yang tinggi besar, memasuki sel dan berkata:
“Dengarkan, berikan nama-nama temanmu dan saya akan melepaskanmu. Saya akan berikan kamu apa saja yang kamu mau, rumah besar, mobil baru, wanita-wanita cantik! Akan saya berikan..!

”Saya terima tawaran!” jawab saya, namun pertama-tama, saya belum makan selama 3 hari, bawalah makanan dan setelah itu kita bicara.”
Saya pun mendapat makanan.

”Sekarang kamu beri tahu saya nama orang-orang yang bekerja denganmu?” petugas itu berkata.

”Dengar, kelompok kami ini sangat besar. Saya tidak bisa memberikan semua nama mereka, dan saya sendiri tidak bisa mengingat semuanya.
Namun, saya akan memberikan nama ketua kami kepadamu. Kamu bisa tangkap dia dan dia bisa memberikan dengan tepat nama semua anggota".

”Oh, saya pikir kamu adalah pemimpinya".

”Bukan tuan.. saya hanyalah seorang pelayan,”
 ”Nama ketua kami adalah Yesus Kristus. Jika anda bisa menangkap-Nya, tangkap saja"

Penjaga itu sangat murka. Lalu melempar saya ke tembok dan memerintahkan rekannya untuk membawa saya ke ruang lain untuk disalibkan.

“Dalam penghinaan terakhir, para penjaga merobek pakaian saya, lalu mengikat kedua tangan dan kaki serta leher saya pada sebuah balok salib dan membiarkan saya tergantung selama dua setengah hari. Diakhir 2,5 hari tersebut, mereka menggoreskan bahu sebelah kanan saya dengan pisau, lalu menaruh jeruk nipis dan garam pada daging yang robek tersebut".

Saya kehilangan kesadaran akan siksaan berat itu, dan ketika terbangun saya sudah berada di rumah sakit.
Ketika baru tersadar saya merasa begitu kesakitan.

Saya sungguh kehausan saat itu, lalu dalam penglihatan malam, saya melihat Tuhan Yesus datang, ia memberi saya minum dari tangan-Nya dan berkata,
“Jika kamu minum air-Ku, kamu tidak memerlukan  air yang lain..?”

Itu adalah pengalaman rohani  luar biasa bagi saya.

Seminggu setelah kejadian itu saya pulih total. Seorang penjaga penjara di rumah sakit memberikan informasi, bahwa besok saya akan dieksekusi mati. Karena saya tahu akan hal itu saya memutuskan untuk melarikan diri melalui jendela belakang rumah sakit.

Berita tentang kaburnya saya segera menyebar dan pemerintah mengumumkan hadiah 100.000 Dollar bagi kepala saya. Wajah saya muncul di TV dan di koran-koran. Saya tahu bahwa saya tidak dapat tetap tinggal di Mesir lagi.

Dengan mengendarai jet ski milik teman, saya melintasi Laut Merah, lalu menyeberangi Padang gurun Sinai dan menyerahkan diri pada orang-orang Israel. Di sana saya ditahan selama 16 bulan, sementara PBB dan Amnesty Internasional menyelidiki kasus saya dan pada akhirnya saya mendapatkan status pengungsi politik untuk berimigrasi ke Toronto, Kanada.

Semua ini telah mengubah kehidupan saya.
Saya tidak akan pernah menyerah..! Sebab saya tahu banyak orang sedang melalui hal yang sama dengan yang saya alami dahulu.
Setiap tahun, ratusan ribu orang Kristen mati dibunuh karena iman mereka dan inilah fakta..!

Kepada semua pemerintah yang menganiaya orang Kristen, saya.. Majed El Shafie berkata :

”Orang-orang Kristen yang teraniaya mati dan berjatuhan, mereka akan tetap tersenyum. Walau mereka mati dan ada di dalam sebuah tanah yang dalam, tetapi sesungguhnya mereka memegang lampu keabadian KERAJAAN SURGA. Kalian dapat membunuh pemimpin-pemimpin kami, namun kalian tidak akan dapat membunuh iman kami pada Tuhan Yesus Kristus.

Salam Damai " SINGALAYANG"
TUHAN YESUS MEMBERKATI

Tuesday, April 30, 2019

Mungkin kamu tidak tahu bahwa apa yang kamu lakukan telah menjadikan mereka martir



ada tulisan bagus dari seorang Suster Srilanka yang ditujukan kepada Si Pembunuh (saya terjemahkan bebas):

Beautifully written by a Sri Lankan sister. (It is written to the killer who attacked Christians in SL)

(I) Appreciate that you made the effort to find out the timing of our mass.

(Saya hargai usahamu mencari tahu kapan misa diadakan)

Appreciate that you learnt more about our religion to know that Sundays are the days we go to Church for the congregational prayers and Mass.

(Saya hargai kamu belajar lebih banyak tentang agama kami untuk mengetahui bahwa hari Minggu adalah hari saat kami pergi ke gereja untuk misa dan doa bersama.)

But I guess there were some things you, rather unfortunately, didn’t get to learn.

(Tetapi sayangnya ada beberapa hal yang tidak kamu fahami)

Perhaps you didn’t know that what you did made them Martyrs.

(Mungkin kamu tidak tahu bahwa apa yang kamu lakukan telah menjadikan mereka martir)

And how you have single-handedly raised the statuses of our brothers and sisters in the eyes of their beloved Jesus with your actions. And how, through your actions, they will be raised as the most righteous and pious of Christian's.

(Dan dengan tanganmu sendiri, kamu telah meninggikan status saudari & saudara kami di mata Yesus yang mereka kasihi. Dan melalui perbuatanmu, mereka ditinggikan sebagai orang-orang Kristiani yang paling saleh dan beriman.)

Perhaps you didn’t know that doing what you did, at the time and place you chose, it actually meant that the last words that escaped their lips were probably words of remembrance and praise of Jesus. Which is a noble end many Christians could only dream of.

(Mungkin kamu tidak tahu dengan perbuatanmu, pada tempat dan waktu yang kamu pilih, sebenarnya berarti kata terakhir yang keluar dari bibir mereka barangkali adalah kata-kata pujian dan kenangan akan Yesus. Akhir yang pantas dipuji yang banyak orang Kristiani hanya bisa memimpikannya.)

And perhaps you didn’t know, but what you did would almost guarantee them paradise.

(Dan mungkin kamu tidak tahu, namun apa yang kamu perbuat hampir pasti mengantarkan mereka ke surga.)

Appreciate that you showed the world how Christian welcome, with open arms, even people like yourself into our Church, which is our second home.

(Saya hargai bahwa kamu telah menunjukkan kepada dunia bagaimana orang Kristiani menyambut dengan tangan terbuka bahkan orang seperti kamu ke gereja kami, yang adalah rumah kedua kami.

Appreciate you for showing that our Church have no locks or gates, and are unguarded because everyone and anyone is welcome to be with us.

(Saya hargai kamu tunjukkan Gereja kami tidak memiliki pintu gerbang atau gembok, dan tidak dijaga karena semua orang dan siapa saja diterima di tengah kami.)

Appreciate you for allowing the world to see the powerful image of men you injured, lying on back on the stretcher with his index finger raised high, as a declaration of his faith and complete trust in Jesus.

(Saya hargai kamu telah menunjukkan dunia melihat betapa kekuatan gambar orang yang kau lukai, telentang di tandu dengan jari telunjuk teracung tinggi, sebagai pernyataan iman dan percaya seutuhnya kepada Yesus.)

Appreciate how you brought the Churches,Government and communities together to stand with us.

(Saya hargai bagaimana kamu telah menyatukan Gereja-gereja, Pemerintah dan Komunitas-komunitas lain untuk mendukung kami.)

Appreciate that you made countless Srilankans come out of their homes to visit the Church nearest to them with flowers with beautiful messages of peace and love.

(Saya hargai kamu telah membuat banyak sekali penduduk Srilanka untuk datang mengunjungi gereja terdekat dengan bunga-bunga beserta pesan indah tentang kasih dan perdamaian.)

You have broken many many hearts and you have made the world weep. You have left a huge void.

(Kamu telah melukai hati banyak orang dan membuat dunia menangis. Kamu telah membuat kehampaan besar.)

But what you also have done have brought us closer together. And it has strengthened our faith and resolve.

(Namun apa yang telah kamu lakukan juga telah membuat kami semakin dekat. Dan membuat iman dan tekad kami lebih kuat.)

In the coming weeks, more people will turn up in the Church, a place you hate so much, fortified by the strength in our faith, and inspired by our fallen brothers and sisters.

(Beberapa minggu ke depan, lebih banyak orang yang akan datang ke Gereja, sebuah tempat yang begitu kamu benci, dibentengi kekuatan iman kami, dan terinspirasi oleh saudari dan saudara kami yang telah menjadi korban.)

In the coming weeks, more non Christians will turn up at the gates of Churches with fresh flowers and beautifully handwritten notes. They may not have known where the Church in their area was. But now, they do. All because of you.

(Dalam beberapa minggu ke depan, lebih banyak orang non-Kristiani akan datang ke pintu gerbang Gereja-gereja dengan bunga segar dan pesan indah bertulisan tangan. Mungkin mereka tidak pernah tahu di mana ada gereja di sekitar mereka. Tetapi sekarang mereka tahu. Semua berkatmu.)

You may have achieved your aim of intended destruction, but I guess you failed to incite hatred, fear and despair in all of us.

(Kamu mungkin telah mencapai tujuanmu mengadakan kerusakan yang disengaja, tetapi saya kira kamu gagal menghasut kebencian, ketakutan, dan keputusasaan dalam diri kami semua.)

And while I understand that it may have been your objective, I hate to say that after all of that elaborate planning, and the perverse and wretched efforts on your part, you still failed to drive a divide among the the Catholics and non-Christians in the world.

(Dan sementara saya mengerti itu mungkin adalah tujuanmu, aku benci mengatakan bahwa setelah semua perencanaan rumit itu, dan usaha jahat dan mencelakakan dari pihakmu, kamu tetap saja gagal mendorong perpecahan antara orang2 Katholik dan non-Kristiani di dunia.)

For that, I can’t say that I’m sorry.

(Untuk itu, aku hanya bisa mengatakan saya menyesal.)

GitaPudjo

Sunday, December 30, 2018

INDAHNYA TOLERANSI WARGA LERENG MERBABU SAAT NATAL



Indahnya Toleransi Warga Lereng Merbabu saat Natal
Perayaan Natal di lereng Gunung Merbabu tepatnya di Dusun Thekelan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang berlangsung berbeda dari yang lainnya.
Pagi hari puluhan umat Kristiani dari beberapa gereja di Dusun Thekelan melakukan ibadah bersama di GPdi Thekelan, Rabu (26/12/18).
Tak lama berselang, sekitar pukul 08.00, umat Islam dan Budha berbondong-bondong menuju sekitar gereja dan menunggu para umat kristiani.
Usai umat Kristiani melaksanakan ibadah, mereka berjajar di samping kanan dan kiri jalan. Perwakilan dari setiap umat pun memberikan sambutan, mengucapkan selamat natal dan memberikan doa bagi para umat kristiani.
“Selamat natal. Semoga memberi kedamaian lahir dan batin,” tutur Sukhadhamma Sukarmin, seorang perwakilan tokoh agama buddha.
Perwakilan tokoh agama islam pun demikian. Mewakili umat islam, Satiman mengucapkan selamat natal kepada para umat kristiani.
“Selamat Natal bagi umat Kristiani. Semoga Natal ini membawa berkah,” tuturnya.
Umat Kristiani pun membalas dengan senyuman dan ucapan doa-doa.
“Terimakasih, semoga Gusti memberkati,” jawabnya.
Isak tangis pun tak terbendung ketika mereka saling bersalaman dan memberi ucapan.
Seorang pendeta GPdI Thekelan, Pdt Petrus Sukiman menyambut positif ucapan Natal dari umat Islam dan Buddha.
Kehadiran umat Islam dan Buddha membuat para jemaat dapat beribadah dengan tenang dan tidak ada hal yang ditakutkan.
“Indonesia sebagai negara yang beragam suku, ras, dan agama, cara ini positif sekali,” ungkapnya.
Menurutnya, adanya toleransi antarumat yang ada di Thekelan, masyarakat dapat membangun desa bersama-sama tanpa ada perselisihan.
Dusun Thekelan juga dapat menjadi miniatur negara Indonesia yang beragam agama namun toleransi tetap terjaga.
“Mungkin di tempat lain tidak ada hal semacam ini. Ini perlu menjadi contoh bentuk toleransi bagi masyarakat lain,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Thekelan, Supriyo mengatakan, Dusun Thekelan berpenduduk sekitar 720 jiwa. Mereka menganut berbeda agama yang didominasi umat buddha.
“Satu rumah beda agama disini sudah biasa,” ungkapnya.
Meski berbeda, toleransi antar umat di Dusun Thekelan sangat terjaga.
Ucapan memberi selamat saat hari besar merupakan bentuk toleransi antar umat dalam rangka menjaga kerukunan warga Thekelan yang beragam agama.
Acara ini dilakukan oleh warga Thekelan tidak hanya saat Natal, namun setiap perayaan hari besar agama.
“Setiap hari besar, entah Natal, Waisak, Idul Fitri, kami selalu melakukan tradisi ini,” ungkapnya.
Menurutnya, meski berbeda keyakinan hubungan antar warga harus terus dijaga.
“Urusan kami sama Tuhan memang masing-masing, tapi urusan dengan sesama harus kita jaga,” tuturnya.
Toleransi di Dusun Thekelan tidak hanya ditunjukkan saat perayaan hari besar.
Saat ramadhan tiba, umat Islam juga mengundang umat non islam untuk berbuka bersama.
“Bahkan, ketika ada pengajian, yang mengaji tidak hanya satu umat saja. Semua ikut,” tambahnya.
Supriyo juga menanamkan tradisi tersebut kepada anak-anak Dusun Thekelan agar toleransi antar umat di Dusun Thekelan selalu terjaga.
“Kami tidak hanya menjalankan saja, tapi kami mengajari anak-anak generasi milenial karena era mereka berbeda dengan agar mereka menjaga toleransi,” katanya.
Sumber berita Indahnya Toleransi Warga Lereng Merbabu saat Natal : tribunjateng

https://www.berita168.com/indahnya-toleransi-warga-lereng-merbabu-saat-natal/

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)