Mengapakah seorang Katolik yang ingin memperdalam pemahamannya akan Kitab Suci mengambil bahan bacaan dari tahun liturgi? Jawabnya sederhana: tahun liturgi tidak hanya semata-mata mengenai warna busana liturgi, abu dan palma, poinsettia Natal dan lili Paskah. Tahun liturgi adalah �konteks resmi� di mana umat Katolik mendengarkan Kitab Suci yang diwartakan, dan kontkes ini penting bagi pemahaman kita akan Kitab Suci. Sebagian besar benua mengalami empat macam musim: musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Saya menyukai variasi musim-musim itu. Kelimpahan dan keanekaragaman alam yang mengagumkan memenuhi saya dengan ketakjuban akan keindahan dan keelokan alam sang Pencipta.
Tahun liturgi juga mempunyai masa-masanya: Masa Adven / Natal (termasuk Adven, Hari Raya Natal dan pesta-pesta sepanjang Masa Natal hingga Pesta Pembaptisan Tuhan) dan Masa Prapaskah / Paskah (Masa Prapaskah, Hari Raya Paskah dan kelimapuluh hari hingga Hari Raya Pentakosta). Sepanjang masa-masa ini, kita membaca bacaan-bacaan yang dipilih dari Kitab Suci sehubungan dengan misteri-misteri agung iman kita.
Misteri Kristus begitu kaya dan beragam hingga satu gambaran atau satu pandangan saja tidak akan cukup. Sewaktu saya belajar liturgi di Perancis sepanjang tahun-tahun sesudah Konsili Vatican Kedua, saya mendapati banyak arca yang begitu indah. Saya terkenang akan bagaimana saya frustrasi dalam usaha menyampaikan keindahan karya seni tersebut kepada ibu saya di Kansas hanya dengan mengiriminya selembar kartu pos atau selembar foto. Tidaklah mungkin sebuah gambar datar dapat menangkap keindahan dari karya seni tiga dimensi. Seringkali hal terbaik yang dapat saya lakukan adalah mengitari patung dan mengambil gambarnya dari berbagai sudut pandang dan perspektif dan dengan cara demikian berusaha menangkap setidak-tidaknya sesuatu dari kekayaan pengalaman tersebut.
Masa-masa liturgi mempunyai tujuan yang sama dalam memperlihatkan kepenuhan misteri Kristus. Sepanjang rangkaian masa satu tahun, kita mengalami misteri ini dari berbagai sudut pandang dan dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam kata-kata Konsili Vatican Kedua: �Selama kurun waktu setahun, Gereja memaparkan seluruh misteri Kristus, dari Penjelmaan serta Kelahiran-Nya hingga Kenaikan-Nya, sampai hari Pentakosta dan sampai penantian kedatangan Tuhan yang bahagia dan penuh harapan� (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #102).
Bacaan dari �.
Mendengarkan Kitab Suci pada waktu Misa merupakan suatu bentuk pengalaman yang lain dari mendalami Kitab Suci secara pribadi di rumah atau bersama kelompok. Ketika Kitab Suci diwartakan dalam liturgi, Kristus Sendiri hadir dengan suatu cara yang istimewa. Konstitusi tentang Liturgi Suci dari Konsili Vatican Kedua memaklumkan: �Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia Sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja� (#7).
Para uskup Konsili Vatican Kedua tahu bahwa apabila mereka bermaksud memenuhi kerinduan mereka untuk �makin meningkatkan kehidupan Kristiani di antara umat beriman� (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #1), mereka harus mengembalikan Kitab Suci ke tempat pusatnya dalam liturgi dan dalam kehidupan umat Katolik. Apabila kita hendak mengikuti Kristus, kita harus mengenal Kristus; agar mengenal Kristus, kita wajib mengenal Kitab Suci. Sepeti yang pernah dikatakan St Hieronimus, �Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.�
Konsili mendekritkan: �Agar santapan Sabda Allah dihidangkan secara lebih melimpah kepada umat beriman, hendaklah khazanah harta Kitab Suci dibuka lebih lebar [dalam Ekaristi]� (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #51). �Rancangan� untuk mencapai maksud ini tercantum dalam sebuah buku yang disebut lectionarium. Karena hari Minggu adalah �pangkal segala hari pesta� serta �dasar dan inti segenap tahun liturgi�(Konstitusi tentang Liturgi Suci, #106), maka ayat-ayat paling penting dari Kitab Suci disajikan dalam lectionarium hari Minggu. Lectionarium pada hari-hari lainnya melengkapi lectionarium hari Minggu.
Dalam kurun waktu satu tahun, bacaan-bacaan Kitab Suci untuk Misa dipilih dengan satu dari dua macam cara. Sepanjang masa-masa utama tahun liturgi (Masa Prapaskah / Masa Paskah dan Masa Adven / Masa Natal), ayat-ayat dipilih berdasarkan �tema�, yakni, hubungannya dengan suatu misteri tertentu iman kita. Pada hari-hari Minggu sisanya sepanjang tahun, yang disebut sebagai �Masa Biasa�, berbagai kitab-kitab dari Kitab Suci dibacakan kurang lebih dari awal hingga akhir selama beberapa minggu.
Konsili Vatican Kedua menetapkan bahwa lectionarium hendaknya disusun begitu rupa �sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun bagian-bagian penting Kitab Suci dibacakan kepada umat.� Lectionarium hari Minggu mempergunakan lingkaran tiga tahun berdasarkan tiga Injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas menyajikan suatu �pandangan serupa�, syn-opsis dalam bahasa Yunani). Setiap tahun kita memfokuskan diri pada salah satu dari ketiga Injil ini: Matius dalam Tahun A, Markus dalam Tahun B, Lukas dalam Tahun C. Injil Yohanes dihadirkan teristimewa sepanjang masa-masa utama atau untuk menggarisbawahi doktrin-doktrin utama seperti Ekaristi.
Selain bacaan Injil, dalam setiap perayaan Ekaristi hari Minggu dibacakan dua bacaan lain. Bacaan pertama biasanya diambil dari Perjanjian Lama dan dipilih dalam terang tema Injil yang dibacakan pada hari Minggu itu. Bacaan Kedua diambil dari surat-surat Paulus atau salah satu dari tulisan-tulisan lain Perjanjian Baru. Seperti Injil, kitab-kitab ini dibacakan semi-berkesinambungan dan dipilih agar dalam kurun waktu satu lingkaran tiga tahun kita telah menikmati masing-masing dari kitab-kitab Perjanjian Baru. Sebagai misal, sepanjang hari-hari Minggu pada Masa Biasa dalam Tahun A kita membaca dari Korintus I (selama 7 hari Minggu berturut-turut), Roma (16 hari Minggu berikutnya), Filipi (4 hari Minggu) dan Tesalonika I (5 hari Minggu).
Merayakan Kristus di Tengah Kita
Natal adalah sekaligus awal dan akhir tahun Gereja. Pada Masa Natal kita merayakan Kristus yang datang di tengah-tengah kita dalam rupa manusia di Betlehem dan kita mengarahkan perhatian kita pada kedatangan Kristus dalam kemuliaan pada akhir zaman. Pada Masa Adven, empat minggu masa sukacita dan pengharapan rohani yang mendahului Natal, bacaan-bacaan dari Kitab Suci dipilih dalam terang tema ganda ini. Bacaan-bacaan Minggu Adven I mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya pada akhir zaman. Pada Hari Minggu Adven II dan III, kita membaca kisah Yohanes Pembaptis. Pada hari-hari akhir Adven kita membaca mengenai peristiwa-peristiwa yang secara langsung berhubungan dengan persiapan kelahiran Tuhan (bab-bab pertama dari Injil Matius dan Injil Lukas).
Pada masa ini, bacaan-bacaan Perjanjian Lama adalah nubuat mengenai Mesias dan jaman mesianik, teristimewa ayat-ayat yang mengagumkan dan penuh pengharapan dari Kitab Yesaya: �bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang...� (2:4b); �Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya�� (11:6b).
Hari Minggu adalah perayaan Kristiani paling awal dan paling tua. Komunitas-komunitas Kristiani perdana mulai merayakan hari Minggu yang paling berdekatan dengan Paskah Yahudi dengan kekhidmadan yang khusuk. �Paskah Kristiani� ini menjadi apa yang sekarang kita sebut Paskah. Seperti Paskah merayakan perjalanan Kristus dari mati kepada hidup, perayaan ini segera saja menjadi masa istimewa bagi komunitas untuk merayakan Sakramen Baptis, yakni perjalanan umat Kristiani dari mati kepada hidup dalam Kristus.
Dalam abad keempat dan kelima, Gereja mengembangkan suatu sistem ritus guna menemani perjalanan iman mereka yang rindu untuk menjadi umat Kristiani. Sekarang, ritus ini telah dihidupkan kembali sebagai Ritus Inisiasi Kristiani untuk Orang Dewasa. Empatpuluh hari terakhir dari perjalanan ini menjadi apa yang sekarang kita sebut sebagai Masa Prapaskah.
Pembaptisan adalah kunci untuk memahami pemilihan ayat-ayat Kitab Suci yang dibacakan sepanjang Masa Prapaskah. Sebagai misal, Injil untuk Hari Minggu Prapaskah I adalah kisah pencobaan Yesus di padang gurun. Masa Prapaskah adalah masa retret sebelum pembaptisan. Dalam Injil, Yesus undur diri ke padang gurun untuk berdoa. Simbol utama Pembaptisan adalah air; padang gurun menyebabkan kita dahaga akan air. Dalam keempat Injil, kisah pembaptisan Yesus segera diikuti dengan kisah pencobaan di padang gurun.
Pada Hari Minggu Prapaskah II kita mendengar kisah transfigurasi dan kita melihat Yesus dalam pakaian Paskah-Nya. Kita dapat membayangkan mereka yang dipilih untuk pembaptisan menerima pakaian putih mereka seolah mereka keluar dari kolam pembaptisan pada hari Paskah.
Bacaan-bacaan Tahun A mengungkapkan tema pembaptisan teristimewa dengan amat baik dan dapat dipergunakan setiap tahun pada Hari Minggu Prapaskah III, IV dan V. Pada Hari Minggu Prapaslah III dalam Tahun A, misalnya, kita mendapati Yesus di tepi sebuah sumur di Samaria di mana seorang perempuan meminta air hidup. Tidak dapat tidak kita berpikir tentang air hidup pembaptisan kita.
Pada Hari Minggu Prapaskah IV kita membaca kisah seorang laki-laki yang terlahir buta. Sementara Yesus menyuruhnya, �Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam (Siloam artinya: �Yang diutus�)� (Yohanes 9:7) kita mengenangkan bagaimana kita pergi dan membasuh diri dalam Kristus, �Dia yang diutus ke dalam dunia� demi keselamatan kita. Kita keluar dari kolam dengan terang dan dapat melihat dengan cara pandang yang baru.
Pada Hari Minggu Prapaskah V, ketika kita mendengarkan kisah Lazarus yang keluar dari makam, pikiran kita tertuju kepada mereka yang baru dibaptis keluar dari makam pembaptisan dan dibebaskan dari belenggu dosa.
Perubahan radikal kita dengan dibaptis ke dalam wafat dan kebangkitan Kristus adalah fokus dari perayaan Paskah. Kebangkitan adalah misteri inti iman kita. Paskah begitu penting hingga kita bahkan tak dapat merayakannya secara cukup dalam satu hari saja - melainkan selama satu minggu, Oktaf Paskah. Dan terlebih lagi, membutuhkan satu minggu hari minggu (7 x 7) - 50 hari, Pentakosta (pent ekonta, bahasa Yunani artinya 50). Setiap hari dari kelimapuluh hari ini adalah Paskah. Perhatikan bahwa kita berbicara mengenai hari-hari Minggu Paskah, bukan hari-hari Minggu sesudah Paskah. Pentakosta adalah hari terakhir perayaan Paskah kita.
Selama Limapuluh hari ini, kita melihat kepada akar Kristiani kita. Setiap hari dalam Misa, baik hari-hari Minggu maupun hari-hari biasa, kita membaca dari Kisah Para Rasul. Mereka yang baru saja dibaptis tidak hanya �mengenakan Kristus�, mereka mengenakan Tubuh-Nya, Gereja, dan mereka (bersama kita) mengambil waktu sepanjang limapuluh hari ini untuk merenungkan siapa keluarga itu, �Gereja� itu. Kita melihat gambaran akan kelahiran dan perkembangan awal Gereja kita dalam Kisah Para Rasul.
�Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!�
Pada hari Pentakosta kita mendengarkan sekaligus catatan Lukas dan Yohanes mengenai turunnya Roh Kudus atas para rasul. Dalam bacaan pertama kita mendengarkan kisah Lukas mengenai turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-11). Bacaan Injil menyajikan kisah Yohanes mengenai anugerah Roh Kudus pada hari Minggu Paskah (Yohanes 20:19-23). Kita tidak perlu mempertanyakan apakah Roh Kudus dianugerahkan pada hari Pentakosta (seperti dicatat Lukas) atau pada hari Minggu Paskah (seperti dicatat Yohanes); liturgi tidak mengenai sekedar pembacaan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, pun Kitab Suci tidak berusaha menyajikan catatan historis mengenai peristiwa-peristiwa ini. Melainkan, �melalui liturgi dalam Kurban Ilahi Ekaristi, `terlaksanalah karya penebusan kita'� (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #2). Roh Kudus dianugerahkan pada hari ini, pada Pentakosta ini. Ketika kita mendengarkan Passio Kristus dimaklumkan pada hari Jumat Agung dan kita memadahkan �Adakah Engkau di Sana Ketika Mereka Menyalibkan Tuhan-ku?�, jawabnya adalah, tentu saja, �Ya! Aku ada di sana! Aku ada di sana sekarang ini!� Paskah tidak hanya sekedar mengenangkan suatu peristiwa yang terjadi dua ribu tahun yang lampau. Kristus bangkit dalam diri kita sekarang ini.
Konsili Vatican Kedua mengajarkan bahwa, �Dengan mengenangkan misteri-misteri Penebusan itu Gereja membuka bagi kaum beriman kekayaan keutamaan serta pahala Tuhan-nya sedemikian rupa, sehingga rahasia-rahasia itu senantiasa hadir dengan cara tertentu. Umat mencapai misteri-misteri itu dan dipenuhi dengan rahmat keselamatan� (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #102). Liturgi memungkinkan kita untuk melampaui waktu �dahulu-sekarang-yang akan datang� dan masuk ke dalam �waktu keselamatan� Tuhan agar rahmat dan misteri dari peristiwa yang kita kenangkan itu dihadirkan kembali.
Saya tidak perlu merasa kecewa bahwa saya �dilahirkan terlambat� dan segala peristiwa Kristiani yang mengagumkan telah terjadi jauh di masa silam sebelum jaman saya. Peritiwa-peristiwa Kristiani yang mengagumkan terjadi sekarang ini. Bacaan Kitab Suci dalam konteks tahun liturgi memaklumkan kebenaran yang mengagumkan ini lagi dan lagi.
oleh: P. Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.
* Fr Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D., has a doctorate in liturgy and sacramental theology from the Institut Catholique of Paris. A popular writer and lecturer, Father Richstatter teaches at St. Meinrad (Indiana) School of Theology.
sumber : �The Lectionary and the Liturgical Year: How Catholics Read Scripture by Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.�; Copyright St. Anthony Messenger Press; www.americancatholic.org
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya�
Showing posts with label Tahun Liturgi. Show all posts
Showing posts with label Tahun Liturgi. Show all posts
Monday, January 27, 2014
Sunday, December 2, 2012
Penggolongan Perayaan Liturgi dalam Satu Siklus Tahun Liturgi
Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasa, selama 1 tahun. Jadi, dalam kalender Gereja Katolik tersebut diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan mingguan.
Kita umumnya mengenal Tahun Masehi yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Tahun Liturgi berbeda dengan Tahun Masehi. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November � awal Desember], yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam [akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan.
Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja membaginya berdasarkan Injil yang dibacakan. Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius. Tahun B, yaitu tahun 2006, 2009, 2012, dst: Injil Markus. Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan, tahun 2009 dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B.
Tahun A, B, C di atas untuk menentukan bacaan Injil pada hari Minggu. Bacaan misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Disebut tahun I , karena tahun ganjil [2007, 2009, dst]; tahun II , karena tahun genap [2008, 2010, dst]. Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama.
Maka bila kita setia mengikuti Misa hari Minggu, dalam tiga tahun kita sudah �menyelesaikan� hampir seluruh isi alkitab. Seandainya kita juga rajin mengikuti misa harian, hampir seluruh alkitab sudah kita dengarkan dalam waktu dua tahun.
Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi
Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita.
Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.
Berikut adalah perayaan liturgi yang digolongkan sebagai tingkat �Hari Raya�, tingkat �Pesta� dan tingkat �Peringatan�, masing-masing menurut pentingnya. (Bdk. PTL 59)
1. Hari Raya/ Solemnity:
Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta/ feast. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan � bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari raya.
1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan
Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita
Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska
40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta
Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus
Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus
15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga
1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus
November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda
25 Desember: Hari Raya Natal
Beberapa hari raya ini merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Ada hari raya yang hanya berlaku di Indonesia, yaitu: Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08).
2. Pesta/ Feast
Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November)
3. Peringatan/ Memorial
Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/ daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/ solemnity, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau Oktaf Paskah.
4. Masa musim liturgis
Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari peringatan khusus yang dilakukan.
5. Masa Biasa
Hari- hari dalam masa biasa.
Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan: �Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja, diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijaksanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.� (PTL 9)
�Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.� (PTL 8)
�Perayaan-perayaan liturgi dibagi menurut pentingnya. Ada tingkat hari raya, tingkat pesta dan tingkat peringatan. Hari raya merupakan hari liturgi yang paling besar. Perayaannya dimulai pada hari sebelumnya dengan Ibadat Sore. Beberapa hari raya mempunyai Misa sore khusus pada hari sebelumnya; rumus ini dipakai bila ada Misa sore.� (PTL 10-11)
Di Indonesia, ada 4 hari libur nasional dari tradisi Gereja Katolik, yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu: Tahun Baru (Gregorian) 1 Januari dan juga Kelahiran, Wafat dan Kenaikan Yesus Kristus. Di negara-negara lain, ada juga hari libur nasional untuk Hari Raya Penampakan Tuhan (=Epifani, 6 Jan), Tubuh dan Darah Kristus (=Corpus Christi, Kamis kedua setelah Pentakosta),
Hari Minggu selama tahun liturgi dianggap sangat penting. Terutama hari Minggu selama Adven, Prapaskah dan Paskah. Hanya Pesta memperingati Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu. Misalnya, Hari Raya St. Perawan Maria Bunda Allah (1 Januari) jika jatuh hari Minggu maka akan dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta Penampakan Tuhan misalnya, jika jatuh hari Minggu (di negara di mana harinya tidak dipindahkan ke hari Minggu terdekat) akan tetap dirayakan menggantikan hari Minggu.
Pesta lain yang berkenaan dengan Santo/Santa, Pendirian Gereja, dsbnya akan diabaikan, karena lebih rendah dari hari Minggu derajatnya. Selama 3 masa tersebut: Adven, Prapaskah, Paskah, derajat hari Minggu menjadi mutlak dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Jika ada Pesta Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu pada masa-masa tersebut, maka akan digeser ke hari Sabtu. (DOKUMEN GEREJA: PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (LITTERAE CIRCULARES DE FESTIS PASCHALIBUS PRAEPARANDIS ET CELEBRANDIS #11)
Dalam contoh kasus di atas, Pesta Salib Suci jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut. Pesta ini digolongkan pada Pesta Tuhan. Karenanya dirayakan menggantikan hari Minggu.
Sumber : http://renunganpagi.blogspot.com/2012/05/tahun-liturgi-warna-liturgi-dan.html
Kita umumnya mengenal Tahun Masehi yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Tahun Liturgi berbeda dengan Tahun Masehi. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November � awal Desember], yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam [akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan.
Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja membaginya berdasarkan Injil yang dibacakan. Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius. Tahun B, yaitu tahun 2006, 2009, 2012, dst: Injil Markus. Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan, tahun 2009 dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B.
Tahun A, B, C di atas untuk menentukan bacaan Injil pada hari Minggu. Bacaan misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Disebut tahun I , karena tahun ganjil [2007, 2009, dst]; tahun II , karena tahun genap [2008, 2010, dst]. Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama.
Maka bila kita setia mengikuti Misa hari Minggu, dalam tiga tahun kita sudah �menyelesaikan� hampir seluruh isi alkitab. Seandainya kita juga rajin mengikuti misa harian, hampir seluruh alkitab sudah kita dengarkan dalam waktu dua tahun.
Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi
Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita.
Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.
Berikut adalah perayaan liturgi yang digolongkan sebagai tingkat �Hari Raya�, tingkat �Pesta� dan tingkat �Peringatan�, masing-masing menurut pentingnya. (Bdk. PTL 59)
1. Hari Raya/ Solemnity:
Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta/ feast. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan � bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari raya.
1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah
6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan
Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita
Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska
40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta
Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus
Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus
15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga
1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus
November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda
25 Desember: Hari Raya Natal
Beberapa hari raya ini merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Ada hari raya yang hanya berlaku di Indonesia, yaitu: Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08).
2. Pesta/ Feast
Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November)
3. Peringatan/ Memorial
Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/ daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/ solemnity, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau Oktaf Paskah.
4. Masa musim liturgis
Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari peringatan khusus yang dilakukan.
5. Masa Biasa
Hari- hari dalam masa biasa.
Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan: �Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja, diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijaksanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.� (PTL 9)
�Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.� (PTL 8)
�Perayaan-perayaan liturgi dibagi menurut pentingnya. Ada tingkat hari raya, tingkat pesta dan tingkat peringatan. Hari raya merupakan hari liturgi yang paling besar. Perayaannya dimulai pada hari sebelumnya dengan Ibadat Sore. Beberapa hari raya mempunyai Misa sore khusus pada hari sebelumnya; rumus ini dipakai bila ada Misa sore.� (PTL 10-11)
Di Indonesia, ada 4 hari libur nasional dari tradisi Gereja Katolik, yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu: Tahun Baru (Gregorian) 1 Januari dan juga Kelahiran, Wafat dan Kenaikan Yesus Kristus. Di negara-negara lain, ada juga hari libur nasional untuk Hari Raya Penampakan Tuhan (=Epifani, 6 Jan), Tubuh dan Darah Kristus (=Corpus Christi, Kamis kedua setelah Pentakosta),
Hari Minggu selama tahun liturgi dianggap sangat penting. Terutama hari Minggu selama Adven, Prapaskah dan Paskah. Hanya Pesta memperingati Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu. Misalnya, Hari Raya St. Perawan Maria Bunda Allah (1 Januari) jika jatuh hari Minggu maka akan dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta Penampakan Tuhan misalnya, jika jatuh hari Minggu (di negara di mana harinya tidak dipindahkan ke hari Minggu terdekat) akan tetap dirayakan menggantikan hari Minggu.
Pesta lain yang berkenaan dengan Santo/Santa, Pendirian Gereja, dsbnya akan diabaikan, karena lebih rendah dari hari Minggu derajatnya. Selama 3 masa tersebut: Adven, Prapaskah, Paskah, derajat hari Minggu menjadi mutlak dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Jika ada Pesta Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu pada masa-masa tersebut, maka akan digeser ke hari Sabtu. (DOKUMEN GEREJA: PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (LITTERAE CIRCULARES DE FESTIS PASCHALIBUS PRAEPARANDIS ET CELEBRANDIS #11)
Dalam contoh kasus di atas, Pesta Salib Suci jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut. Pesta ini digolongkan pada Pesta Tuhan. Karenanya dirayakan menggantikan hari Minggu.
Sumber : http://renunganpagi.blogspot.com/2012/05/tahun-liturgi-warna-liturgi-dan.html