Latest News

Showing posts with label Komuni Kudus. Show all posts
Showing posts with label Komuni Kudus. Show all posts

Sunday, October 5, 2014

Kekasih Kita Dalam Perayaan Ekaristi


Kehadiran nyata Yesus dalam tabernakel kita adalah Misteri Ilahi. Dalam Misa Kudus, pada saat konsekrasi, ketika imam mengucapkan Sabda Ilahi Yesus, �Inilah Tubuh-Ku� Inilah piala Darah-Ku� (Mat 26:26-27), roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Substansi roti dan anggur tidak ada lagi di sana karena mereka telah berubah-ditransubstansikan-menjadi Tubuh dan Darah Ilahi Yesus. Hanya wujudnya tetap roti dan anggur, untuk menyatakan bahwa mereka sungguh makanan dan minuman, seturut kata-kata Yesus, �Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.� (Yoh 6:55).

Maka, di balik rupa hosti, dan didalam rupa anggur, ada Pribadi Ilahi Yesus dengan tubuh-Nya, darah-Nya, Jiwa dan Keilahian-Nya. Ia memberika diri-Nya kepada siapa saja yang menerima Komuni Kudus. Ia terus-menerus tinggal dalam hosti yang dikonsekrasikan, yang disimpan dalam tabernakel.

Kata-kata Paling Mengagumkan

St. Ambrosius menulis, �Bagaimana perubahan roti menjadi tubuh Kristus terjadi? Lewat konsekrasi! Dengan kata-kata mana konsekrasi dilaksanakan? Dengan kata-kata Yesus? Ketika tiba saatnya terjadi keajaiban kudus ini, imam berhenti berbicara sebagai dirinya sendiri; ia berbicara sebagai pribadi Yesus.

Kata-kata konsekrasi adalah kata-kata yang paling mengagumkan dan mempesona, yang diberikan Allah kepada Gereja. Lewat imam, kata-kata itu memiliki kuasa mengubah roti dan anggur menjadi Allah Yang Tersalib, Yesus! Mereka memperoleh kekuatan yang mengagumkan dan misterius karena kuasa lhur yang mengatasi kuasa seraphim, kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah dan dibagikan oleh imam-imam-Nya. Kita tidak usah heran bahwa ada imam-imam kudus yang sangat terbebani ketika harus mengucapkan kata-kata ilahi itu. St. Yosef dari Cupertino dan pada masa kita, Padre Pio dari Pietrelcina, tampakn sangat terbebani oleh penderitaan ketika harus mengucapkan kata-kata konsekrasi. Hanya dengan susah payah dan terbata-bata mereka berusaha menyelesaikan kedua rumus konsekrasi.

Bapa pengasuhnya bertanya mengejek kepada St. Yosef dari Cupertino, �Bagaima mungkin selama seluruh Misa kamu mengucapkan kata-kata dengan begitu baik, tetapi selalu gagap mengucapkan setiap suku kata dari rumus konsekrasi?�

Orang kudus ini menjawab, �Kata-kata palingk kudus dalam konsekrasi menjadi seperti bara api dalam bibirku. Ketika aku mengucapkannya, aku seperti orang yang berusa menelan makanan yang baru diangkat dari air mendidih.� Lewat kata-kata ilahi konsekrasi ini Yesus hadir di altar kita, di tabernakel kita, di dalam hosti. Tetapi, bagaimana semua itu terjadi?

�Bagaimana mungkin,� tanya seorang muslim terpelajar kepada seorang uskup misionaris, �Roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus?�

Uskup itu menjawab, �Pada saat lahir kamu ini kecil. Kamu menjadi besar karena tubuhmu mengubah makanan yang yang kamu menjadi daging dan darah. Kalau tubuh manusia dapat mengubah roti dan anggur menjadi daging dan darah, Allah dapat melakukannya jauh lebih mudah. 

Si orang muslim bertanya lagi, �Bagaimana Yesus hadir sepenuhnya dan seutuhnya dalam sebuah hosti yang kecil itu?�

Uskup menjawab, �Lihat pemandangan di depanmu dan camkanlah betapa jauh lebih kecil matamu dibandingkan dengannya. Meskipun demikian, dalam matamu yang kecil itu ada gambar dari wilayah yang amat luas itu. Tidakkah Allah dapat membuat nyata, dalam Pribadi-Nya, apa yang dibuat-Nya dalam diri kita lewat cara gambaran atau kemiripan?�

Kemudian si muslim bertanya, �Bagaimana mungkin Tubuh yang sama hadir secara serentak dalam semua gerejamu dan dalam semua Hosti yang dikonsekrasikan?�

Uskup menjawab, �Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah-dan jawaban ini seharusnya sudah cukup. Tetapi alam juga menunjukkan bagaimana menjawab pertanyaanmu itu. Ambillah sebuah cermin, bantingkanlah ke lantai sehingga pecah berkeping-keping. Setiap keping akan menggandakan gambaran yang sebelumnya ditampilkan oleh satu cermin sebagai satu gambar. Demikian juga, Yesus yang satu dan sama itu. Ia menggandakan diri-Nya dalam setiap Hosti yang dikonsekrasikan, tidak hanya sebagai gambar yang mirip, tetapi sungguh-sungguh sebagai Pribadi. Ia sungguh hadir dalam setiap hosti.

Mereka Menyadari Kehadiran Nyata

Mukjizat Ekaristi terekam dalam hidup St. Rosa dari Lima, Beata Angela dari Foligno, St. Katarina dari Siena, St. Filipus Neri, St. Fransiskus Borgias, St. Yosef dari Cupertino dan banyak orang kudus lain. Dengan peka mereka menangkap kehadiran nyata Yesus dalam tabernakel dan dalam Hosti yang dikonsekrasikan. Mereka melihat Yesus dengan mata mereka sendiri atau menikmati harumnya yang tak terperikan.

Sangat terkenal petikan dalam riwayat hidup St. Antonius dari Padua ketika ia membuktikan kehadiran nyata kepada seorang yang tidak percaya. Orang kudus itu menunukkan kepadanya seekor bagal kelaparan yang lebih memilih berlutut didepan sebuah monstran yang berisi Sakramen Maha Kudus, daripada melahap sekeranjang gandum yang ditempatkan di samping monstran itu.

Marilah kita ingat apa yang terjadi pada St. Katarina dari Siena. Pada suatu hari, St. Katarina dari Siena sedang sakit. Ia minta kepada seorang imam untuk membawa Komuni Kudus kepadanya. Tetapi imam yang tidak percaya akan karunia istimewa orang kudus ini membawa roti yang tidak dikonsekrasikan. Pada saat imam itu masuk, orang kudus ini tidak beranjakk, seperti biasa ia lakukan, untuk menyembah Yesus yang ada dalam Ekaristi. Sebaliknya ia memeloti si imam dan mencela dia secara terang-terangan karena kebohongan yang ia senga untuk menjerumuskan St. Katarina dari Siena ke dalam dosa berhala.

Hal yang sama terjadi pada Beata Anna Maria Taigi yang ketika menerima Komuni Kudus, sengaja diberi hosti yang tidak dikonsekrasikan. Wanita kudus ini serta merta menyadari kebohongan ini dan tenggelam dalam kesedihan yang tiada berakhir yang ia ungkapkan kepada bapa pengakuannya.

Demikian pula pantas disimak kejadian dalam St. Alfonsus Maria de Liguori ketika ia menerima Komuni Kudus di tempat tidur karena sakit. Suatu pagi, segera setelah menerima hosti, ia mengeluh keras dengan mencucurkan air mata, �Apa yang telah kamu perbuat? Kamu membawaku kepadaku hosti tanpa Yesus-hosti yang tidak dikonsekrasikan!� maka dilaksanakanlah suatu penyelidikan dan ternyata bahwa imam yang telah merayakan Misa pagi itu begitu terganggu sehingga ia melompati bagian kanon romawi (Doa Syukur Agung I) mulai dari memento untuk orang yang masih hidup sampai memento  untuk orang yang sudah meninggal; jadi ia menghilangkan sama sekali konsekrasi roti dan anggur. Dan St. Alfonsus Maria de Liguori mendapati ketidakhadiran Tuhan kita dari hosti yang tidak dikonsekrasikan!

Banyak kisah lain dari riwayat hidup para kudus dapat disebut. Misalnya, kasus-kasus pengusiran setan di mana orang-orang yang kerasukan dibebaskan dari roh jahat berkat Ekaristi. Demikian juga, sederetan panjang kesaksian iman dan cinta terkenal yang ditunjukkan oleh kejadian-kejadian yang mengherankan dari masa lalu; semuanya meneguhkan kehadiran nyata, misalnya kongres-kongres Ekaristi (misalnya Turin, Lanciano, Siena, Orvieto, dan tempat ziarah dari St. Petrus dari Patierno), tempat ziarah yang sampai sekarang menyimpan kesaksian-kesaksian tentang kejadian-kejadia mengherankan dari masa lalu yang meneguhkan kehadiran nyata.

Khususnya, tempat ziarah Lanciano (di Abruzzi, Italia). Lancianoo adalah tempat yang unik di antara tempat-tempat ziarah Ekaristi di dunia, yang menjadi makin terkenal di seluruh dnia. Di sana dapat disaksikan hosti yang berubah menjadi daging segar dan disimpan dalam keadaan demikian sampai berabad-abad. Ini adalah mukjizat yang dapat dilihat, yang mengherankan dan mengharukan. 

Vivit Dominus in cuius Conspectu sto. 

Disalin dari: Buku Jesus Our Eucharistic Love yang diterjemahkan oleh Ernest Mariyanto

Wednesday, August 14, 2013

Takhta Suci Vatikan Mengenai Penerimaan Komuni Di Tangan

Sekretaris Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen telah menyerukan peninjauan kembali atas praktek Komuni di tangan. Dalam kata pengantar sebuah buku berbahasa Italia, yang pada tanggal 2008 lalu ditulis oleh seorang uskup dari Kazakhstan mengenai Ekaristi dan telah dirilis pada bulan Januari tahun 2008 oleh pejabat penerbit buku di Vatikan. 

Uskup Agung Albert Malcolm Ranjith Patabendige Don menunjukkan bahwa penerimaan Komuni di tangan telah memberikan kontribusi terhadap pengertian umum dari "kecerobohan" dalam Ekaristi Kudus, serta beberapa pelanggaran lainnya pula yang terkesan mencolok. Bapa Uskup Albert juga berkesempatan menyampaikan sambutannya dalam kata pengantar, sebuah buku berjudul �Dominus Est�, yang ditulis oleh Uskup Athanasius Schneider.

Praktek menerima Komuni di tangan juga tidak diamanatkan oleh Konsili Vatikan II, atau juga diperkenalkan sebagai bentuk tanggapan, dalam menanggapi panggilan dari kaum awam, Uskup Agung Ranjith pun berpendapat bahwa menurutnya, praktik kesalehan � menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut- diubah secara tidak layak dan terburu-buru menjadi praktik menerima Komuni Kudus di tangan dan praktik menerima Komuni Kudus di tangan ini tersebar luas bahkan sebelum disetujui secara resmi oleh Vatikan.

Mengingat kurang mendalamnya penghormatan dalam Perayaan Ekaristi, Uskup Agung menunjukkan bahwa itu adalah "waktu yang tepat untuk meninjau" kebijakan (pastoral). Dilain pihak, Bapa Uskup memang tidak mengutuk praktek Komuni di tangan, pejabat Vatikan memuji Uskup Agung Schneider untuk berdebat dalam mendukung praktek yang lebih tua (yaitu menerima Komuni di lidah sambil berlutut), hal ini dapat dikatakan membantu untuk menumbuhkan rasa hormat yang tepat dan takwa.

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari Catholic Culture. Dominus illuminatio mea!

Wednesday, August 7, 2013

Riwayat Singkat Hidup Teresa Neumann Dalam Ekaristi

Teresa Neumann lahir pada tanggal 8 April 1898 di Konnersreuth, Jerman dari sebuah keluarga Katolik yang terbilang miskin. Suatu ketika, saat umurnya menginjak 20 tahun, ia melihat kebakaran hebat yang melanda sebuah pabrik didekat rumahnya dan bermaksud untuk menolong warga setempat yang berusaha untuk memadamkan api. Namun, malah ia yang menjadi korban, yang mengakibatkan cedera yang parah pada syaraf tulang belakangnya sehingga ia harus merelakan kedua kakinya lumpuh dan matanya mengalami buta total. Teresa kemudian melewati hari-harinya dengan berdoa dan bermeditasi. Di kemudian hari, ia juga bergabung di Ordo Ketiga Fransiskan.

Namun secara ajaib, ia mengalami kesembuhan. Ketika waktu itu ia bersama dengan Pater Naber (salah seorang Pastor di tempat tinggalnya), menurut sang Pastor, "ketika itu Teresa menggambarkan kepadanya sebuah penglihatan, dimana ia (Teresa) melihat sebuah cahaya terang yang berbicara kepadanya apakah ia mau disembuhkan namun Teresa berkata kepada cahaya tersebut bahwa hasilnya akan sama saja apabila dia disembuhkan, tetap sama seperti itu atau bahkan meninggal dunia. Saat itu pula, cahaya tersebut membalas bahwa ia akan menerima sebuah sukacita kecil berupa penyembuhan yang berasal dari Allah namun setelah itu akan tetap menerima banyak penderitaan di masa yang akan datang."

Setelah peristiwa tersebut, hidup Teresa berubah drastis. Kira-kira setahun kemudian dia menerima stigmata di bagian jantung dan kedua telapak tangannya dan mulai saat itu, ia berpuasa penuh selama 36 tahun hingga ajalnya, sehingga makanan satu-satunya hanyalah Tubuh Kristus. 

Setiap hari sepanjang hidup Teresa dengan setia, Pater Naber membawakan baginya Komuni. Pater Naber pun kagum akan spiritualitas dan semangatnya untuk berpuasa sehingga ia pun menulis: �Di dalam diri Teresa, janji Allah tergenapi: �Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan Darah-Ku benar-benar minuman.� Dan karena hal ini pihak Nazi yang berkuasa di Konnersreuth pun, menarik jatah makannya dan memberikan kepadanya jatah untuk sabun, dua kali lipat untuk mencuci pakaiannya dan berbagai keperluan lainnya seperti handuk, karena setiap hari Kamis menjelang Jumat saat sengsara Yesus dimulai hingga pada hari Minggu, Teresa akan mengalami keadaan ekstasi yang mengakibatkan tubuhnya bersimbah darah. Melihat fenomena ini, pemimpin Nazi yaitu Adolf Hitler terkesan segan kepada Teresa. 

Teresa secara keseluruhan mempersembahkan sendiri dirinya dan penderitaannya karena dengan penderitaan ini, Allah menurunkan tangan bagi para pendosa yang ingin bertobat. Setiap kali dia dipanggil untuk mendampingi seseorang yang sedang sekarat, dia akan menjadi saksi dalam pengadilan jiwa orang tersebut dan itu selalu terjadi saat orang tersebut meninggal dunia. 

Gereja setempat pun dengan tekun mempelajari apa makna dibalik puasa yang dilakukan oleh Teresa dan dengan petunjuk dan arahan dari Uskup Keuskupan Ratisbonne dapat disimpulkan bahwa �makna dari puasa Teresa adalah untuk menunjukkan kepada seluruh dunia, nilai yang begitu berharga dari Ekaristi Kudus, untuk membuat dunia mengerti bahwa Kristus sungguh-sungguh hadi dalam roti Ekaristi dan bahwa hidup manusia nyatanya dapat bertahan dengan Ekaristi Kudus.� Dia pun akhirnya wafat pada tanggal 18 September 1962.

Teresa dalam keadaan Ektasi dan menerima stigmata
Berikut sepenggal kisah dari Teresa Neumann dalam hubungan eratnya dengan Ekaristi, semoga menguatkan Iman pembaca sekalian. Dominus illuminatio mea!

Sunday, August 4, 2013

Penerimaan Komuni Kudus Dengan Lidah Menurut Uskup Athanasius Schneider

Uskup Athanasius Schneider, seorang Uskup Auksilier di Kazakhstan, dalam sebuah wawancara baru-baru ini telah memperluas advokasi penghormatan dalam Perayaan Misa Kudus dan penerimaan Komuni Kudus di lidah.


Vatikan pada tahun yang 2008 lalu relah merilis sebuah buku yang diciptakan oleh Uskup Schneider �Dominus Est: Renungan seorang Uskup dari Asia Tengah pada Ekaristi Kudus�. Buku ini berisi kata pengantar dari Uskup Agung Albert Malcolm Ranjith, mantan Sekreraris Vatikan dari Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen.

Dalam wawancara video yang dilangsur oleh gloria.tv, Bapak Uskup Scheineider mengatakan bahwa buku yang ditulisnya bertujuan untuk �memperkuat kesadaran� dari kekudusan Misa antara kaum klerus dan awam.

�Kita terdiri dari tubuh dan jiwa� kata Uskup Schneider. Kita harus menyembah dan memuja Kristus pada momen ini (Komuni Kudus) juga dengan tubuh kita. Ada pengaruh timbal balik antara tanda eksterior (tindakan tubuh) dan disposisi interior (kondisi jiwa). Oleh karena itu, di sini bukanlah persoalan mengenai �hak� tetapi mengenai bahwa kita sedang berhadapan dengan Tuhan sendiri. Dan oleh karena itu kita tidak bisa diam, terutama saya sebagai seorang Uskup, dan berkata, �Ok, it�s all OK.� It�s not all OK. Ketika kita mencintai Tuhan kita, kita harus meneguhkan momen ini supaya momen ini menjadi lebih sakral dalam rangka untuk mendidik tanda eksterior adorasi, yang juga merupakan sebuah pendidikan iman.�

Dalam kesempatan ini, ia merujuk kepada sebuah gerakan formal yang umum digunakan untuk menyambut presiden, raja, atau ratu. Ia mengatakan penghargaan (demi penyambutan) yang sebanding untuk Raja segala Raja itu sangatlah diperlukan.

Uskup Athanasius menambahkan, �Ini bukanlah persoalan mengenai ritualisme, tetapi persoalan mengenai iman dan cinta akan Tuhan kita, Yesus Kristus.�

Uskup Agung menanggapi satu keberatan mengenai penerimaan Komuni Kudus ditangan, yang mengklaim bahwa karena satu dosa (menerima dengan tangan) ketimbang dengan lidah, tangan lebih tepat untuk menerima Sakramen. Dia menolak argumen, dengan megatakan bahwa, �dalam kasus apapun, Komuni Kudus datang (diterimakan) dengan lidah.�

Dalam wawancara tersebut, Uskup Schneider juga angkat bicara dengan membahas sejarah penerimaan Komuni Kudus dan pertanyaan mengenai pelanggaran secara kontemporer, seperti menerima Komuni Kudus seperti mengunyah permen karet juga dibahas.

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari CNADominus illuminatio mea!
====================================================

Note: Mulai minggu ini, setiap hari senin Katolisitas Indonesia akan menerbitkan artikel yang berkaitan dengan �penerimaan Komuni Kudus dengan lidah�. Artikel mengenai Komuni Kudus dan Perayaan Ekaristi dapat dilihat disini dan disini

Wednesday, July 31, 2013

Misa Kudus "Melampaui Ruang Dan Waktu"

Penghubung paling kentara dari ajaran Protestan dengan Katolik mengenai Misa adalah bahwa Kristus telah wafat �satu kali untuk semua� (Ibr 9:26-28; 10:10), yang atasnya Gereja akan berkata, �Amin!� Gereja telah selalu mengajarkan bahwa Korban tunggal Kristus dan Korban Ekaristi (Misa) adalah �satu korban tunggal�, dan bahwa Korban Ekaristi� menghadirkan lagi (menjadikan hadir)� Korban Kristus di Salib (Katekismus, no. 1366-67, penekanan asli). Bagaimana hal ini dapat terjadi? Allah Putra menciptakan ruang dan waktu sehingga Ia tidak terikat olehnya (Yoh 1:1-13).


Misa penutupan WYD 2013
Sebagai Yang Abadi, Kristus mengada diluar ruang dan waktu sehingga keseluruhan sejarah secara serempak hadir dihadapanNya. Kita tidak dapat sepenuhnya memahami kemahakuasaan Allah. Sebagaimana dogma mengenai Trinitas atau hakikat Kristus sebagai manusia dan Allah, kemahakuasaan Allah melampaui kemampuan kita untuk memahami, namun tidak bertentangan dengan akal. Berargumen bahwa Allah dibatasi oleh ruang dan waktu berarti berargumen bahwa Allah bukanlah mahakuasa dan dengan demikian bukanlah Allah.

Kita juga dapat berbicara mengenai kemampuan Allah untuk hadir dalam waktu di bumi dan juga di luar waktu di Surga. Bagi Allah yang abadi dan tidak berubah, segala sesuatu ada sebagaimana adanya Ia. Sedangkan bagi kita manusia, segala sesuatu yang kita alami terikat oleh ruang dan waktu. Karena Putra Allah adalah kekal dan melampaui waktu, apa yang Ia lakukan sebagai Allah-Manusia dalam sejarah dapat melampaui waktu. 

Dengan demikian Korban Kristus di Kalvari adalah satu kali untuk semua, namun tidak pernah berakhir; ia senantiasa terjadi, tidak terikat oleh waktu. Maka, ketika kita menghadirkan lagi Korban tunggal Kristus pada saat Misa, sesungguhnya Allah memampukan kita untuk menjadikan diri kita hadir pada Korban yang melampaui waktu ini. Analoginya, kita menjadi �hadir� pada matahari setiap pagi. Matahari pada dasarnya tetap berada di tempatnya, sementara kita relatif berubah terhadap matahari karena rotasi bumi sehari-harinya.

Korban Ekaristi telah diramalkan oleh Nabi Maleakhi: �Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan Korban bagi namaKu besar diantara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam� (Mal 1:11). Gereja melihat ayat ini sebagai nubuat akan Korban Misa karena adakah Korban lainnya yang sungguh-sungguh murni yang dapat dipersembahkan oleh orang-orang Kristiani di seluruh dunia setiap harinya?

Hakikat Misa yang melampaui sejarah pertama-tama dinyatakan ketika Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah mulia-Nya pada malam Perjamuan Terakhir, sehari sebelum Ia sungguh-sungguh wafat di Salib (Katekismus, no.1337 � 40). Hal ini kemudian terungkap dalam Misa yang dipersembahkan oleh para muridNya. 

Santo Paulus mencatat bahwa Korban Kristus sebagai Anak Domba Paskah yang baru adalah satu kali untuk semua, tetapi ia juga menjelaskan bahwa bagaimanapun juga perayaannya berlanjut dalam rentang sejarah: �Sebab Anak Domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.� (1 Kor 5:7-8). Dengan demikian, jasa-jasa Korban Kristus diterapkan pada orang-orang Kristiani selama berabad-abad.

Kita berbicara mengenai Ekaristi sebagai sebuah Korban tanpa Darah. Kristus tidak dibunuh dalam setiap Misa. Jika demikian halnya, maka pasti ada banyak korban dan Kristus tidaklah mati �satu kali untuk semua.� Namun, Konsili Trente mengajarkan bahwa pada setiap Misa, �Kristus yang sama yang dulu mempersembahkan diri-Nya hanya satu kali dalam sebuah cara yang di atas Altar Salib, kini hadir dan dikorbankan secara tidak berdarah (Doctrina de ss. Missae Sacrificio, c. 2: DS 1743; bdk. Ibr 9:14, 27)� (Katekismus, no. 1367).

Disalin ulang oleh Katolisitas Indonesia dari Faith Facts volume 2 hal 76-79

Saturday, June 15, 2013

8 Alasan Menghadiri Misa Kudus

"Misa itu membosankan." "Saya tidak mendapatkan apa-apa dari Misa Kudus - mengapa saya harus menghadarinya?" "Mengapa saya tidak berdoa secara sendirian saja?" Ini adalah ungkapan perasaan yang terkesan begitu familiar, terutama di kalangan orang muda, tetapi di antara banyak orang dewasa juga. Sekarang, bagaimana cara kita menanggapinya?

"Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku." (Lukas: 22:19)~ + Tuhan Yesus +

Adorasi Ekaristi bersama Paus Benediktus XVI di Basilika St. Petrus
"Jika Anda benar-benar merenungkan siapa diri anda, siapa Allah itu, dan seberapa banyak rasa ungkapan terima kasih anda kepadaNya, anda harus menghadiri Misa kudus. Misa kudus akan menjadi sumber dan pusat hidup spiritualitas hidup Anda." ~ James Stenson

Ini adalah ungkapan perasaan yang terkesan sudah membumi di masyarakat umum, terutama di kalangan banyak orang muda, tetapi di antara banyak orang dewasa juga. Uskup Agung Fulton J.Sheen, ketika memberikan sebuah retret bagi kalangan remaja, sekali waktu ia pernah menjelaskan makna yang dalam dari Misa kudus. Dia berkata, "Jika anda tidak mendapatkan sesuatupun dari Misa kudus, itu karena Anda tidak mempunyai hati yang merindukannya. "Misa itu bukanlah sebuah bentuk entertaiment, katanya. Ini adalah kesempatan besar bagi kita, untuk menyembah Allah yang menciptakan kita dan menyelamatkan kita. Di kesempatan ini pula, kita bisa meluangkan waktu untuk memuji Allah dan berterima kasih kepada-Nya, atas segala sesuatu yang telah Ia perbuat bagi kita.

Jika kita memiliki pemahaman yang benar Misa, Uskup Sheen mengatakan, itu akan menjadi lebih bermakna bagi kita. Kami akan ingin pergi ke Misa Kami akan memahami mengapa Misa adalah karunia Allah yang berharga kepada kami, dan kami tidak akan berpikir untuk menolak hadiah itu. Berikut adalah delapan alasan untuk menghadiri Misa kudus:

1. Perintah Allah
Perintah Ketiga dari Sepuluh Perintah, yang Allah berikan kepada Musa "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat" (Keluaran 20:8).

2. Perintah Kristus
Mengapa kita harus menguduskan hari Sabat dengan menghadiri Misa? Misa dilambangkan sebagai Perjamuan Terakhir, sesaat sebelum Yesus disalibkan. Perjamuan Terakhir adalah Misa yang pertama dalam sejarah.

Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya... Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. (Lukas 22:14,19).

Ketika kita merayakan Misa kudus, kita mengenang Perjamuan Terakhir, seperti yang diamanatkan Yesus bagi kita untuk dilakukan. Dalam melakukan hal ini, kita mengenang dan melihat kembali kasih Allah yang begitu besar terhadap kita di kayu Salib, mengampuni dosa-dosa kita sehingga apabila kita mengikuti apa yang diperintahkanNya, kita akan bersama Ia kelak dalam Kerajaan Surga.

3. Perintah Gereja
Gereja mengajarkan bahwa kita harus menaati perintah Yesus ("Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku") dengan menghadiri Misa Minggu (atau Misa Vigil malam sebelumnya). Katekismus Gereja Katolik (1994, hlm 493-94) menjelaskan bahwa dengan menghadiri Misa pada hari Minggu dan pada Hari Raya adalah sebuah kewajiban yang utama dari lima Perintah Gereja. Perintah Gereja juga mengharuskan kita, sekurang-kurangnya menyambut Komuni setidaknya sekali setahun selama masa Paskah, mengaku dosa sebagai persiapan untuk Komuni, dan mengamati hari-hari yang ditentukan sebagai hari puasa dan pantang. Perintah ini menguraikan tanggung jawab yang minimal sebagai seorang Katolik. Apabila kita gagal untuk memenuhi kelima Perintah ini, akibat dari kesalahan kita sendiri, Gereja mengajarkan, bahwa ini adalah dosa yang serius.

4. Otoritas Yesus didalam Gereja
Mengapa kita harus mematuhi ajaran-ajaran Gereja? Darimana Gereja mendapatkan Otoritas tersebut? Dari Yesus. Dalam Matius 16:18-19, Yesus memilih Petrus sebagai Pemimpin Gereja-Nya - Paus pertama. Dia memberikan kepada Petrus dan Gereja "Kunci Kerajaan Surga": Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Otoritas Gereja dalam iman dan moral adalah mutlak karena otoritas Kristus adalah mutlak.

5. Apa yang kita lakukan dalam Misa?
Misa kudus pertama-tama adalah segala pengorbanan, pengorbanan yang sempurna, yang diberikan oleh Yesus. Melalui imam, kita mempersembahkan Tubuh dan Darah Yesus, seperti Yesus yang mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa di kayu Salib. Dalam cara yang unbloody, kita mengenang dan menghadirkan kembali, wafat dan kebangkitan Kristus. Melalui peringatan ini, kita mempunyai kesempatan besar untuk memuji Allah, menangisi dosa-dosa kita, dan menghaturkan segala pujian syukur terima kasih kepada Allah Bapa.

Disamping itu Misa kudus juga adalah sebuah santapan. Pada saat Konsekrasi, roti dan anggur, melalui daya kuat kuasa Roh Kudus, menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ini bukanlah simbol belaka, tetapi Tubuh dan Darah Kristus yang nyata dalam rupa roti dan anggur. Ketika kita menyambut Komuni Kudus, kita menyambut Kristus sendiri kedalam hati kita. Dia adalah santapan yang manis bagi jiwa kita. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya,  kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.� (Yohanes 6:53-56)

Apa manfaat dari Komuni Kudus? Ini memperkuat persatuan kita dengan Yesus, Dia tinggal dalam diri kita dengan cara yang amat khusus. Ini membersihkan kita dari dosa-dosa ringan. (Dosa berat membutuhkan pengampunan dari Sakramen Tobat.) Ini memberi kita sebuah kekuatan sekaligus karunia untuk membenci dosa dikemudian hari. Dengan menyambut Komuni kudus pula, kita dipersatukan untuk mempererat persatuan cinta kasih antara Allah dengan sesama kita.
Misa Latin Tradisional
6. Mengapa kita harus menyembah Allah bersama dengan orang lain?
Tuhan Allah menciptakan kita sebagai makhluk sosial. Dia ingin kita datang bersama-sama sehati sejiwa untuk menyembah Dia. Yesus berkata, "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada ditengah-tengah mereka" (Matius 18:20).

7. Apa akibatnya bagi orang lain jika kita berhenti datang kedalam Misa kudus?
James Stenson menunjukkan:

"Nenek moyang kita menanggung beban penganiayaan, bahkan ancaman kematian, untuk dapat ambil bagian dalam Misa. Apabila anda memiliki anak suatu hari nanti, mereka akan membutuhkan rahmat dan kekuatan yang berasal dari Misa kudus. Dan jika Anda gagal untuk mewartakannya karena ketidakpedulian Anda sendiri, anda telah melakukan sebuah tindakan ketidakadilan yang parah kepada mereka dan kepada Allah. Anda memiliki kemampuan untuk memadamkan satu generasi Iman yang telah menghidupi keluarga Anda selama beberapa generasi. Ini adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Dan anda harus mempertanggungjawabkan semua itu kepada Allah, kelak suatu hari nanti."


8. Manfaat Misa
Jika kita memberikan Allah sebuah kesempatan, Dia akan membantu kita untuk mengalami sebuah saat yang luar biasa dari Misa dan Ekaristi.

James Stenson menulis: "Bersabarlah untuk membawa sikap doa dan syukur kedalam Misa, dan anda akan menuai kekayaan rohani yang besar: penghiburan, pengharapan, kedamaian, kebahagiaan yang mendalam, dan kekuatan rohani untuk menghadapi tantangan kehidupan."

Ibu Teresa pernah menulis: "Yesus adalah Allahku, Yesus adalah pendamping hidupku, Yesus adalah hidupku, Yesus adalah segalanya bagiku. Dan karena saya memiliki Yesus, saya tidak pernah takut.� Ibu Teresa menghadiri Misa setiap hari. Jika kita mencintai Misa kudus seperti yang dia lakukan, kita akan hidup didalam Yesus dan Ia didalam hidup kita, dan kita tidak akan pernah takut.

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari situs Catholiceducation.org

Sunday, June 2, 2013

Mukjizat Ekaristi Di Faverney


Pada tahun 1608, Prancis menjadi sebuah saksi nyata penyebaran sekte Protestan dan Kalvinis yang begitu menjalar cepat di kota yang terkenal akan menara Eiffel tersebut. Kaum bangsawan dan rohaniwan Katolik diiming-imingi banyak imbalan materi bila mau memeluk kedua sekte yang dikutuk oleh Konsili Trente tersebut. 

Hal ini malah mereduksi goyahnya iman banyak orangdan menyebabkan ketidakpastian bahkan sampai ke dalam biara-biara. Di kota Faverney ada sebuah biara Benediktin yang para anggotanya sudah banyak menyimpang dari aturan hidup yang telah ditentukan oleh Santo Benediktus dari Nursia, selaku pendiri ordo Benediktin.

Untungnya, mereka masih tetap berdevosi pada Bunda Maria dari Salju, yang terkenal ajaib dan menjadi perantara banyak mukjizat. Bahkan sudah banyak yang diakui Gereja, diantaranya adalah hidupnya kembali dua orang bayi yang belum sempat dibaptis. Pada malam harinya, sebelum Hari Raya Pentakosta tahun 1608, para rahib memutuskan untuk menyiapkan sebuah Altar untuk pentakhtaan dan adorasi Sakramen Mahakudus. Karena luneta (tempat untuk menjepit Hosti Kudus) pada monstran tersebut terlalu besar, maka para rahib berpikir, bahwasanya untuk meletakkan dua buat Hosti saja kedalam monstran tersebut. Saat Ibadat Vesper sudah selesai, para rahib segera meninggalkan monstran tersebut, dan mereka mentakhtakannya di sebuah altar yang terletak disamping Gereja.

Lalu keesokan harinya, saat matahari mulai tampak diufuk timur. Seorang koster membuka Gereja dan seketika melihat Gereja dipenuhi oleh asap dan altar disamping sudah habis terbakar. Tanpa berpikir panjang, sang koster segera berteriak untuk memohon bantuan para biarawan dan para warga yang bermukim disekitar Gereja Basilika Minor tersebut. Para biarawan dan beberapa orang lainnya pun segera masuk kedalam Gereja dan mulai membersihkan abu sambil berharap agar dapat menemukan beberapa bagian dari monstran. 

Interior bagian dalam Gereja
Seketika itu pula, asap mulai menipis dan mereka terkejut menyaksikan monstran kudus sedang melayang diudara. Kerumuman orang makin bertambah dan berkumpul untuk melihat kejaiban Ekaristi itu.

Kedua Tubuh Tuhan selamat tidak tersentuh sama sekali oleh nyala api. Para biarawan terpana sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Mereka meminta nasihat dari para biarawan Kapusin di Veseoul. Para Kapusin bergegas untuk menyiapkan sebuah Altar baru dan merayakan Misa Kudus disana. Ketika Hosti kudus diangkat, dengan perlahan-lahan monstran pun turun ke atas Altar baru tersebut.

Peristiwa tersebut pun segera diteliti kebenarannya oleh Keuskupan setempat. Saat proses penyelidikan kanonik selesai, pada tanggal 10 Juli, Uskup Agung Keuskupan Besancon menyatakan bahwa mukjizat itu asli. Dan pada tangga 13 September pun, Uskup Agung Keuskupan Rodi, yang waktu itu berkedudukan sebagai Duta Paus di Brussels, bergegas untuk menyampaikan kejadian tersebut kepada Sri Paus Paulus V, yang kemudian menganugerahkan Bulla Indulgensi.

Mukjizat luar biasa ini mengobarkan kembali Iman banyak orang. Pada tahun 1862, Kongregasi Pemujaan Ilahi dan Disiplin Sakramen mengesahkan perayaan Mukjizat tersebut. Pada tahun 1908, perayaan tiga abad mukjizat tersebut pun diperingati dengan hikmat dalam suatu Kongres Ekaristi Nasional. Relikui salah satu dari Hosti kudus tersebut tetap utuh dan masih dapat dilihat serta dihormati sampai hari ini. Sayangnya Hosti yang satunya lagi diberikan pada Gereja di Dole dan telah dihancurkan oleh kaum revolusioner pada tahun 1974.

Sebuah kaca patri yang melukiskan peristiwa tersebut

Doa: Tuhan aku bersumpah bahwa aku percaya dengan segenap hatiku yang paling dalam, bahwa Engkau betul-betul hadir didalam Perayaan Ekaristi ini, tambahkanlah imanku agar aku semakin percaya bahwa Engkau betul-betul hadir dalam Perayaan Ekaristi. Buatlah aku mencintai Engkau dan takut terhadap Engkau. Tuhan hanya satu yang kupinta daripadaMu, aku hanya ingin memberikan hatiku sepenuhnya kedalam Kerahimanmu yang begitu dalam itu. Tuhan hadirlah didalam hatiku, aku ingin merasakan sepenuhnya kedamaian dan sukacita bersama Engkau. Amin.

Dominus illuminatio mea!

Silahkan juga baca artikel-artikel berikut:

Sunday, February 10, 2013

Mukjizat Ekaristi di Regensburg


Pada Hari Kamis Putih tanggal 25 Maret 1955 di sebuah kota di negara Jerman bernama Regensburg, alkisah ada seorang Imam yang sedang bergegas pergi untuk memberikan viaticum (komuni terakhir bagi orang yang hampir mendekati ajal) bagi seorang yang sedang terbaring hampir mati. Ketika Ia hampir tiba di kota, Imam tersebut  malah dihadang oleh sebuah sungai yang meluap karena badai. Penduduk setempat biasanya menggunakan sebuah papan kayu untuk dapat menyeberangi sungai tersebut, sehingga mau tidak mau imam tersebut harus menggunakan papan kayu untuk menyeberangi sungai! Karena tidak ada lagi kesempatan untuk berpikir 2 kali karena orang yang akan diberi komuni hampir mati! 

Dengan berhati-hati sang Imam mulai melewati papan kayu, namun karena suatu kecerobohan, sang Imam malah tergelincir dan menumpahkan sibori yang berisi hosti-hosti kudus yang sudah dikonsekrasi, lalu dengan menyesal imam tersebut bergegas ke kota. Seketika sampai di kota sang Imam mengajak seluruh umat untuk mendirikan sebuah kapel disungai tersebut sebagai tindakan silih hari itu juga.

Pada tanggal 8 September 1255 Bapak Uskup meresmikan kapel tersebut dan sejak saat itu, kapel tersebut sering dikunjungi banyak umat untuk beradorasi dan berdoa. Hingga pada suatu saat ketika seorang Imam sedang merayakan Misa Kudus di kapel tersebut, hatinya mulai diliputi keraguan-raguan akan Kristus yang hadir secara nyata pada saat itu juga. Sehingga Imam tersebut menunda untuk mengangkat Piala Kudus, dan tiba-tiba ia mendengar suara yang amat lembut yang berasal dari Salib di Altar. Dan seketika itu juga tangan Tuhan yang terpaku dikayu salib mengambil Piala dari tangan sang Imam lalu mengangkat Piala tersebut agar umat yang hadir dapat menyembah DarahNya yang amat suci. Sang Imam kemudian dengan menyesal dan berlutut menyembah Allah untuk memohon pengampunanNya atas keragu-raguan sang Imam dan Tuhan kemudian mengembalikan Piala kepada sang Imam sebagai tanda pengampunan. Hingga saat kini kapel tersebut semakin ramai dikunjungi oleh banyak orang tiap tahunnya.

Dan dari kisah ini apa yang bisa kita pelajari? Untuk apa kita ragu terhadap kehadiran nyata Kristus didalam perayaan Ekaristi? Kristus sungguh-sungguh hadir didalam perayaan Ekaristi! Dia bukan lagi Allah yang tidak kelihatan namun mau merendahkan diri serendah-rendahnya hingga menjadi sama dengan manusia. Hingga mau hadir didalam Perayaan Ekaristi dalam rupa seorang Imam dan mengorbankan Tubuh dan DarahNya diatas altar agar kita bisa meresapi cinta kasihNya yang luar biasa bagi umat manusia.

Dominus illuminatio mea

Monday, November 5, 2012

Bolehkah Menyambut Komuni Lebih dari Satu Kali dalam Sehari?

oleh: P. William P. Saunders *
Berapa kalikah seseorang diperkenankan menyambut Komuni Kudus dalam satu hari? Saya menghadiri Misa Perkawinan pagi hari dan kemudian pergi ke Misa Sabtu sore. Saya tidak yakin apakah saya diperkenankan menyambut Komuni Kudus untuk kedua kalinya.
~ seorang pembaca di Sterling

Kitab Hukum Kanonik No. 917 menyatakan, "Yang telah sambut Ekaristi mahakudus, dapat menyambut lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 921 -2.- Selanjutnya, Kan. 921 "2 menyatakan, "Meskipun pada hari yang sama telah sambut komuni suci, namun sangat dianjurkan agar mereka yang berada dalam bahaya mati sambut komuni lagi." Singkat kata, orang diperkenankan menyambut Komuni Kudus dua kali dalam satu hari.

Patutlah kita menghormati alasan pemikiran yang mendasari hukum resmi Gereja tersebut. Kurban Kudus Misa dan Perayaan Ekaristi merupakan "pusat sejati dari keseluruhan hidup Kristiani, baik bagi Gereja universal maupun bagi kongregasi lokal Gereja tersebut"(Pedoman Penyembahan Misteri Ekaristi, no. 6). Perayaan Misa dan menyambut Komuni Kudus pada hakekatnya saling berhubungan erat. Terlebih lagi, bagian-bagian Misa, teristimewa Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi, membentuk suatu kesatuan yang utuh.

Sebab itu, dalam keadaan normal, orang wajib ambil bagian secara penuh dalam keseluruhan rangkaian Perayaan Misa dengan mempersembahkan dirinya sendiri kepada Tuhan. Orang wajib ikut ambil bagian sejak dari awal hingga akhir Perayaan Misa, mencurahkan perhatian sepenuhnya sebaik yang dapat ia lakukan. Partisipasi penuh dan perhatiannya menghantar orang tersebut menyambut Komuni Kudus dengan layak. Menyambut Komuni Kudus dengan layak tidak saja memungkinkan orang untuk masuk dalam persekutuan dengan Kristus, tetapi juga mengikat orang tersebut dalam persekutuan iman dan kasih dengan para anggota Gereja lainnya.

Jangan pernah, dalam keadaan normal, kita memisahkan penerimaan Komuni Kudus dari Perayaan Misa selanjutnya. Gereja memberikan ijin untuk menyambut Komuni Kudus dua kali dalam satu hari bagi kepentingan mereka yang menghadiri mungkin Misa Perkawinan dan Misa Pemakaman pada hari yang sama, atau ikut ambil bagian dalam Misa Harian dan kemudian pergi pula mengikuti Misa dengan intensi khusus pada hari yang sama; namun demikian, persyaratannya adalah bahwa ia ikut ambil bagian dalam keseluruhan Misa dalam masing-masing Misa tersebut. Sayang sekali, saya mengenal orang-orang yang secara rutin setiap hari "muncul" dalam Misa (bahkan beberapa Misa) tepat pada saat pembagian Komuni Kudus dan kemudian menghilang sebelum Perayaan Misa berakhir; seakan-akan mereka mendapatkan "obat Yesus" untuk hari itu daripada menghaturkan sembah sujud kepada Tuhan dan menyambut Sakramen Mahakudus dengan sepenuh hati.

Seperti dinyatakan dalam Kitab Hukum Kanonik 921 -2, dalam keadaan khusus apabila seseorang berada dalam bahaya maut, ia diperkenankan menyambut Komuni Kudus sebagai "viaticum" bersamaan dengan Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, bahkan meskipun ia telah menerima Komuni Kudus dua kali pada hari itu. Keadaan khusus lainnya apabila orang harus rawat inap di rumah sakit atau harus tinggal di rumah; orang tersebut diperkenankan menyambut Komuni Kudus tanpa harus ambil bagian dalam Misa, tetapi tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus lebih dari satu kali dalam satu hari kecuali jika ia berada dalam bahaya maut.

Dua persyaratan utama lainnya yang mengatur masalah sambut Komuni Kudus ialah: Pertama, "Yang sadar berdosa berat, tanpa sambut sakramen pengakuan sebelumnya, jangan merayakan Misa atau menyambut Tubuh Tuhan, kecuali jika ada alasan berat serta tiada kesempatan mengaku; dalam hal demikian hendaknya ia ingat bahwa ia wajib membuat tobat sempurna, yang mencantum niat untuk mengaku secepat mungkin." (Kitab Hukum Kanonik No. 916).

Kedua, -Yang hendak sambut Ekaristi mahakudus hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan." (Kitab Hukum Kanonik No. 919). Namun demikian, tenggang waktu berpuasa sebelum menyambut Komuni Kudus dikurangi hingga "kurang lebih seperempat jam" bagi mereka yang sakit di rumah ataupun di rumah sakit, bagi para lanjut usia yang harus tinggal di rumah ataupun di panti, dan bagi mereka yang merawat orang-orang tersebut dan tidak mungkin memperhatikan waktu puasa bagi dirinya sendiri (Immensae Caritatis, 1973).

Gereja dalam kebijaksanaannya menetapkan hukum-hukum ini guna membantu kita agar memiliki kehidupan rohani yang seimbang, dan terhindar dari sikap ekstrim. Sama seperti Gereja mewajibkan umatnya untuk menyambut Komuni Kudus sekurang-kurangnya sekali dalam setahun ("kewajiban Paskah"), demikian pula Gereja membatasi seringnya kita menyambut Komuni Kudus dalam satu hari.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls. sumber : -Straight Answers: Receiving Communion More Than Once a Day-by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright -2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: -diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.

Tuesday, July 17, 2012

Komuni Dengan Tangan? Salahkah?


Sejak abad-abad pertama naskah Santo Cyrilus dari Yerusalem dan Santo Ambrosius telah menunjukkan kebiasaan umat menerima Komuni kudus dengan tangan. Sampai Abad XII-XIII umat menerima sambil berdiri.

Santo Cyrillus menulis: �Buatlah tangan kirimu sebuah takhta bagi tangan kananmu yang harus menerima Sang Raja. Dengan tanganmu terimalah Tubuh Kristus dan jawablah, Amin.�


Santo Ambrosius menulis: �Apabila engkau berdiri didepan imam, imam berkata, Tubuh Kristus. Engkau harus menjawan: Amin, artinya: Sungguh benar!�

Sejak Abad IX hosti kudus diterima dengan mulut untuk menghindari pencemaran dan menjamin rasa hormat. Sejak Abad XIII komuni diterima sambil berlutut.

Gereja dewasa ini menghargai dua warisan tradisi itu. Berdasarkan wewenang yang direstui Takhta Apostolik, KWI boleh menentukan komuni diterimakan dengan meletakkan hosti kudus pada tangan umat beriman, asal saja dicegah jangan sampai mereka menerimanya secara kurang hormat atau dengan pandangan yang keliru mengenai Ekarisiti Mahakudus. Remah-remah yang mungkin tertinggal hendaknya dikumpulkan dengan penuh hormat.

Rev. Pater Bosco Da Cunha O.Carm, Memahami Misa Kudus Demi Penghayatan Yang Utuh

Saturday, July 14, 2012

Doa Komuni Spiritual

Sakramen Ekaristi adalah sumber dan puncak semua kehidupan orang Kristen. Didalam Sakramen Ekaristi kita masuk dalam sebuah misteri karya pengudusan Allah untuk kita dan ibadah kita kepada-Nya mencapai puncaknya. Kesatuan dengan umat Allah dan kehidupan Ilahi, dilaksanakan dalam Sakramen Ekaristi. Melalui Sakramen Ekaristi, kita dipersatukan dengan liturgi surgawi. (Kompendium KGK 274). Dalam menerima Komuni Kudus, kita tidak hanya menerima Kristus yang benar-benar hadir di dalam diri kita secara rohani, tetapi juga secara jasmani yaitu dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi. Namun, Gereja mengajarkan bahwa orang Katolikyangberadadalamkeadaan berdosa berat, dilarang untuk menerima Sakramen Ekaristi, kecuali ia sudah menerima Sakramen Rekonsiliasi/Tobat dari imam.

Mengapa Kita tidak diperbolehkan menerima komuni kudus dalam keadaan berdosa berat? Sebab didalam KGK 1457 tertulis bahwa: Siapa yang tahu bahwa ia telah melakukan dosa berat, tidak boleh menerima komuni kudus, juga apabila ia merasakan penyesalan mendalam, sebelum ia menerima absolusi sakramental...�.

Hal ini pula sesuai dengan pernyataan St. Paulus pada suratnya yang pertama kepada umat di Korintus, 1 Kor 11:27-29 :
1 Kor 11:27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.
1 Kor 11:28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.
1 Kor 11:29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.
Di ayat 28 sendiri, St. Paulus meminta semua orang yang hendak menerima Tubuh dan Darah Kristus harus memeriksa dirinya masing-masing. Apakah layak atau tidak untuk menerima Tubuh dan Darah Tuhan. Lalu bagaimana dengan dosa ringan? Ritus Tobat umum biasanya pada Misa Kudus adalah (�Saya Mengaku� pasti ditutup dengan Kyrie Eleison / Tuhan kasihanilah!, kecuali pada malam paskah atau paskah pagi) itu sudah membersihkan dosa-dosa ringan kita. Dosa ringan kita juga bisa dihapus dengan mengucapkan doa Bapa Kami (baik di dalam Misa atau sebelum Misa), atau doa-doa tobat lainnya. Dosa ringan juga dihapus dengan menerima Komuni Kudus itu sendiri. Seluruh rangkaian ritus dalam Misa Kudus merupakan ritus pengudusan dan pembersihan dosa ringan bagi kita. Silahkan baca juga katekese tentang Dosa Berat dan Ringan.

Meskipun begitu, ada seorang Katolik yang bertanya kepada saya, "apakah kita diperbolehkan untuk tidak menghadiri Kurban Kudus Misa pada hari Minggu?jika kita dalam keadaan berdosa berat? Jawaban atas pertanyaan ini tentu saja tidak diperbolehkan. Sebab jika kita  secara sengaja menerimaTubuh dan Darah Tuhan dalam Misa pada hari Minggu, justru semakin membuat kitattenggelam dalam dosa berat! dan kita telah menghina Tubuh dan Darah Tuhan.


 KGK 2180-2181 menyatakan:
2180. Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC, can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian dalam misa dilunasi oleh orang menghadiri misa di mana pun misa itu dirayakan menurut ritus Katolik, entah pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya" (CIC, can. 1248, p. 1).2181. Perayaan Ekaristi pada hari Minggu meletakkan dasar untuk seluruh kehidupan Kristen dan meneguhkannya. Karena itu umat beriman berkewajiban untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi pada hari-hari pesta wajib, sejauh mereka tidak dibebaskan oleh alasan yang wajar (umpamanya sakit, perawatan bayi) atau diberi dispensasi oleh pastornya ..Barang siapa melalaikan kewajiban ini dengan sengaja, melakukan dosa berat.

Bila dalam keadaan berdosa berat kita tetap harus menghadiri Perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Tapi kita juga dilarang menerima Komuni Kudus, lalu apa yang kita lakukan selama ritus Penerimaan Komuni Kudus? Kita dapat berdoa:


Tuhanku dan Penyelamatku,Yesus Kristus, Berkat Cinta-Mu kepada kami, Engkau hadir siang dan malam dalam Sakramen Mahakudus.

Semua orang yang datang menyambut-Mu disini, Telah kaunantikan dengan penuh cinta.

Aku percaya bahwa kau sungguh hadir.

Aku bersyukur karena Engkau telah memberikan diri-MU sendiri sebagai santapan  pemuas jiwa-ragaku.

Dari lubuk hatiku yang terdalam,

Aku bersyukur atas kesempatan yang terindah ini.

Oleh kuasa Cinta-Mu,

Dan aku merindukanmu dalam jiwaku.

Karena Sekarang aku tak dapat menyambutmu dalam Perayaan Ekaristi  Yang kudus ini.

O Yesus, Tuhanku,

Seandainya aku pernah mengingkari-Mu,

Aku mohon ampun.

Bimbinglah aku agar sanggup lebih mencintai dan menaati-Mu dengan sepenuh hati,

Sebagaimana kau contohkan sendiri didalam hidup-Mu,

Mencintai dan menaati Bapa-Mu.

Mulai Saat ini
AMIN.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)