Latest News

Thursday, February 15, 2018

Surat Gembala APP Keuskupan Bogor 2018

 
 �AKU KATOLIK �AKU INDONESIA
SELAMATKAN TANAH AIR KITA�

Saudara-saudariku, umat Keuskupan Bogor terkasih,
Semoga damai Tuhan berlimpah dalam hatimu.

Laksanakan Retret Agung: Masa Prapaskah
Masa Prapaskah adalah saat kita melakukan retret Agung bersama-sama dan secara pribadi. Masa ini dimulai pada Hari Rabu Abu, 14 Februari dan berakhir pada hari Jumat Agung, 30 Maret 2018. Pada masa ini, seruan-seruan Yesus dan para nabi bernada ajakan untuk bertobat, berpuasa dan beramal menghiasi khotbah-khotbah, tulisan-tulisan prapaskah, renungan-renungan di lingkungan, wilayah, paroki.
Yesus mengingatkan para muridnya: �Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. Berilah sedekah dan jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu� (Bdk.Mat 6:1-4). Yesus berseru lagi: �Janganlah berdoa seperti orang munafik; berpuasalah� (Bdk 6,5). Sedangkan Nabi Yoel mengingatkan orang Israel dengan seruan tegas: �Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan penuh kasih setia. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya� (Bdk. Yoel 1:14). 
Aku Katolik: Semakin serupa dengan Kristus Yang tersalib
Saudara-saudariku terkasih,
Retret Agung ini mesti mendorong kita semua untuk hidup semakin serupa dengan Kristus yang wafat dan bangkit bagi kita. Dalam tuntunan roh Kristus itu, kita melakukan gerakan pertobatan, pembaruan hati dan mengimplementasikan kesetiakawanan sosial dalam tindakan. Gerakan pertobatan dan pembaruan kita sebagai satu keuskupan mengarah pada semakin teguhnya komitmen kita sebagai pengikut Kristus (komitmen kekatolikan), semakin kuatnya tekad kita untuk berkarya nyata demi memajukan kesejahteraan umum bangsa kita (komitmen kebangsaan), dan semakin rela serta bersukacita mengerjakan kesetiakawanan sosial demi menyelamatkan bumi dan air di tanah air Indonesia tercinta.

Bertobat: Aku berkomitmen sebagai Duta Kristus yang hebat
Seruan Yesus �bertobatlah dan percayalah kepada Injil� selaras dengan penegasan nabi Yoel untuk berbalik kepada Tuhan dan mengoyakkan hati, bukan pakaian. Tindakan berbalik kepada Tuhan terjadi karena percaya pada sosok Allah yang maha pengasih, panjang sabar dan penuh kemurahan hati. Pesona Allah itu diperlihatkan oleh Yesus Kristus, sang Penyelamat tersalib itu. Pola hidup dan pendekatan manusiawi, yang dilakukanNya melalui ajran-ajaran, tindakan-tindakanNya begitu menggerakan banyak orang sehingga mereka mengubah hidup dan komitmennya. Ingatlah kisah Rasul Petrus, Andreas, Zakheus, Mateus, Maria Magdalena dan Paulus. Mereka siap diutus sebagai duta Kristus yang hebat. Ajaran dan teladan hidup Yesus Kristus bermuara pada cinta akan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Kini dan di sini, hic et nunc, mari kita teguhkan komitmen kita: �Aku siap diutus sebagai duta Kristus yang hebat�. Dengan demikian, Gereja kita semakin kokoh dalam imannya, teguh memaknai keberadaannya dan bersambung rasa dengan umat manusia yang sedang berziarah di dunia ini� (Bdk. GS 1). Gereja juga membuka dialog dengan negara dan masyarakat (Bdk EG.183). 

Aku Indonesia: Adakan dan Rayakan Gerakan Kebangsaan: sebuah Kesetiakawanan Sosial Seruan Yesus dan Nabi Yoel perlu diimplementasikan dalam situasi kekinian umat Keuskupan Bogor. Mencermati tanda-tanda zaman now, kami menyerukan: �Umatku, adakan dan rayakan gerakan-gerakan kebangsaan. Tingkatkan aksi kesetiakawanan sosialmu sebagai bagian utuh dari komitmenmu sebagai duta Kristus yang hebat�. Sebab �iman tanpa perbuatan (gerakan kebangsaan) adalah mati�, seru Rasul Yakobus (Bdk Yak 2,17). Paus Fransiskus mengingatkan kita:� Iman sejati � yang tak pernah nyaman atau sepenuhnya individual � selalu melibatkan hasrat mendalam untuk mengubah dunia, meneruskan nilai-nilai, meninggalkan dunia ini agak lebih baik daripada ketika kita temukan� (EG 183). Penegasan �Aku Indonesia� mengandung komitmen kebangsaan. Artinya, kita memiliki keyakinan teguh untuk ikut serta mengembangkan bangsa dan tanah air Indonesia atas dasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Kita mengembangkan bangsa dan tanah air Indonesia itu menjadi �rumah kita bersama��tempat semua orang Indonesia mengalami hidup dalam damai, sejahtera dan bersaudara. Komitmen keindonesiaan mengandung spirit kesetiakawanan sosial, yang merupakan daya batin dan kerelaan hati untuk merasakan senasib, sepenanggungan dan saling membutuhkan satu terhadap yang lain. Kesetiakawanan sosial terwujud dalam sikap peduli dan saling berbagi. Sikap peduli dan saling berbagi dikonkretkan dalam gerakan-gerakan dan kegiatan kebangsaan. Gerakan-gerakan itu antara lain:
  1. Gerakan peduli akan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Adakan dan rayakan momen-momen kenegaraan bersama elemen bangsa lainnya, seperti pada peringatan hari raya Kemerdekaan Indonesia atau Hari Kesaktian Pancasila, dll, dengan mengadakan doa bersama, gerak jalan bersama, bakti sosial bersama. Dengan demikian kita berjuang bersama membangun masyarakat yang beradab, adil dan saling menghargai. Dialog lintas iman dan dialog budaya, serta dialog dengan pejabat-pejabat negara, para anggota wakil rakyat diciptakan.
  2. Gerakan pertobatan sakramental, berpuasa dan bersedekah ditingkatkan. Penuhilah bilik-bilik pengakuan dosa di gereja-gerejamu; isilah kotak-kotak derma dengan sukacita dan tulus. Hapuskanlah hutang-hutang iri hati, dendam kesumat yang terpendam dalam hatimu. Berpestalah karena kita sudah berbalik kepada Allah, mengasihi sesama dan alam ciptaan ini.
  3. Gerakan melibatkan diri dan terjun dalam kehidupan berpolitik berwawasan nasional. Maka dalam peristiwa PILKADA 2018, dan PILEG PILPRES 2019, semua umat yang mempunyai hak memilih mesti ikut aktif. Pilihlah pejabat-pejabat publik yang terbukti dan konsisten bertekad membangun kesejahteraan semua orang di kota, kabupaten dan provinsi.
  4. Gerakan merayakan Paskah, sebagai kebangkitan dan tekad kita untuk bekerja bersama Kristus yang bangkit membarui dunia ini. Bersama Dia, kita memberantas korupsi, tidak kompromi dengan kelompok-kelompok politis yang berorientasi hanya mencari kekuasaan demi kepentingan golongannya.
  5. Gerakan ekologis menyelamatkan tanah-tanah dan air dari pencemaran-pencemaran akibat kerakusan, ketamakan kita. �Bertobatlah� dari menyiksa alam, memperkosa tanah dan air melalui perilaku kita yang tidak ramah lingkungan. Mari kita menciptakan keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan seluruh ciptaan dan manusia dengan sang Pencipta.
  6. Gerakan membangun masyarakat cinta damai dan keramahan sejati dimulai dari rumah kita �Ecclesia domestica�, hingga masyarakat kota dan bangsa
Semoga berkat doa-doa Bunda Maria, Bunda Gereja, kita menyongsong dengan riang gembira Fajar Paskah Kristus, yang membarui seluruh hidup kita. Selamat memasuki masa Prapaskah.

Bogor, 3 Februari 2018
Mgr. Paskalis Bruno Syukur
Magnificat Anima Mea Dominum

Sumber: http://keuskupanbogor.org/4450-2/

Tuesday, February 13, 2018

Santa Parawan Maria Berduka Cita

Kapan pesta ini diperingati?
Pesta ini diperingati/ dikenangkan oleh Gereja setiap tanggal 15 September.  

Dimana pesta ini mulai?
Pesta ini mulai di Jerman dan kemudian disebarluaskan oleh Paus Benediktus XIII pada tahun 1721 dengan memasukkannya dalam penanggalan liturgi Romawi. 

Mengapa Maria disebut Bunda Berdukacita?
Maria disebut Bunda Berdukacita karena sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus, Puteranya dalam karya agung penyelamatan umat manusia, Maria mengalami banyak penderitaan dan dukacita. Ia menyertai Yesus hingga akhir hayat-Nya. Oleh karena itu Gereja menamai Maria, Bunda Berdukacita (�Mater Dolorosa�). 

Manakah peristiwa-peristiwa yang menunjukkan kedukaan Maria? 
Seluruh penderitaan Maria diringkas oleh Gereja dalam 7 jenis kedukaan yang diambil dari 7 peristiwa berikut: 
  1. Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang akan terjadi atas diri Yesus, Anaknya sewaktu ia dan Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah. 
  2. Kedukaan sewaktu pengungsian ke Mesir. 
  3. Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari Yesus di Yerusalem. 
  4. Kedukaan sewaktu bertemu dengan Yesus di jalan salib menuju puncak Kalvari. 
  5. Kedukaan sewaktu menyak-sikan Yesus disalibkan dan wafat. 
  6. Kedukaan sewaktu jenazah Yesus dibaringkan di pangkuannya. 
  7. Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan. 

Mengapa Maria sanggup menanggung semua kedukaan itu?
Maria sanggup menanggung semua penderitaan itu dengan tabah  karena  iman.  Ia telah mengatakan dengan bebas kepada Malaekat Allah: �Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-mu itu�. Ia setia menanggung segala resiko atas jawaban �ya� pada kehendak Allah.
Apa makna/pesan bagi kita?
  1. Dengan meneladani Bunda Maria Berdukacita, semoga kita pun dapat mempersatukan segala penderitaan kita dengan sengsara Kristus, serta menghadapinya dengan tabah, penuh kasih dan iman.
  2. Kita yang menjadi murid-murid Yesus dituntut untuk menyadari realitas iman dengan belajar pada Bunda Maria. Tetap tabah dan tekun memanggul salib dan pen-deritaan kita setiap hari.
Salib, penderitaan dan dukacita  adalah sesuatu yang dasariah dalam penghayatan iman kita akan  Yesus, sebagai sarana pemurnian iman kita. Sebab melalui penderitaan dan salib itu, seperti yang telah diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus, kita akan mencapai kejayaan dan kemenangan.
~P. Yulius Tangke Bandaso, SX
Sumber: https://santopauluspku.wordpress.com/2014/09/15/santa-parawan-maria-berduka-cita/

Monday, February 5, 2018

SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa

oleh: P. William P. Saunders
Saya bingung. Saya pikir Maria Dikandung Tanpa Dosa berhubungan dengan mengandungnya Bunda Maria dari kuasa Roh Kudus. Tetapi, teman saya mengatakan bahwa dogma tersebut berhubungan dengan perkandungan Bunda Maria. Dapatkah dijelaskan?
 ~ seorang pembaca di Falls Church

Sesungguhnya, kebingungan atas dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa (= Immaculata) bukanlah hal yang jarang terjadi. Sebagian orang secara salah beranggapan bahwa dogma tersebut berhubungan dengan Bunda Maria yang mengandung Kristus dari kuasa Roh Kudus. Sesungguhnya, dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa adalah keyakinan �� bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal� (Paus Pius IX, Ineffabilis Deus).

Dalam mempelajari sejarah seputar keyakinan ini, kita melihat keindahan Gereja yang didirikan oleh Kristus, yang para pengikutnya yang setia berjuang untuk memahami dengan lebih jelas misteri keselamatan. Perjuangan ini dibimbing oleh Roh Kudus, yang disebut Yesus sebagai �Roh Kebenaran�, yang �akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu�dan �akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran� (bdk. Yoh 14:17, 14:26, 16:13).

Sebagian dari �perjuangan� atas dogma Immaculata adalah tidak adanya kutipan Kitab Suci yang spesifik serta jelas dan gamblang tentangnya. Namun demikian, referensi dalam Injil mengenai Bunda Maria dan perannya dalam misteri keselamatan mengisyaratkan keyakinan ini. Dalam Injil St. Lukas, kita mendapati ayat indah tentang Kabar Sukacita, di mana Malaikat Agung St. Gabriel mengatakan kepada Maria (dalam bahasa kita), �Salam Maria, penuh rahmat. Tuhan sertamu.� Sementara sebagian ahli Kitab Suci berdebat atas �seberapa penuhnya rahmat,� kesaksian St. Gabriel secara pasti menyatakan kekudusan Bunda Maria yang luar biasa. Apabila orang merenungkan peran Bunda Maria dalam kehidupan Kristus - baik inkarnasi-Nya, masa kanak-kanak-Nya, ataupun penyaliban-Nya - pastilah ia sungguh luar biasa dalam kekudusan, sungguh �penuh rahmat� dalam menerima serta menggenapi perannya sebagai Bunda Penebus, dalam arti �Bunda� yang sepenuh-penuhnya. Sebab itu, kita percaya, bahwa kekudusan yang luar biasa, yang penuh rahmat ini diperluas hingga saat awal permulaan kehidupannya, yaitu perkandungannya.

Secara praktis, jika dosa asal diwariskan melalui orangtua, dan Yesus mengambil kodrat manusiawi kita dalam segala hal kecuali dosa, maka Maria haruslah bebas dari dosa asal. Pertanyaan kemudian muncul, �Bagaimana mungkin Kristus adalah Juruselamat Maria?� Sesungguhnya, banyak perdebatan mengenai SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dalam abad pertengahan berfokus pada masalah ini. Duns Scotus (wafat 1308) menawarkan satu solusi dengan mengatakan, �Maria lebih dari semua orang lain membutuhkan Kristus sebagai Penebusnya, sebab ia pastilah mewarisi Dosa Asal � jika rahmat sang Pengantara tidak mencegahnya.� Dengan mengutip Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Katekismus Gereja Katolik menambahkan, �Bahwa Maria `sejak saat pertama ia dikandung, dikarunia cahaya kekudusan yang istimewa', hanya terjadi berkat jasa Kristus: `Karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul'� (no. 492). Pada pokoknya, karena Maria dipilih untuk berbagi secara intim dalam kehidupan Yesus sejak saat ia dikandung, Ia sungguh adalah Juruselamatnya sejak saat perkandungannya.

Mungkin salah satu alasan mengapa diskusi mengenai Dogma Immaculata ini berkepanjangan adalah karena Gereja Perdana dilarang dan di bawah aniaya hingga tahun 313, dan kemudian harus menyelesaikan berbagai macam masalah seputar Yesus Sendiri. Refleksi lebih jauh mengenai Bunda Maria serta perannya muncul setelah Konsili Efesus (thn 431) yang dengan segenap hati menegaskan keibuan ilahi Maria dan memberinya gelar, �Bunda Allah� sebab ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melahirkan Yesus yang adalah pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus, yang sehakikat dengan Bapa. Beberapa Bapa Gereja Perdana, termasuk St. Ambrosius (wafat 397), St. Efrem (wafat 373), St. Andreas dari Crete (wafat 740) dan St. Yohanes Damaskus (wafat 749) merenungkan peran Maria sebagai Bunda, termasuk disposisinya yang penuh rahmat, dan menulis tentang ketakberdosaannya. Suatu pesta guna menghormati SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa telah dirayakan di Gereja Timur setidak-tidaknya sejak abad keenam.

Sementara waktu berlalu, dilakukanlah pembahasan lebih lanjut mengenai keyakinan ini. Pada tahun 1849, Pius IX meminta pendapat para uskup di seluruh Gereja mengenai apa yang mereka sendiri, para klerus, dan umat rasakan mengenai keyakinan ini dan apakah mereka menghendakinya agar ditetapkan secara resmi. Dari 603 uskup, 546 memberikan tanggapan positif tanpa ragu. Dari mereka yang menentang, hanya lima yang mengatakan bahwa doktrin tersebut tidak dapat ditegaskan secara resmi, 24 tidak tahu apakah ini adalah saat yang tepat, dan 10 hanya menghendaki agar mereka yang menentang doktrin tersebut dinyatakan salah. Paus Pius juga melihat kelesuan rohani dalam dunia dimana kaum rasionalis sekolah filsafat telah menyangkal kebenaran dan segala sesuatu yang adikodrati, di mana revolusi-revolusi mengakibatkan gejolak sosial, dan revolusi industri mengancam martabat para pekerja dan kehidupan keluarga. Oleh sebab itu, Paus Pius menghendaki dibangkitkannya kembali kehidupan rohani umat beriman dan beliau melihat tidak ada cara yang lebih baik selain dari menampilkan kembali teladan indah Bunda Maria dan perannya dalam sejarah keselamatan. Maka, pada tanggal 8 Desember 1854, Pius IX menegaskan secara resmi dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dalam bulla �Ineffabilis Deus�. 

Akhirnya, menarik juga disimak bahwa dalam beberapa penampakan Bunda Maria, Santa Perawan sendiri menegaskan dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa. Pada tanggal 9 Desember (tanggal yang ditetapkan sebagai Perayaan SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa di Kerajaan Spanyol) pada tahun 1531 di Guadalupe, Bunda Maria mengatakan kepada Juan Diego, �Akulah Perawan Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar, yang melalui-Nya segala sesuatu hidup�� Pada tahun 1830, Bunda Maria mengatakan kepada St. Katarina Laboure agar dibuat Medali Wasiat dengan tulisan, �Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.� Terakhir, ketika menampakkan diri kepada St. Bernadete di Lourdes pada tahun 1858, Bunda Maria mengatakan, �Akulah yang Dikandung Tanpa Noda Dosa.� 

Dalam suatu homili pada Perayaan SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa yang disampaikan pada tahun 1982, Paus Yohanes Paulus II menulis, �Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang memenuhi engkau, ya Perawan dari Nazaret, dengan segala rahmat rohani dalam Kristus. Dalam Dia, engkau dikandung tanpa noda dosa! Telah dipilih sejak semula untuk menjadi Bunda-Nya, engkau ditebus dalam Dia dan melalui Dia lebih dari segala manusia lainnya! Dilindungi dari warisan Dosa Asal, engkau dikandung dan datang ke dalam dunia dalam keadaan rahmat. Penuh rahmat! Kami mengagungkan misteri iman yang kami rayakan pada hari ini. Pada hari ini, bersama dengan segenap Gereja, kami memuliakan Penebusan yang dilaksanakan atasmu. Partisipasi yang teramat luar biasa dalam Penebusan dunia dan manusia, diperuntukkan hanya bagimu, semata-mata hanya bagimu. Salam O Maria, Alma Redemptoris Mater, Bunda Penebus yang terkasih.�

Sementara kita melanjutkan persiapan Adven kita, kiranya kita mohon bantuan doa Bunda Maria, Santa Perawan Yang Dikandung Tanpa Noda Dosa, agar kita semakin dekat pada Kristus, Putranya, di Hari Natal. 

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria. 
sumber : �Straight Answers: Immaculate Conception� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com 
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Saturday, February 3, 2018

Mengenal Devosi Kerahiman Ilahi

APA ITU DEVOSI KERAHIMAN ILAHI ? 
 Devosi Kerahiman Ilahi adalah pengabdian total kepada Allah yang Maharahim, yaitu keputusan untuk percaya penuh kepada-Nya, untuk menerima belas kasih-Nya dengan ucapan syukur dan untuk berbelas kasih kepada sesama, sebab Ia penuh belas kasih. Bentuk Devosi Kerahiman Ilahi ini didasarkan pada catatan-catatan St Faustina Kowalska, seorang biarawati Polandia tak terpelajar yang, dalam ketaatan kepada pembimbing rohaninya, menuliskan sebuah Buku Catatan Harian setebal kurang lebih 600 halaman dengan mana ia mencatat penampakan-penampakan yang dianugerahkan kepadanya mengenai kerahiman Allah. Bahkan sebelum wafatnya pada tahun 1938, Devosi kepada Kerahiman Ilahi telah mulai disebarluaskan.

APA PESAN UTAMA KERAHIMAN ILAHI ? 
 Pesan utama Kerahiman Ilahi adalah bahwa Allah mengasihi kita - semuanya, tak peduli betapa berat dosa kita. Tuhan ingin kita tahu bahwa belas kasih-Nya jauh lebih besar daripada segala dosa kita; Tuhan mengundang kita untuk datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan, menerima belas kasih-Nya dan membiarkannya mengalir melalui kita kepada sesama. Dengan demikian segenap umat manusia akan ikut ambil bagian dalam sukacita-Nya. Pesan ini dapat dengan mudah kita ingat melalui ABC Kerahiman:
  • Ask for His Mercy ~ Mohon Belas Kasih Allah Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya dalam doa secara terus-menerus, menyesali dosa-dosa kita dan mohon kepada-Nya untuk mencurahkan belas kasih-Nya atas kita dan atas dunia. 
  • Be Merciful ~ Berbelas Kasih kepada Sesama Tuhan menghendaki kita menerima belas kasih-Nya dan membiarkannya mengalir melalui kita kepada sesama. Tuhan menghendaki kita memperluas kasih serta pengampunan kepada sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita. 
  • Completely Trust ~ Percaya Penuh kepada-Nya Tuhan ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya tergantung pada besarnya kepercayaan kita. Semakin kita percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat yang kita terima. lebih lanjut tentang ABC Kerahiman Ilahi 
APA PESAN KHUSUS LAINNYA DALAM DEVOSI KERAHIMAN ILAHI ? 
Tak ada yang baru dalam pesannya, hanya mengingatkan apa yang telah senantiasa diajarkan Gereja, yaitu bahwa Allah penuh belas kasih dan pengampunan, sehingga kita pun harus menunjukkan belas kasih dan pengampunan kepada sesama.
Namun demikian, dalam Devosi Kerahiman Ilahi, pesan ini diserukan dengan lebih kuat dan tegas; kita dihantar untuk sampai pada pemahaman yang lebih mendalam bahwa kasih Allah tak terbatas dan tersedia bagi setiap orang - teristimewa mereka yang berdosa, �Semakin berat dosanya, semakin ia berhak mendapatkan belas kasih-Ku (723).�

MENGAPA DEVOSI KERAHIMAN ILAHI DILARANG GEREJA ? 
Catatan-catatan St Faustina Kowalska, seorang biarawati Polandia dari Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih, merupakan sumber pesan dan devosi kepada Kerahiman Ilahi. Selama masa perang tahun 1939-1945, Devosi Kerahiman Ilahi berkembang pesat, teristimewa karena umat beriman di Polandia dan Lithuania yang menderita berpaling kepada Juruselamat yang berbelas kasih sebagai sumber penghiburan dan pengharapan. Kemudian, pada tahun 1958 dan 1959, nubuat St Faustina mengenai adanya hambatan dalam karya Kerahiman Ilahi mulai digenapi.
Akibat banyaknya kekeliruan dalam terjemahan Buku Catatan Harian St Faustina yang disampaikan ke Tahta Suci, sementara situasi politik di Polandia selama dan sesudah masa perang menyulitkan Gereja melakukan verifikasi atas keotentikan catatan-catatan St Faustina, maka pada tanggal 6 Maret 1959 Vatican mengeluarkan keputusan untuk melarang disebarluaskannya Devosi Kerahiman Ilahi dalam bentuk seperti yang diajarkan dalam tulisan-tulisan St Faustina.

BAGAIMANA AKHIRNYA LARANGAN DICABUT ? 
Duapuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1978, larangan tersebut sepenuhnya dicabut; terima kasih atas campur tangan Uskup Agung Krakow, Kardinal Karol Wojtyla. Melalui daya upaya beliau, suatu Proses Informatif sehubungan dengan kehidupan dan keutamaan Sr Faustina dimulai pada tahun 1965. Hasilnya yang gemilang menghantar pada dibukanya proses beatifikasi Sr Faustina pada tahun 1968.
Dalam surat �Notifikasi� tertanggal 15 April 1978, Kongregasi Kudus untuk Ajaran Iman, setelah meninjau kembali berbagai dokumen asli yang tak tersedia pada tahun 1959, merevisi keputusan sebelumnya dan memaklumkan bahwa larangan yang dibuat pada tahun 1959 �tidak berlaku lagi�.
Enam bulan berselang, Kardinal Karol Wojtyla dipilih menjadi Paus Yohanes Paulus II.

HATI-HATI DENGAN DEVOSI KERAHIMAN ILAHI ! 
Ada dua ayat Kitab Suci yang perlu kita ingat baik-baik sementara kita mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi, ataupun bentuk-bentuk praktek devosi lainnya:
  1. �Bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku. � (Yes 29:13) 
  2. �Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.� (Mat 5:7) 
Apabila kita memandang lukisan Juruselamat yang Maharahim, atau berhenti sejenak dari rutinitas untuk berdoa pada jam tiga siang, atau mendaraskan Koronka - adakah hal-hal ini mendekatkan kita kepada hidup sakramental Gereja yang sejati dan membiarkan Yesus mengubah hati kita? Ataukah devosi tersebut menjadi sekedar kebiasaan religius belaka? Dalam kehidupan sehari-hari apakah kita semakin dan semakin bertumbuh menjadi orang-orang yang berbelas kasih? Ataukah kita hanya menawarkan �doa bibir� kepada Allah yang Maharahim?

PENTINGNYA MENGAMALKAN PESAN KERAHIMAN 
Devosi Kerahiman Ilahi seperti yang dinyatakan Tuhan kita melalui St Faustina, dianugerahkan kepada kita sebagai �sarana belas kasih� dengan mana kasih Allah dapat dicurahkan atas dunia, tetapi devosi itu sendiri tidaklah cukup. Tidak cukup kita menggantungkan Lukisan Kerahiman di rumah kita, mendaraskan Koronka setiap hari setiap jam tiga siang, dan menerima Komuni Kudus pada hari Minggu pertama sesudah Paskah. Kita juga harus menunjukkan belas kasih kepada sesama. Mengamalkan belas kasih bukan suatu pilihan dari praktek Devosi Kerahiman Ilahi ini, melainkan suatu keharusan!
�Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.� (Mat 5:16)

TIGA TINGKATAN BELAS KASIH DALAM DEVOSI KERAHIMAN ILAHI 
Pertama-tama: perbuatan belas kasih, apa pun jenisnya. Kedua: ucapan belas kasih, yaitu belas kasih kata, bila kita tak dapat mewujudkannya dalam perbuatan. Ketiga: doa; kita selalu dapat menunjukkan belas kasih dengan doa. �Dalam tiga tingkatan belas kasih ini,� demikian Yesus mengatakan kepada St Faustina, �terkandung kepenuhan belas kasih (742).�
Kita semua dipanggil untuk mengamalkan ketiga tingkatan belas kasih ini, tetapi tidak semua kita dipanggil dengan cara yang sama. Kita perlu datang dan bertanya kepada Tuhan, yang memahami pribadi dan situasi kita masing-masing yang unik, untuk menolong kita mengenali berbagai macam cara dengan mana kita masing-masing dapat menyatakan belas kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari.
Baiklah kita melihat kembali apa yang telah diajarkan Gereja mengenai karya-karya belas kasih kepada sesama.

Karya-karya Belas Kasih Jasmani:
1. memberi makan kepada yang lapar
2. memberi minum kepada yang haus
3. memberi tumpangan kepada tunawisma
4. mengenakan pakaian kepada yang telanjang
5. mengunjungi orang miskin
6. mengunjungi orang tahanan
7. menguburkan orang mati

Karya-karya Belas Kasih Rohani:
1. mengajar
2. memberi nasehat
3. menghibur
4. membesarkan hati
5. mengampuni
6. menanggung dengan sabar hati
7. mendoakan mereka yang hidup dan mati

BAGAIMANA MEMPRAKTEKKAN DEVOSI KERAHIMAN ILAHI ? 
  •  Menghormati Lukisan Kerahiman Ilahi 
  • Mendaraskan Koronka Kerahiman Ilahi 
  • Merayakan Minggu Kerahiman Ilahi 
  • Mendoakan Jam Kerahiman Ilahi 
  • Menyebarluaskan Devosi Kerahiman Ilahi 
Sumber:  �disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya�

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)