Latest News

Showing posts with label Apologetik. Show all posts
Showing posts with label Apologetik. Show all posts

Friday, November 15, 2013

Ex Cathedra dan dogma Infallibilitas

Paus Fransiskus pada kursi Keuskupannya di Katedral Agung Basilika Lateran
Istilah ex cathedra  berasal dari kata-kata bahasa Latin yang berarti �dari takhta Uskup�. Dari kata ini munculah kata Katedral, yang berarti kursi Uskup Diosesan/takhta Uskup yang berada di salah satu gedung gereja di sebuah Keuskupan. Istilah Katedral sudah ada sejak zaman Gereja perdana. Istilah ini sebenarnya hendak menggambarkan wewenang mengajar tertinggi didalam Gereja yang dimiliki oleh Paus selaku pemimpin dari para Uskup sedunia.

Dengan bertindak sebagai imam agung didalam Gereja, Paus adalah yang pertama dari antara yang sederajat (Primus Inter Pares) dan jabatan Paus sebagai penerus Apostolik dari St. Petrus meneruskan jabatan Petrus sendiri selaku pemimpin dari para Rasul. Sehingga ketika Paus mendeklarasikan ajaran iman dan moral secara ex cathedra maka ajaran ini harus dilindungi dengan karunia Infallibilitas Paus. Infallibilitas Paus adalah ketidakdapatan sesat Paus selaku Wakil dari Yesus Kristus (Vicarius Christi) dan Imam Agung dari Gereja Universal dalam mendeklarasikan ajaran iman dan moral kepada umat beriman.

Karunia agung ini tidak hanya terletak pada jabatan Paus namun juga pada Magisterium (Kuasa Mengajar Gereja) salah satu dari pilar iman Gereja Katolik. Kristus sendirilah yang menganugerahkan karunia ini kepada GerejaNya. Kristus memberikan karunia ini secara istimewa untuk melindungi GerejaNya dari alam maut/kesesatan kepada Petrus dan para Rasul dengan kuasa �mengikat dan melepaskan� (Mat 16:18).

Infabillitas Paus menurut definisi dari Konsili Vatikan I dan II
Ungkapan ex cathedra digunakan oleh Konsili Vatikan  I dalam merumuskan Infallibilitas Paus: �Oleh karena itu, dengan setia berpegang pada tradisi yang diterima dari awal agama Kristiani � kami mengajarkan dan merumuskan bahwa adalah suatu dogma yang diwahyukan Allah bahwa, apabila berbicara ex cathedra, Imam Agung Romawi memiliki Infabillitas yang dijanjikan kepadanya dalam diri Santo Petrus dan dengan itu Penebus ilahi mau membantu GerejaNya dalam merumuskan ajaran iman dan moral. Imam Agung Romawi ini berbicara ex cathedra apabila ia mengamalkan tugasnya sebagai gembala dan guru semua orang Kristiani dan dengan wewenang apostolic tertinggi serta bantuan ilahi, merumuskan suatu ajaran iman dan moral yang harus dipatuhi oleh seluruh Gereja. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan Imam Agung Romawi seperti itu sedari hakikatnya tidak dapat diubah dan tidak tunduk pada persetujuan Gereja. � (Konstitusi Dogmatis, Pastor Aeternus, Bab IV, paragraph 11).

Sedangkan Konsili Vatikan II didalam dokumen Lumen Gentiumnomor 25 mengajarkan:

�Adapun ciri tidak dapat sesat itu, yang atas kehendak Penebus Ilahi dimiliki Gereja-Nya dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan, meliputi seluruh perbendaharaan Wahyu Ilahi, yang harus dijagai dengan cermat dan diuraikan dengan setia. Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan  saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif.�

�Akan tetapi, bila Imam Agung di Roma atau badan para Uskup bersama dengan beliau menetapkan ajaran, itu mereka kemukakan sesuai dengan Wahyu sendiri, yang harus dipegang teguh oleh semua orang yang menjadi pedoman hidup mereka. Wahyu itu secara tertulis atau melalui secara tradisi secara utuh diteruskan melalui pergantian para Uskup yang sah, dan terutama berkat usaha Imam Agung di Roma sendiri. Berkat cahaya Roh Kebenaran wahyu itu dalam Gereja dijaga dengan cermat dan diuraikan dengan setia.�

Secara sederhana, ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu pernyataan Paus dapat dipandang ex cathedra dan dilindungi oleh Infallibilitas Paus yaitu:
1. Pernyataan tersebut harus universal, yakni dibuat oleh Paus sebagai gembala agung dan guru untuk seluruh Gereja, bukan hanya untuk sebagian dari Gereja.
2. Pernyataan tersebut harus berkaitan dengan masalah iman dan moral.
3. Pernyataan tersebut harus diajarkan secara definitif.

Beberapa kesalahpahaman dalam memahami dogma Infallibilitas
Infallibilitas bukanlah suatu ajaran yang beraliran tenang dalam artian bahwa setiap orang menerimanya, tidak jarang bahwa Infallibilitas sering kali disalahartikan bahkan disalahgunakan oleh sejumlah pihak yang membenci Gereja Katolik. Infallibility (ketidakdapatan sesat) seringkali disalahartikan dengan impeccability (ketidakdapatan berdosa). Mereka mengartikan bahwa Paus yang tidak dapat salah dalam mengajarkan dogma iman dan moral didalam Gereja maka secara otomatis ia pun tidak dapat berdosa atau dilindungi dari dosa karena jabatannya sebagai seorang Paus. Kesalahpahaman ini sebenarnya menyinggung masa kegelapan yang pernah dilintasi oleh Gereja Katolik di masa lalu dimana tidak sedikit Paus, yang berbuat buruk dan tidak bermoral. Sebagai contoh yaitu Paus Alexander VI yang dikenal sebagai Paus yang hidup berfoya-foya, memperkaya dirinya sendiri dan keponakannya Alexander Borgia bahkan sampai memiliki istri dan memperoleh beberapa anak.

Gereja Katolik secara terbuka mengakui dan sadar akan perbuatan buruk yang dilakukan oleh beberapa Paus namun apabila ditelaah kembali, ketika beberapa Paus yang berbuat bejat tersebut mendeklarasikan ajaran iman dan moral, tak pernah sekalipun ajaran tersebut jatuh dalam kesesatan atau didalamnya tercantum suatu kalimat yang salah sehingga mengacu pada konsep pemahaman yang keliru. Ini semua sebagai bukti bahwa Paus itu bisa salah contohnya salah menghitung, berkata-kata dan terutama berbuat dosa karena Paus bukanlah Tuhan, beliau adalah manusia. 

Namun ketika Paus mengumumkan suatu ajaran tentang iman dan moral secara ex cathedra maka perbuatannya itu berada dibawah naungan dari Roh Kudus sendiri, sehingga ajaran tersebut tidak dapat salah. Dilain kesempatan pula, dogma ini tak luput juga dari serangan beberapa kaum yang sebenarnya tidak memahami secara keseluruhan dari dogma ini. Salah satu diantaranya adalah penentangan St. Paulus terhadap St. Petrus (Galatia 2:11-15) harus diperhatikan bahwa sikap Paulus dalam menentang St. Petrus ini bukanlah karena ajaran Petrus yang tidak sesuai dengan Iman Kristen, tetapi sikapnya yang tidak konsisten dalam menerapkan keputusan Konsili Yerusalem mengenai kesamaan kedudukan kaum Yahudi yang bersunat dan sebaliknya. Sebab sebagai manusia Petrus dan penerusnya (para Paus) bisa salah, namun yang tidak bisa salah adalah ketika ia mendeklarasikan ajaran iman dan moral secara definitif yang berlaku untuk Gereja Universal.

Perlu diketahui pula bahwa tidak seluruhnya dari semua pernyataan ex cathedra dimaklumkan sebagai dogma, dalam beberapa dekade terakhir hanya ada dua dogma yang dirumuskan oleh Paus yaitu dogma Maria Dikandung Tanpa Noda oleh Paus Pius IX pada tahun 1854 dan dogma Maria Diangkat Ke Surga, yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1950. Dengan demikian sebagai umat Katolik, kita tidak perlu ragu dalam mempercayai seluruh dogma yang ada didalam Gereja Katolik, karena seluruh dogma yang ada didalam Gereja Katolik berasal dari inspirasi dari Roh Kudus sendiri dan kita harus percaya pula bahwa Kristus tidak akan pernah membiarkan Gereja yang didirikan-Nya sendiri jatuh dalam kesesatan (Mat 16:18) karena Ia akan membimbing Gereja-Nya sampai pada akhir zaman (Mat 28:20).

Dominus illuminatio mea!

Friday, October 11, 2013

Apologi Mengenai Pernyataan "Saya Percaya Kepada Tuhan, Tetapi Bukan Tuhan Katolik"


Akhir-akhir ini, umat Katolik bahkan yang non-katolik pun dikejutkan oleh pemberitaan dari salah satu media terkemuka di Indonesia, yang berjudul �Paus Fransiskus: Saya percaya kepada Tuhan, tetapi bukan Tuhan Katolik�. Dengan membaca, artikel ini tentunya tidak sedikit umat Katolik, yang merasa heran bahkan tercengang dengan pernyataan Paus Fransiskus. Artikel ini saya buat, sebagai bentuk pembelaan saya untuk menjelaskan kesalahan baik berupa pengartian bahkan terjemahan yang tidak pas. Disini saya akan cantumkan pernyataan resmi Paus Fransiskus dari beberapa media luar negeri yaitu La Repubblica, Ibtimes dan sekaligus artikel dari Media dari Indonesia:

Paus Fransiskus: But now let me ask you a question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the common good, all important principles and values but that is not what I am asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are, where we come from, where we are going. Even children ask themselves these questions. And you?"

Eugenio Scalfari: I am grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in the tissue from which forms, bodies arise.

Paus Fransiskus: �I believe in God, not in a Catholic God. There is no Catholic God, there is God and I believe in Jesus Christ, his incarnation. �Jesus is my teacher and my pastor, but God, the Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we are very far apart?�

Respon: Pernyataan Paus Fransiskus ini sama sekali tidak bertentangan dengan Iman Katolik, Gereja Katolik dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel, �Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa pencipta langit dan bumi�. Didalam kutipan syahadat tersebut tidak ada istilah �aku percaya akan satu Allah Katolik� namun �Aku percaya akan satu Allah�. Dengan pertanyaan, �sebagai orang yang tidak percaya kepada Allah, apa yang kau percayai ?� Scalfari pun menjawab bahwa, ia percaya kepada Being yang digambarkan sebagai seorang yang menciptakan namun tidak sama dengan Allah. Paus Fransiskus pun membalas �Saya percaya kepada Allah, tapi tidak kepada Allah Katolik. Tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah dan saya percaya kepada Yesus Kristus, Inkarnasi dari Allah. Yesus adalah guru saya dan gembala saya, namun Allah Bapa, Abba, adalah terang dan Pencipta. Ini adalah Being saya. Apakah kamu berpikir bahwa, kita terpisah jauh?.

Dengan ini pernyataan ini Paus Fransiskus menegaskan bahwa hanya ada satu Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah itu ada bagi setiap orang yang percaya akan keberadaanNya, bahkan bagi yang tidak percaya kepadaNya (atheis) dan tidak hanya untuk orang Katolik. Tidak ada Allah Katolik yang ada hanyalah Allah. Allah pencipta langit dan bumi. Dan lebih spesifik lagi, peranan pencipta terletak pada pribadi Allah Bapa dan pribadi kedua dari Allah yaitu Yesus Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia, yang telah mendirikan Gereja Katolik sebagai sarana keselamatan tiap orang.

Media dari Indonesia: Paus berusia 76 tahun ini menambahkan, dia tak selalu sepakat dengan apa yang selama ini menjadi standar Gereja Katolik.

"Pandangan Vatikan sentris telah mengabaikan dunia di sekitar kita. Saya tak sepakat dengan cara ini, dan saya akan lakukan apa pun untuk mengubahnya," Paus menegaskan.


Sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus terbukti menjadi seorang Paus beraliran liberal. Bahkan dia bersikap lebih lunak terhadap hal-hal yang selama ini ditentang keras Vatikan seperti homoseksualitas dan ateisme.



Sekarang mari kita bandingkan dengan artikel dari media Ibtimes:

�The 76-year-old Argentinean pontiff added he does not agree with everything his religion stands for: �This Vatican-centric view neglects the world around us,� he said. �I do not share this view, and I�ll do everything I can to change it.�

Respon: Media asal Indonesia ini telah gagal dalam menerjemahkan artikel dari La Repubblica tersebut, media ini menerjemahkannya secara terpisah-pisah sehingga akan menimbulkan konsep pemikiran yang keliru dari setiap orang yang membaca artikel dari media tersebut. Standar Iman Katolik itu berbeda dengan standar Vatican Centric. Paus Fransiskus dalam totalitasnya sebagai penerus Petrus, bisa saja menolak standar Vatican Centric yang merupakan standar pelayanan Kepausan seperti Papal Mobile, tempat tinggal Paus dan yang lainnya, terhadap Paus yang memerintah saat itu. Namun tidak kepada Iman Katolik, yang telah dipelihara oleh para Paus pendahulunya. Pernyataan dari media tersebut, yang menegaskan bahwa Paus Fransiskus terbukti sebagai Paus yang beraliran liberal, patut disayangkan dan sangat bertolak belakang dengan pribadi Paus Fransiskus yang begitu tegas dalam menegakkan Iman Katolik.

Sekarang sebagai bahan refleksi, saya akan mencantumkan beberapa pertanyaan:

1. Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia menyatakan bahwa perkawinan sejenis adalah rencana Iblis yang hendak menghancurkan rencana Allah ?

2. Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia menyatakan dalam homilinya di Pesta St. Georgius bahwa sia-sialah orang yang mengimani Kristus diluar Gereja Katolik ? 

3.Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia mengekskomunikasi Greg Reynold, seorang Imam dari Keuskupan Melbourne yang mendukung pernikahan sejenis dan tahbisan imam wanita ?

Berita tentang, Paus Fransiskus yang mengeskomunikasi seorang Imam dari Melbourne bisa dibaca disini


Referensi:

Dominus illuminatio mea!

Thursday, August 29, 2013

Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus Dan Konsili Vatikan II

Keselamatan, satu kata yang amat familiar dibicarakan oleh setiap orang, terkhususnya bagi umat Katolik. Begitu mendengar kata �keselamatan�, hati dan pikiran kita langsung tertuju pada Sabda Yesus �Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tiada seorangpun dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Aku (Yoh 14:6)�, ini sungguh tepat dan benar. Keselamatan hanya datang melalui Yesus Kristus, sang penyelamat dunia (Kis 14:2). Roh Kudus menyalurkan rahmat keselamatan tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium no.14, �Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini, perlu untuk keselamatan�. Dan karena hal tersebut, Gereja percaya bahwa Gereja adalah penyalur rahmat keselamatan satu-satunya yang berasal dari Allah.


Didalam Gereja Katolik terdapat sebuah Dogma yang amat kontroversial namun dogma ini adalah dogma kebenaran, dogma yang berasal dari Allah sendiri. Dan dari dogma ini tergambarlah wujud dan realita Gereja sebagai Tubuh Kristus di dunia. Dogma itu ialah �Extra Ecclesiam Nulla Salus�. Begitu banyak orang yang menyalahgunakan bahkan salah tafsir mengenai dogma ini. Sementara pada zaman ini, orang-orang menganggap bahwa keselamatan bisa datang dari mana saja (pluralisme) dan memandang bahwa Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus/EENS adalah dogma yang ketinggalan zaman dan sudah lenyap setelah Konsili Vatikan II.

Perlu digaris bawahi kata �setelah Konsili Vatikan II�, ada kecenderungan dimana banyak Uskup, Imam dan kaum klerus dan awam menyatakan bahwa dogma EENS telah dihapus oleh Konsili Vatikan II. Mereka menganggap bahwa dogma EENS adalah ajaran Gereja pra-Vatikan II dan paska Konsili Vatikan II dengan menenteng perkataan Paus Yohanes XXIII bahwa Gereja harus bersifat dinamis, EENS telah diubah pengertiannya menjadi �diluar gereja ada keselamatan.� Ini adalah paham yang sangat keliru, perlu diketahui bahwa Gereja pra-Vatikan II dan Gereja paska-Vatikan II adalah pembagian yang ambigu. Pola pikir semacam ini dapat memberi kesan negatif bagi Gereja, bahwa ajaran Gereja terus berubah sepanjang zaman. Ajaran Gereja bersifat tetap dan tak akan pernah berubah, Gereja tidak pernah mengkompromikan ajarannya.

Paus Emeritus Benediktus XVI sekali waktu pernah menyampaikan penolakannya yang tegas akan pemikiran seperti ini kepada para Uskup Chile.
��Memang ada mentalitas pandangan sempit yang mengisolasi Vatikan II dan yang telah memprovokasi pertentangan ini. Ada banyak hal darinya yang memberikan kesan bahwa, sejak Vatikan II dan sesudahnya, semuanya telah berubah, dan apa yang mendahuluinya yaitu Vatikan II tidak mempunyai nilai atau, paling tidak, hanya mempunyai nilai dalam terang Vatikan II. +Paus Emeritus Benediktus XVI+
Sepanjang sejarah Gereja, Kuasa Magisterium telah mengakui bahwa Allah akan mengadili kita dengan melihat hati nurani setiap orang, ketidaktahuan yang tidak disengaja melunakkan keadilan ilahi. Mereka yang memiliki pengetahuan akan kebenaran dan tahu bahwa diluar Gereja Katolik tidak ada keselamatan harus mampu menerima kenyataan bahwa adalah sangat perlu bagi setiap orang untuk bersatu dengan Gereja Katolik demi memperoleh keselamatan. Dalam posisi ini patut dicatat bahwa Paus Bonifasius VIII melalui Bulla Unam Sanctam menyatakan dengan tegas bahwa:
Berdasarkan iman kami berkewajiban untuk percaya dan menegaskan bahwa Gereja adalah satu kudus, katolik, dan apostolik. Kami percaya akan Gereja dengan teguh dan kami mengakui dengan segala kesederhanaan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau pengampunan dosa


��. Kami menyatakan, kami mewartakan, dan kami mendefinisikan bahwa adalah sangat perlu bagi semua orang untuk keselamatan mereka, tunduk kepada kekuasaan Paus Roma. �
Perlu diketahui bahwa ini bukanlah sebuah pernyataan yang menuntut bahwa setiap orang harus mengetahui supremasi Paus untuk dapat diselamatkan tapi disisi lain justru merupakan sebuah klaim yang benar bahwa Paus memiliki otoritas dari Allah sebagai pengganti yang sah dari Santo Petrus, yang kepadanya Allah telah memercayakan Kunci Kerajaan Surga.

Paus Pius XI melalui ensiklik Quanto Conficiamur Moerore pun mendukung dogma EENS sebagai dogma yang penting untuk diketahui dan ditaati oleh setiap umat beriman.
�Kita semua tahu bahwa mereka sama sekali tidak tahu mengenai agama suci kita, jika mereka dengan teliti menepati tata hokum kodrat yang telah ditulis oleh Allah dalam hati semua manusia, jika mereka siap untuk menaati Allah dan jika mereka menjalani sebuah hidup yang seleh dan patuh, mereka dapat, melalui kuasa cahaya dan rahmat ilahi, mencapai kehidupan kekal. Karena Allah, yang sungguh mengenai budi dan jiwa, pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan setiap manusia, tidak akan mengizinkan, seturut kebaikan dan belaskasihNya yang tanpa batas, siapa pun yang tidak bersalah karena kesalahan yang tidak disadarinya untuk menderita penghukuman abadi�


�Walaupun demikian, juga diketahui dengan baik dalam dogma Katolik bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan diluar Gereja Katolik, dan bahwa mereka yang dengan tegar hati menentang otoritas dari penegasan-penegasan Gereja dan dengan keras kepala tetap terpisah dari kesatuan Gereja dan dari pengganti Petrus, Uskup Roma, yang kepadanya juru selamat telah mempercayakan penjagaan dan perawatan kebun anggurNya, tidak dapat memeroleh keselamatan.�
Dari kedua teks ini dapat disimpulkan jelas bahwa tidak pernah ada yang dapat diselamatkan diluar Gereja Katolik, namun kita harus tahu bahwa didunia terdapat terdapat dua jenis orang. Ada yang mengenal kebenaran (yang didalamnya terdapat Gereja Katolik) dan adapula orang yang tidak mengetahui kebenaran Gereja Katolik oleh karena ketidaktahuannya. Disini adalah wajib

Sekarang bagaimana peran kita sebagai umat Katolik dalam mewartakan dogma EENS?

Kita sebagai umat Katolik tentu telah ada didalam perahu keselamatan, kita adalah kawan sekerja Allah dalam karya keselamatan (1 Kor 3:9). Kristus sendiri telah memberikan mandat agung kepada kita semua �Pergilah dan jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu dan ketahuilah bahwa Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman�, ini merupakan suatu tanggung jawab besar bagi kita sebagai seorang yang telah dibaptis dan telah dicurahi oleh rahmat Roh Kudus untuk mewartakan Kristus sendiri kepada setiap orang yang kita temui. Tidak perlu kita berteriak ditengah jalan �apabila kamu bukan Katolik, kamu akan masuk neraka dan kamu tidak akan selamat�, wartakanlah Injil dan biarkanlah rahmat Allah bekerja. Kasihilah setiap orang dan doakanlah setiap orang yang belum mengenal Kristus. Itulah ciri hidup yang khas seorang Katolik sejati.

Dominus illuminatio mea!

Tuesday, August 27, 2013

Paus Sebagai Penentu Ajaran Gereja Katolik

Gereja Katolik dalam sejarah hidupnya, yang mencapai rentang waktu lebih dari 2000 tahun, memiliki begitu banyak nilai-nilai sejarah dan masalah-masalah yang dihadapi oleh Gereja. Tidak sedikit ajaran-ajaran sesat (bidaah) yang menghantam Gereja Katolik, seperti halnya bidaah Arianisme, sebuah pandangan yang dianut oleh pengikut Arius (seorang Imam eks-Katolik dari Alexandria) yang menolak keilahian Yesus Kristus dan Tritunggal Mahakudus. Bidaah ini sendiri dipandang sebagai bidaah terbesaryang pernah dihadapi oleh Gereja Katolik pada abad ke-4.

Lambang Kepausan, Paus Fransiskus
Adapula bidaah Nestorianisme (ditolak oleh Konsili Kalsedon (451) yang dipimpin oleh Paus St. Leo Agung) yang mengajarkan bahwa, Pribadi manusia Yesus dan Pribadi Allah Putera adalah dua pribadi yang berbeda yang bersatu di dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain, bidaah ini mengajarkan bahwa Yesus memiliki dua Pribadi dengan dua kodrat. Sedangkan Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus  adalah satu Pribadi dengan dua kodrat, Allah dan Manusia. Bidaah ini juga menolak gelar Bunda Allah terhadap Bunda Maria.

Dalam kasus ini, Gereja membutuhkan tolak ukur dan penentu dari setiap ajaran iman dan moral yang ada, disini dibutuhkan pula kuasa dalam hal mengajarkan suatu dokrin yang tidak dapat salah (infallible). Dan penentu dari setiap ajaran doktrin ini ialah pribadi Petrus dan para penerusnya yaitu Paus Roma. Hal ini dapat berakibat fatal apabila tidak ada penentu dari setiap ajaran iman yang ada, dengan demikian maka setiap orang akan berpegang pada opini pribadi untuk membenarkan apa yang dia yakini dan hal ini tentu tidak akan menjadi tanda kesatuan ajaran Kristen.

Sifat ajaran Gereja Katolik adalah tetap dan tak akan pernah berubah, kedua ciri khas ini menggambarkan pula pribadi Kristus sebagai Pendirinya yang konsisten. Disinilah peran penting Pribadi Paus ikut serta dalam menentukan dan menetapkan suatu ajaran. Dalam tahun-tahun permulaan berdirinya Gereja, yaitu 5 abad pertama. Para Paus dipandang sebagai seorang yang mempunyai wibawa yang memimpin dan mengajarkan iman dan moral.

Seperti halnya, St. Petrus (33-67), memimpin sinode pertama Gereja di Yerusalem. Ia menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi dapat diterima ke dalam Gereja tanpa perlu disunat.

Paus ke-2, St. Linus (67-76), dikenal sebagai orang yang berperan dalam pengembangan kaum klerus dan pembagian tugas dan fungsi mereka.

Paus ke-10, St. Pius I (140-155), ia menolak dengan tegas bidaah agnotisisme (yang mengingkari adanya kebenaran) dan menetapkan proses penentuan tanggal Paskah.

Paus ke-11, St. Anisetus (155-166), menekankan Perayaan Paskah sebagai perayaan yang utama dalam Kekristenan.

Paus ke 20, St. Fabianus (236-50), berperan penting dalam pembagian kota Roma, ia mengutus tujuh diakon ke berbagai tempat untuk memberitakan Injil disana, Kekristenan pun dalam masa kepemimpinannya mengalami periode yang relatif aman dari penganiayaan Kaisar Diokletianus.

Paus ke-26, St. Feliks I (269-274), menegaskan ajaran bahwa Kristus adalah sungguh Allah sungguh manusia, memiliki dua kodrat dalam satu pribadi.

Paus ke-33, St. Silvester (314-35), mengutus Uskup Hosius dari Cordoba untuk memimpin Konsili Nicea untuk menghadapi ajaran sesat yang dipimpin oleh Arius. Beserta Pater Vitus dan Pater Vinsensius yang menandatangani dekrit Konsili Nicea dalam nama �Gereja Roma dan Gereja-gereja seluruh Italia, Spanyol dan seluruh Barat�.

Paus ke-35, St. Julius I (337-352), menetapkan bahwa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember.

Paus ke-37, St. Damasus I (366-384), menentukan kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci dan menolak beberapa kitab untuk dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci (contohnya �injil� Thomas, �injil� Maria Magdalena, �injilPetrus, Wahyu kepada Paulus, Apokrifa Yakobus, Apokrifa Yohanes, Kisah Petrus dan Kedua Belas Rasul, dll). Ia memerintahkan St. Hieronimus untuk menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin dengan nama Vulgata. Kitab-kitab yang ditentukan oleh Paus St. Damasus ke dalam Kanon Kitab Suci adalah Kitab Suci Katolik dengan Deuterokanonika yang merupakan Kitab Suci yang rasuliah, yang berasal dari zaman para rasul.

Dari nama beberapa Paus diatas, terlihat bahwa Para Paus memiliki peran penting dalam hal menetapkan atau menolak ajaran-ajaran yang ada, dalam konteks ini Paus dapat melakukan seluruh hal tersebut karena Paus memiliki Kuasa Tidak Dapat Salahdalam hal mengajar iman dan moral. Ini sudah pernah dibahas, silahkan klik link ini.  Disini sungguh terbukti janji Kristus kepada GerejaNya, �Dan engkau Petrus diatas batu karang ini, Aku mendirikan GerejaKu dan alam maut tak akan menguasainya (Mat 16:18)�. 

Daftar Paus Gereja Katolik dapat dilihat disini.
Dominus illuminatio mea!

Sunday, August 11, 2013

Misa Tridentina dan Novus Ordo

Misa Latin Tradisional/ Misa Tridentina
Banyak umat Katolik zaman sekarang, yang kini tidak mengenal lagi Misa Latin Tradisional (Usus Antiquor atau Tridentina), dengan mendengar namanya saja orang-orang akan berpikir bahwa Misa Latin Tradisional adalah Misa yang kuno dan sudah tidak dirayakan lagi setelah Konsili Vatikan II sehingga yang dirayakan oleh Gereja Latin hanyalah Misa Forma Novus Ordo dan menghapus keberadaan Misa Tridentina. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai perbedaan dari kedua format Misa tersebut dalam Perayaan Ekaristi.
Secara garis besar terdapat 2 format cara perayaan Ekaristi dalam Ritus Latin:

1) Misa Tridentina/Usus Antiquor (Forma Ekstraordinaria)
Misa Tridentine adalah tata cara perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja Roma sebelum Konsili Vatikan II, yang dipromulgasikan setelah Konsili Trente (1545-1563). Liturgi Misa Tridentina sendiri telah masuk dalam edisi 1570-1962 didalam Roman Missal, berdasarkan Bulla Quo Primus oleh Paus Pius V.

2) Misa Novus Ordo (Forma Ordinaria)
Misa Novus Ordo adalah tata cara Perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja Roma setelah Konsili Vatikan II, yang dipromulgasikan oleh Paus Paulus VI salah satu dari 4 Paus Pemimpin Konsili Vatikan II. Terbentuknya Misa Forma Novus Ordo ini dilatar belakangi oleh kejadian sekitar abad 19-20 yang dimana pada masa tersebut, terjadilah sebuah gerakan liturgis yang menuntut terjadinya keikutsertaan awam dalam Liturgi Gereja. Untuk maksud partisipasi umat secara aktif inilah, Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Liturgi (Sacrosanctum Concillium/ SC), menetapkan bahwa di samping bahasa Latin, dimungkinkannya digunakannya bahasa setempat/ vernakular dimana Perayaan Ekaristi dirayakan (lih. SC 36), agar umat dapat memahami makna perayaan Ekaristi dengan lebih mudah dan mendalam (karena Misa Tridentina hanya menggunakan Bahasa Latin dalam perayaannya).

Sehingga terjadilah perkembangan dari Misa Tridentine ke Misa Novus Ordo, maka penyesuaian liturgi dinyatakan dalam Konstitusi tentang Liturgi, Sacrosanctum Concilium, 50, Konsili Vatikan II menyatakan:
�Tata perayaan Ekaristi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga lebih jelaslah makna masing-masing bagiannya serta hubungannya satu dengan yang lain. Dengan demikian Umat beriman akan lebih mudah ikut-serta dengan khidmat dan aktif. Maka dari itu hendaknya upacara-upacara disederhanakan, dengan tetap mempertahankan hal-hal yang pokok. Hendaknya dihilangkan saja semua pengulangan dan tambahan yang kurang berguna, yang muncul dalam perjalanan sejarah. Sedangkan beberapa hal, yang telah memudar karena dikikis waktu, hendaknya dihidupkan lagi selaras dengan kaidah-kaidah semasa para Bapa Gereja, bila itu nampaknya memang berguna atau perlu.�
Perbedaan umum antara Misa Tridentine dan Misa Novus Ordo
Secara umum, terdapat dua perbedaan secara �ordinari� (bagian yang tidak berubah) dan proper (bagian yang berubah) antara Misa Tridentine dan Novus Ordo. Pertama, secara ordinari dapat dilihat dengan jelas bahwa Misa Tridentina begitu banyak memohon doa dari para Malaikat dan orang kudus (seperti yang tercantum dalam doa tobat �versi Tridentine�) dan banyak pula mengisi hampir dari struktur Perayaan Ekaristi dengan doa-doa yang diambil dari kitab Mazmur (seperti doa dikaki Altar) dan dinyatakan begitu ekspresif oleh pelayan Liturgi. Sedangkan dalam Misa Novus Ordo, Perayaan Ekaristi begitu terfokus kepada Allah Trinitas dan amat sedikit menyebut nama Maria, para Malaikat dan orang kudus meskipun tidak seluruhnya dan terkesan bahwa Novus Ordo lebih sederhana daripada dari Misa Tridentina. 

Misa Novus Ordo oleh Paus Fransiskus
Sedangkan secara proper, pada Misa Tridentine hanya terdapat dua bacaan, satu dari surat- surat para Rasul di Perjanjian Baru (cth Kisah Para Rasul, Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika) dan satu lagi yang diambil dari ke 4 kisah Injil. Misa Tridentine pun hanya menggunakan satu siklus bacaan setahun. Sedangkan pada Novus Ordo, dalam Perayaan Ekaristi mingguan terdapat 3 bacaan, satu dari Perjanjian Lama, kedua dari surat-surat para Rasul dalam Perjanjian Baru dan ketiga diambil dari ke 4 Kisah Injil dan didalam Misa Novus Ordo terdapat tiga jenis siklus bacaan (Tahun A,B,C) yang digilir dalam selang 3 tahun. Hal ini untuk mendukung penyesuaian kalender liturgis agar sesuai dengan masa/ perayaan yang sedang diperingati secara keseluruhan.

Selanjutnya yaitu mengenai tata cara hadap-imam dalam Perayaan Ekaristi yang dalam Forma Tridentina (menghadap ke Timur/Tabernakel) sedangkan Novus Ordo (menghadap ke arah umat beriman), dalam konteks ini Paus Paulus VI dalam Konstitusi Apostolik Missale Romanum (silahkan klik), menjelaskan bahwa prinsip dasar direvisi tata cara Missale adalah agar:

1) Ritus Misa disusun dengan seksama agar dapat mengekspresikan dengan lebih mendalam lagi hal-hal kudus yang terkandung didalamnya.

2) Ritus Misa direvisi sehingga hakekat dan maksud dasar dari bagian-bagiannya, dan juga hubungan antara bagian-bagian tersebut, dapat lebih jelas dinyatakan dan sehingga partisipasi khidmat dan aktif dari umat beriman dapat tercapai dengan lebih mudah.

3) Harta Rohani dalam Kitab Suci dibukakan dengan lebih limpah, sehingga kekayaan ini dapat disampaikan kepada umat dalam liturgi Sabda.

4) Sebuah ritus untuk konselebrasi harus disusun dan dimasukkan ke dalam Missale.

Maka pembaharuan liturgi yang dilakukan oleh Paus Paulus VI ini bertujuan agar umat dapat semakin mendalami dan sekaligus aktif dalam doa-doa Liturgi Gereja. Perubahan arah hadap Imam sendiri, tidak disebutkan secara eksplisit dan juga tidak ditegaskan apakah hal tersebut adalah mutlak dan tidak bisa diubah oleh Missale Romanum. Namun perubahan arah hadap imam ini baru dapat disimpulkan setelah kita membaca PUMR (Pedoman Umum Missale Romawi) yang menjelaskan lebih lanjut, baik sikap imam (lih. PUMR, 124) maupun tata perletakan altar (PUMR, 299).

Perihal mengenai imam menghadap ke altar/ tabernakel memang terkesan mencerminkannya sebagai pemimpin ibadah dan atas nama umat mempersembahkan kurban kepada Allah. Namun dengan posisi imam menghadap ke umat, juga sesungguhnya tidak mengubah kaedah tersebut. Setelah promulgasi Misa Novus Ordo ini, Paus Paulus VI tetap mengizinkan Misa Latin Tradisional dirayakan di berbagai tempat termasuk Inggris dan Wales. Dua imam kudus yang terkenal, St. Josemaria Escriva dan St. Padre Pio juga masih tetap merayakan Misa Latin Tradisional hingga akhir hayatnya.
 
Misa bentuk luarbiasa forma ekstraordinaria oleh MGR. Luciano Giovanetti
Selanjutnya, Paus Emeritus Benediktus XVI dalam surat apostoliknya, Summorum Pontificum menegaskan bahwa pada intinya, yang dikehendaki oleh Konsili Vatikan II adalah agar penghormatan yang khidmat dari penyembahan ilahi harus diperbaharui dan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang. Sehingga, harap diketahui bahwa kedua Tata Perayaan Ekaristi Tridentine maupun Novus Ordo merupakan Tata Perayaan Misa yang sah dalam Gereja Latin. 

Paus Em. Benediktus XVI sendiri melalui Summorum Pontificum tahun 2007 juga memberikan kemungkinan kepada perayaan misa dengan cara Misa Tridentine (menurut Paus Pius V, 1570). Seperti yang ditegaskannya �Karena itu, adalah diijinkan untuk merayakan Kurban Misa mengikuti edisi tipikal dari Misa Roma, yang dipromulgasikan oleh Beato Yohanes XXIII pada 1962 dan tidak pernah dibatalkan (abrogated), sebagai suatu bentuk luarbiasa dari Liturgi Gereja.�Yang artinya adalah, Misa Tridentina dan Novus Ordo merupakan kekayaan luar biasa Liturgi Gereja dalam Ritus Romawi, walaupun dirayakan dengan ekspresi yang berbeda, namun keduanya berasal dari ritus Romawi yang sama. Karena kedua perayaan Ekaristi yang berasal dari zaman Kristus dan para Rasul.

Di Indonesia, Perayaan Misa pada umumnya dilakukan dengan Misa Paulus VI/Novus Ordo, namun seperti telah disebutkan di atas, tidak mengurangi penghormatan ataupun makna Misa Kudus, tetapi malah ingin menjadikannya menjadi semakin agung walaupun diadakan dengan lebih sederhana.


Demikian, semoga ulasan singkat ini bermanfaat. Dominus illuminatio mea!

Sunday, June 30, 2013

Misa Karismatik?

Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah Misa Karismatik adalah istilah yang baku didalam Gereja Katolik. Didalam Gereja Katolik sendiri, sungguh benar adanya bahwa Gerakan Pembaharuan Karismatik merupakan gerakan yang resmi didalam Gereja Katolik, namun yang perlu digaris bawahi disini adalah istilah �Karismatik� didalam Gereja Katolik adalah sebuah GERAKAN dan bukanlah sebuah bentuk misa atau ritus dalam Perayaan Ekaristi. 

Sehingga tidak pernah ada terminology �Misa Karismatik�, didalam Gereja Katolik. Ini bukanlah istilah resmi dan tidak pernah diakui Gereja. Gereja Universal menerima karunia ini, sebagai sebuah bentuk gerakan yang memberikan semangat pembaharuan. Sehingga Gereja tidak menerima gerakan ini, dalam artian sebagai sebuah bentuk Misa atau Ritus Liturgi yang baru.

Karismatik begitu identik dengan tepuk tangan saat bernyanyi, lagu rohani populer. Namun ironisnya keidentikan gerakan Karismatik ini malah dimuat didalam Misa kudus yang identik dengan keheningan. Sekarang timbul pertanyaan mengapa panitia gerakan ini malah memasukkan unsur-unsur tersebut kedalam Perayaan Misa kudus, apakah Liturgi Gereja itu kurang bersemangat, membuat ngantuk dan itu-itu saja? Inilah sisi negatif dari gerakan ini dimana unsur tersebut entah secara sengaja maupun tidak dimasukkan kedalam Perayaan Ekaristi. 


Disinilah peranan Uskup dan Imam diperlukan, tanggung jawab untuk menegaskan karisma-karisma terletak pada hirarki Gereja. Pembaharuan ada dibawah bimbingan pastoral Uskup setempat di dalam suatu Keuskupan. Seorang Uskup apabila perlu, akan memberikan pedoman-pedoman atau mengabulkan statuta-statuta agar sebuah gerakan (contohnya gerakan Karismatik) dapat menjalankan misinya didalam Gereja dengan berlandaskan izin dari Uskup setempat.

Paus Yohanes Paulus II mendorong para Uskup dan para imam untuk terbuka terhadap pembaruan, untuk menanggapi secara positif akan permintaan pelayanan sakramental dan untuk memelihara pembaruan didalam kehidupan arus utama kehidupan Gereja. Disini kita sungguh-sungguh bisa melihat, betapa luar biasanya kasih Allah bagi Gereja yang didirikanNya sendiri, ia mengkaruniakan gerakan ini kepada GerejaNya agar Gereja semakin dipenuhi oleh Roh Kudus. Untuk menjadi garam dan terang bagi dunia.

Gereja seperti yang diamanatkan oleh Paus Yohanes XXIII harus bersifat seperti sebuah jendela dimana orang-orang yang sedang mencari Allah yang sejati dapat memandang Gereja Katolik sebagai satu-satunya Gereja yang Allah dirikan didunia dan mampu merasakan keselamatan yang Allah berikan bagi GerejaNya dan sekaligus orang-orang didalam mampu melihat dunia, menjadi berkat bagi sesama dan dunia. 

Gereja telah mencapai usia lebih dari 2000 tahun, Gereja Katolik dimasa kini harus bersifat dinamis, dimana Gereja harus terbuka terhadap pembaharuan. Disini kita melihat berkat dari Konsili Vatikan II atas reformasi Liturgi. Namun kedinamisan Gereja tidak bisa kita gunakan semena-mena untuk memenuhi selera kita terhadap Liturgi Gereja contohnya memasukkan unsur-unsur lagu rohani populer, tepuk tangan gara-gara misa tersebut di atur oleh Badan Pelayanan Karismatik kedalam Perayaan Misa Kudus. Ini keliru namanya.

Tidak harus kita membangga-banggakan gerakan Karismatik. Gereja Katolik sudah terlalu kaya jauh sebelum gerakan ini muncul, dengan berbagai ritus didalamnya. Inilah yang perlu kita banggakan dari Gereja Katolik. Ritus Barat dan Timur, inilah lambang keagungan Gereja Katolik sebagai Gereja Universal.

Sehingga kesimpulannya cukup sederhana, tidak pernah ada yang namanya �Misa Karismatik� didalam Gereja Katolik. Dan satu hal lagi, Gerakan ini digolongkan sebagai Gerakan Gerejani oleh Dewan Kepausan bagi kaum awam, sehingga gerakan ini tidak dikaruniai, lindungan kuasa Infabillitas oleh Gereja sehingga apabila gerakan ini dikemudian hari, bisa memberikan dampak buruk maupun bisa pula melenceng dari Hukum Gereja. Maka ada kemungkinan gerakan ini bisa distop oleh Gereja. 

Lihat juga: Penjelasan terhadap Gerakan Karismatik
Dominus illuminatio mea!

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)