Latest News

Thursday, October 31, 2013

Penggelaran Kudus

Tradisi Gereja Katolik berdevosi pada para kudus sudah berlangsung sejak Gereja Perdana. Pada awalnya, penghormatan dilakukan bagia para martir, orang yang wafat demi iman akan Kristus. Sejak abad ke IV, kultus devosi itu berkembang. Gereja tak hanya menghormati para martir, melainkan juga orang yang selama hidupnya menghayati keutamaan iman kristiani secara total dan menjadi teladan umat beriman (pengaku iman).

St. Ulrich
Pengakuan kekudusan seseorang ini pada mulanya hanya membutuhkan persetujuan Uskup setempat, dan diprioritaskan bagi martir. Uskup setempat membentuk komisi khusus untuk mengumpulkan data dan menelitui dalam proses penggelaran kudus. Usai prose situ, Uskup merestui dan mengumumkan penghormatan secara resmi dan umum pada umat. Dalam perkembangannya. Penggelaran kudus akhirnya menjadi hak Takhta Suci. Secara resmi kanonisasi pertama dalam sejarah terjadi pada zaman Paus Yohanes XV (985-996) dalam Sinode Lateran 31 Januari 993. Kala itu, Uskup Agung Augsburg Jerman, Mgr Ulrich (890-973) dinobatkan sebagai Santo dengan Bullayang dipromulgasikan pada 3 Februari 993.


Hak penggelaran kudus Takhta Suci itu dilanjutkan oleh Paus Urbanus II (1088-1099), Calixtus II (1119-1124), dan Eugenius III ( 1145-1153). Meski demikian, masih banyak para Uskup yang melakukan proses penggelaran kudus. Hingga tahun 1171, Paus Alexander III (1159-1181) menetapkan hak prerogative Takhta Suci dalam penggelaran kudus dan menegor para Uskup yang masih memperaktikannya. Tahun 1200, keputusan Alexander III ini disempurnakan Paus Innosensius III (1198-1216). Pada 22 Januari 1588, Paus Sixtus V (1585-1590) mendirikan 15 kongregasi Kuria Roma dengan Bulla Immensa Aeterni Dei. Salah satunya ialah Kongregasi untuk Ritus dan Perayaan yang menangani tentang ritus, Liturgi, perayaan Sakramen, dan juga proses beatifikasi dan kanonisasi. Tak pelak, banyak Uskup masih melakukan proses beatifikasi.

Akhirnya, Paus Urbanus VIII (1623-1644) mempromulgasikan Bulla pada 1634, yang mengatur hak istimewa untuk penggelaran kudus. Semua Uskup, kecuali Uskup Roma, dilarang melakukan beatifikasi dan kanosasi. Aturan tentang proses beatifikasi dan kanonisasi sudah mendekati seperti sekarang pada awal abad XX, masa kepausan Pius X (1903-1914) dan Benediktus XV (1914-1922). Melalui Konstitusi Apostolik Sacra Rituum Congregatio pada 8 Mei 1969, Paus Paulus VI (1963-1978) membagi Kongregasi untuk Ritus dan Perayaan menjadi dua Kongregasi, yakni: Kongregasi Liturgi Suci dan Disiplin Sakramen dengan Kongregasi Penggelaran Kudus. Kongregasi Penggelaran Kudus pun berdiri sendiri dengan merevisi struktur warisan Paus Pius XI (1922-1939) sejak 6 Februari 1930. Reformasi besar-besaran tentanng proses beatifikasi dan kanonisasi baru terjadi pada zaman Paus Yohanes Paulus II (1978-2005). Ia mempromulgasikan Konstitusi Apostolik Divinus Perfectionis Magister pada 25 Januari 1983. Atas restu Bapa Suci, Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus menerbitkan Norma Dasar bagi para Uskup tentang Proses Penggelaran Kudus (Normae servandae in inquisitionibus ab episcopius faciendis in causi sanctorum) pada 7 Februari 1983.

Kardinal Angelo Amato 
Dokumen terakhir yang secara signifikan menjadi rujukan untuk Proses Penggelaran Kudus ialah Sanctorum Mater, instruksi tentang prosedur dan tata cara penggelaran kudus. Dokumen ini diterbitkan oleh Kongregasi Penggelaran Kudus pasca direstui Benediktus XVI pada 23 Februari 2007. Mulai saat itu, perayaan beatifikasi tidak harus digelar di Basilika St. Petrus Vatikan, tapi bisa dirayakan di daerah asal yang dibeatifikasi. Kini Prefek Kongregasi Penggelaran kudus diampu oleh Kardinal Angelo Amato SDB, dengan Sekretaris Pastor Marcello Bartolucci dan Sekretaris Ekesekutif Mgr Boguslaw Turek, yang dibantu 23 staf. Anggota Kongregasi ini berjumlah 34 orang (kardinal dan uskup) dan seorang Teolog Prelatus, dilengkapi dengan lima relator dan 83 konsultar dari pelbagai disiplin ilmu - disadur oleh Katolisitas Indonesia dari Majalah Hidup edisi 34.

Hari Raya Semua Orang Kudus dan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

oleh: Romo William P. Saunders *

Dapatkah dijelaskan asal mula Hari Raya Semua Orang Kudus dan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman? Apakah kedua perayaan tersebut ada hubungannya dengan paham kekafiran dan perayaan Halloween?
~ seorang pembaca di Springfield

Keduanya, Hari Raya Semua Orang Kudus dan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, berkembang dalam kehidupan Gereja, terlepas dari paham kekafiran dan perayaan Halloween.

Marilah pertama-tama kita membahas Hari Raya Semua Orang Kudus. Asal mula yang tepat dari perayaan ini tidak diketahui dengan pasti, walau, sesudah disahkannya kekristenan pada tahun 313 M, suatu peringatan umum demi menghormati para kudus, khususnya para martir, muncul di berbagai wilayah di segenap penjuru Gereja. Sebagai contoh di Timur, kota Edessa merayakan pesta ini pada tanggal 13 Mei; Siria merayakannya pada hari Jumat sesudah Paskah; kota Antiokhia merayakannya pada hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Baik St Efrem (wafat 373) dan St Yohanes Krisostomus (wafat 407) menegaskan akan adanya perayaan ini dalam khotbah mereka. Di Barat, suatu peringatan demi menghormati semua orang kudus juga dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Alasan utama menetapkan suatu pesta umum ini adalah karena kerinduan untuk menghormati sejumlah besar martir, teristimewa yang wafat dalam masa penganiayaan oleh Kaisar Diocletion (284-305), yaitu masa penganiayaan yang paling luas, keji dan bengis. Singkatnya, tidak akan ada cukup hari dalam satu tahun apabila masing-masing martir dirayakan tersendiri, lagipula kebanyakan dari para martir ini wafat dalam kelompok. Sebab itu, suatu pesta umum bagi semua orang kudus, dianggap paling tepat.

Pada tahun 609, Kaisar Phocas memberikan Pantheon di Roma (= kuil yang dipersembahkan bagi semua dewa) kepada Paus Bonifasius IV, yang mempersembahkannya kembali pada tanggal 13 Mei di bawah nama St Maria ad Martyres (atau St Maria dan Semua Martir). Apakah Bapa Suci dengan sengaja memilih tanggal 13 Mei karena tanggal perayaan yang populer ini telah ditetapkan di Timur atau apakah hal ini sekedar kebetulan belaka, tak seorang pun tahu pasti.

Penetapan tanggal 1 November sebagai Hari Raya Semua Orang Kudus berkembang seturut berjalannya waktu. Paus Gregorius III (731-741) mempersembahkan suatu oratorium di Basilika St Petrus yang asli demi menghormati semua orang kudus pada tanggal 1 November (setidaknya demikian menurut beberapa catatan), maka kemudian tanggal ini menjadi tanggal resmi untuk merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus di Roma. St. Beda (wafat 735) mencatat HR Semua Orang Kudus dirayakan pada tanggal 1 November di Inggris, dan perayaan serupa juga ada di Salzburg, Austria. Ado dari Vienne (wafat 875) menceritakan bagaimana Paus Gregorius IV meminta Raja Louis yang Saleh (778-840) untuk memaklumkan tanggal 1 November sebagai HR Semua Orang Kudus di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi yang Kudus. Buku Doa Misa dari abad ke-9 dan ke-10 juga menempatkan HR Semua Orang Kudus dalam penanggalan liturgi pada tanggal 1 November.

Menurut seorang sejarahwan Gereja perdana, John Beleth (wafat 1165), Paus Gregorius IV (827-844) secara resmi memaklumkan tanggal 1 November sebagai HR Semua Orang Kudus, memindahkannya dari tanggal 13 Mei. Tetapi, Sicard dari Cremona (wafat 1215) mencatat bahwa Paus Gregorius VII (1073-85) akhirnya menghapus tanggal 13 Mei dan mengamanatkan 1 November sebagai tanggal perayaan HR Semua Orang Kudus. Secara keseluruhan dapat kita lihat bahwa Gereja menetapkan perayaan liturgis demi menghormati para kudus ini sama sekali terlepas dari pengaruh kekafiran.

Sekarang, kita membahas hubungannya dengan perayaan Halloween. Tanggal 1 November menandai Samhain, yaitu dimulainya musim dingin bangsa Celtic. (Bangsa Celtic hidup sekitar 2000 tahun yang lalu di Inggris, Scotlandia, Wales, Irlandia dan Perancis utara.) Samhain, yang namanya dipakai sebagai nama perayaan, adalah dewa kematian bangsa Celtic, namanya secara harafiah berarti �akhir musim panas�. Karena musim dingin adalah masa-masa dingin, kegelapan dan kematian, kaum Celtic segera menghubungkannya dengan kematian manusia. Malam menjelang Samhain, yaitu tanggal 31 Oktober, adalah saat kurban kafir bangsa Celtic, dan Samhain mengijinkan jiwa-jiwa orang mati untuk kembali ke rumah-rumah duniawi mereka pada malam ini. Setan-setan, hantu, roh dan tukang sihir datang untuk mencelakai manusia, teristimewa orang-orang yang pernah menyakiti mereka semasa mereka masih hidup. Kucing, juga, dianggap keramat sebab dianggap dulunya mereka adalah manusia yang dikutuk sebagai hukuman atas perbuatan-perbuatan jahat mereka semasa di dunia.

Guna melindungi diri dari roh-roh jahat yang bergentayangan pada malam Samhain, orang-orang memadamkan perapian mereka, dan para Druids (para imam dan guru rohani bangsa Celtic) mendirikan suatu api unggun tahun baru yang sangat besar terbuat dari dahan-dahan pohon oak yang keramat. Druids mempersembahkan kurban-kurban bakaran - hasil bumi, hewan, bahkan manusia - dan menyampaikan ramalan mengenai tahun yang akan datang dengan memeriksa sisa-sisa kurban bakaran. Orang-orang terkadang mengenakan kostum dari kepala dan kulit binatang. Dari api unggun yang baru ini, perapian rumah para penduduk sekali lagi dinyalakan.

Kelompok-kelompok etnis yang berbeda masing-masing memiliki adat mereka sendiri yang berbaur dengan perayaan. Di Irlandia, orang mengadakan suatu arak-arakan demi menghormati dewa Muck Olla. Mereka mengikuti sang pemimpin yang mengenakan jubah putih dengan topeng dari kepala binatang dan minta sedekah makanan. (Irlandia juga merupakan asal dari dongeng `jack-o-lantern': seorang bernama Jack yang tak dapat masuk ke surga karena kikir, namun ia juga tak dapat masuk ke neraka karena ia sering melontarkan lelucon untuk mengolok-olok iblis; jadi ia dihukum untuk berjalan mengelilingi dunia dengan lenteranya hingga tiba Hari Penghakiman.)

Orang-orang Scotlandia berjalan menyusuri padang dan desa-desa dengan membawa suluh dan menyalakan api unggun guna menghalau tukang sihir dan roh-roh jahat.

Di Wales, setiap orang meletakkan suatu batu yang telah ditandai pada api unggun yang sangat besar. Jika batu miliknya tak dapat diketemukan kembali keesokan paginya, maka pastilah orang itu akan mati dalam tahun itu.

Di samping tradisi Celtic yang telah ada, penjajah Romawi yang berkuasa atas Inggris pada tahun 43 M membawa serta dua perayaan kafir lainnya: Feralia yang dirayakan di penghujung bulan Oktober demi menghormati mereka yang telah meninggal dunia; dan suatu perayaan pada musim gugur demi menghormati Pomona, dewi buah-buahan dan pepohonan, kemungkinan, melalui perayaan ini, buah apel kemudian dihubungkan dengan perayaan Halloween. Unsur-unsur perayaan Romawi ini dipadukan dengan perayaan Samhain bangsa Celtic.

Dengan tersebar luasnya kekristenan dan dengan ditetapkannya HR Semua Orang Kudus, sebagian dari tradisi-tradisi kafir ini tetap tinggal dalam wilayah yang masyarakatnya berbahasa Inggris, dalam perayaan All Hallows Eve (atau Halloween, All Saints Eve, Malam menjelang HR Semua Orang Kudus), kemungkinan pertama-tama memang berasal dari takhayul, tetapi kemudian, lebih pada unsur sukaria tanpa ada hubungan dengan kekafiran. Oleh sebab itulah, anak-anak kecil (dan juga sebagian orang dewasa) masih mengenakan berbagai macam kostum dan malam itu berpura-pura menjadi setan, tukang sihir, drakula, monster, ninja, bajak laut, dan lain sebagainya, tanpa lagi memikirkan kekafiran. Dengan demikian, HR Semua Orang Kudus jelas muncul dari devosi Kristiani yang sejati, terlepas dari paham kekafiran.

Sejalan dengan Hari Raya Semua Orang Kudus, berkembang pula Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Gereja tak henti-hentinya mendorong umat beriman untuk mempersembahkan doa-doa dan Misa Kudus bagi jiwa-jiwa umat beriman yang telah meninggal dunia, yang masih berada di purgatorium. Pada saat kematian mereka, jiwa-jiwa ini belum bersih sepenuhnya dari dosa-dosa ringan atau belum melunasi hutang dosa di masa lalu, dan oleh sebab itu belum dapat menikmati kebahagiaan surgawi. Umat beriman di dunia dapat menolong jiwa-jiwa di api penyucian ini agar dapat segera menikmati kebahagiaan surgawi melalui doa-doa, perbuatan-perbuatan baik dan mempersembahkan Misa Kudus bagi jiwa-jiwa menderita ini.

Pada masa-masa Gereja awali, nama-nama umat beriman yang telah meninggal dunia ditempelkan di Gereja sehingga komunitas akan mengenangkan mereka dalam doa. Pada abad keenam, biara-biara Benediktin mengadakan peringatan khidmad akan para anggota yang telah meninggal dunia, pada hari-hari sesudah Pentakosta. Di Spanyol, St Isidorus (wafat 636) menegaskan adanya perayaan pada hari Sabtu sebelum Minggu Sexagesima (Minggu kedua sebelum Masa Prapaskah, kedelapan sebelum Paskah, dalam penanggalan kuno). Di Jerman, Widukind, Abbas Corvey (wafat 980) mencatat adanya suatu upacara khusus pada tanggal 1 Oktober bagi umat beriman yang telah meninggal dunia. St Odilo, Abbas Cluny (wafat 1048) mengamanatkan kepada seluruh biara Cluniac agar doa-doa khusus dipanjatkan dan Ofisi bagi Yang Meninggal dimadahkan demi segenap jiwa-jiwa di purgatorium, pada tanggal 2 November, sehari sesudah HR Semua Orang Kudus. Benediktin dan Kartusian menerapkan devosi yang sama, dan segera saja tanggal 2 November dirayakan sebagai Peringatan Arwah Semua Orang Beriman di segenap Gereja.

Tradisi-tradisi lainnya muncul dalam perjalanan waktu sehubungan dengan perayaan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Pada abad ke-15, Dominikan menetapkan suatu tradisi di mana setiap imam mempersembahkan tiga Misa Kudus pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Paus Benediktus XIV pada tahun 1748 menyetujui praktek ini dan devosi ini dengan cepat menyebar ke seluruh Spanyol, Portugis dan Amerika Latin. Dalam masa Perang Dunia I, Paus Benediktus XV, menyadari akan banyaknya mereka yang tewas akibat perang dan begitu banyak Misa yang tak dapat dipersembahkan karena hancurnya gereja-gereja, memberikan hak istimewa kepada segenap imam untuk mempersembahkan tiga Misa Kudus pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman: satu untuk intensi khusus, satu untuk arwah semua orang beriman, dan satu untuk intensi Bapa Suci.

Tradisi-tradisi lainnya berkembang sehubungan dengan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Di Meksiko, sanak-saudara merangkai karangan-karangan bunga dan dedaunan, juga membuat salib-salib dari bunga-bunga segar maupun bunga-bunga kertas beraneka warna guna diletakkan pada makam sanak-saudara yang telah meninggal, di pagi hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Keluarga akan menghabiskan sepanjang hari itu di pemakaman. Imam akan mengunjungi makam, menyampaikan khotbah dan mempersembahkan doa-doa bagi mereka yang meninggal, serta memberkati makam-makam satu per satu. Permen �Tengkorak� dibagikan kepada anak-anak.

Praktek serupa didapati pula di Louisiana. Sanak-saudara membersihkan serta melabur batu-batu nisan, mempersiapkan karangan-karangan bunga dan dedaunan, juga salib-salib dari bunga-bunga segar maupun bunga-bunga kertas untuk menghiasi makam. Pada siang hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, imam berarak sekeliling makam, memberkati makam-makam dan mendaraskan rosario. Lilin-lilin dinyalakan dekat kubur pada senja hari; satu untuk setiap anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, biasanya Misa dirayakan di pemakaman. Dua contoh praktek kebudayaan ini berpusat pada pentingnya mengenangkan mereka yang telah meninggal dunia serta mendoakan jiwa-jiwa mereka.

Namun demikian, pada Abad Pertengahan, suatu kepercayaan takhayul, mungkin pengaruh dari paham kafir bangsa Celtic, mengatakan bahwa jiwa-jiwa di api penyucian menampakkan diri pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman sebagai tukang sihir, kodok, hantu, dll kepada mereka yang telah berbuat salah terhadap mereka semasa mereka masih hidup di dunia. Oleh sebab itu, beberapa kelompok etnis juga mempersiapkan makanan sesaji guna menjamu dan menenangkan roh-roh pada hari itu. Praktek-praktek semacam ini kemungkinan merupakan sisa-sisa perayaan Samhain bangsa Celtic seperti yang dibicarakan di atas. Pada masa sekarang, makanan sajian seperti itu tidak lagi ada hubungannya dengan kekafiran melainkan lebih sebagai wujud penitensi.

Oleh sebab itu, baik Hari Raya Semua Orang Kudus maupun Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, berasal dari kepercayaan kristiani dan muncul dalam kehidupan Gereja melalui spiritualitas yang sehat. Segala praktek seputar kedua perayaan religius ini, yang berasal dari paham kafir - seperti Halloween - telah lama kehilangan makna kekafirannya.

* Fr. Saunders is is pastor of Our Lady of Hope Church in Potomac Falls.
sumber : �Straight Answers: All Saints and All Souls Day� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2004 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Monday, October 28, 2013

Rosario Kepada Bunda Yang Selalu Menolong

Doa Pembuka
Ya Perawan Maria tersuci, Bunda yang penuh belas kasih, anugerahilah aku keinginan dan kebiasaan untuk selalu datang kepadamu dengan kepercayaan, Engkau selalu setia dan datang menolong. Perolehlah bagiku rahmat mulia, rahmat untuk berdoa kepadamu, tanpa henti dengan kepercayaan seorang anak, sehingga aku dapat yakin akan pertolonganmu selalu, dan kesetiaanmu sampai akhir. Ya Maria Bunda selalu menolong, doakanlah aku sekarang dan pada saat ajalku.

Seruan
Ya Maria, Bunda yang selalu menolong, namamu membangkitkan kepercayaanku. Bantulah aku ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Supaya aku dapat mengalahkan segala macam cobaan dan tantangan. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Supaya aku dapat secepatnya bangkit kembali, kalau kemalangan menimpa aku dan jatuh dalam dosa. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Supaya aku dapat hidup sesuai dengan firman Tuhan yang aku dengar. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Supaya aku dapat hidup sebagai pengikut Yesus yang setia sepanjang hidupku. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Supaya seluruh hidupku menjadi suatu pelayanan penuh kasih terhadap Allah dan sesama. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Dalam semua kesulitan dan tantangan hidup. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Ya bundaku, jagalah dan dampingilah aku pada saat ajalku, pada saat hembusan nafas terakhirku. Bantulah aku, ya bunda yang selalu berbelas kasih.
Semoga bunda dicintai, dipuji, dan semua orang datang mohon pertolonganmu, ya Maria Bunda yang selalu menolong, engkaulah pengharapan, cintaku, perlindunganku dan Bundaku sepanjang masa. Amin.

1. Buatlah Tanda Salib dengan medali
2. Pada manik tunggal, doakan :
� O Maria, Bunda yang selalu menolong, aku datang untuk berdoa dan memohon bantuanmu untuk keperluanku saat ini. Bantulah aku agar aku dapat menolong diri sendiri dan orang lain� (sebutkan permohonan)
3. Pada 50 manik-manik, doakan :
� Bunda Allah, hiburlah dan Bantulah aku�
4. Doa Penutup
� Terima Kasih, o Maria, Bunda yang selalu menolong, atas semua perhatian dan pemeliharaanmu pada waktu aku memerlukannya. Aku percaya bahwa dengan bantuanmu, doa-doaku akan didengarkan oleh Allah. Bunda yang selalu menolong, teruslah membantu kami demi Kristus juru selamatku. Amin�

Sumber :
http://doanovena.blogspot.com/2013/09/rosario-kepada-bunda-yang-selalu.html

Thursday, October 24, 2013

Ars Celebrandi - Seni Merayakan Liturgi

Berikut sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Pater Vittorio Peturzzi, vikaris paroki di Aprilia dari Keuskupan Albano kepada Paus Em. Benediktus XVI, sewaktu ia menjabat sebagai seorang Paus.

Yang mulia, untuk tahun pastoral yang tidak lama lagi akan dimulai, keuskupan kami diminta oleh Uskup untuk member perhatian khusus pada Liturgi, dalam hal dimensi teologis dan praktik perayaan. Tema sentral untuk refleksi pada minggu-minggu tenang yang akan dilaksanakan pada bulan September adalah: �Rencana dan implementasi pewartaan dalam tahun Liturgi, dalam Sakramen-sakramen, dan dalam sakramentali.� Sebagai imam, kami dipanggil untuk merayakan �liturgi yang serius, sederhana dan indah,� meminjam rumusan yang indah yang ada dalam dokumen �Mengomunikasikan Injil dalam Dunia Yang berubah� oleh para Uskup Italia. Bapa suci, dapatkah Anda membantu kami memahami bagaimana semua ini dapat diungkapkan dalam �ars celebrandi�?


ARS CELEBRANDI: Disini saya juga ingin mengatakan bahwa terdapat dimensi-dimensi yang berbeda. Dimensi pertama adalah celebratio, yaitu doa dan percakapan dengan Tuhan: Tuhan bersama kita dan kita bersama Tuhan. Maka persyaratan pertama untuk perayaan yang baik adalah imam benar-benar masuk dalam percakapan. Dalam mewartakan Sabda itu, ia sendiri merasakan sedang bercakap-cakap dengan Tuhan, Ia adalah pendengar Sabda dan pengkhotbah Sabda, dalam arti bahwa ia sendiri membuat dirinya sebagai alat Tuhan dan berusaha untuk memahami Sabda Tuhan ini yang kemudian harus ia sampaikan kepada umat. Ia berada dalam percakapan dengan Tuhan karena teks dari Misa Kudus bukanlah naskah drama atau semacam itu, tetapi doa-doa, ucapan syukur bersama dengan umat, yang kita sampaikan kepada Tuhan.

Oleh karena itu, penting untuk masuk dalam percakapan itu. St. Benediktus dalam �Peraturan"nya mengatakan kepada para rahib, ketika berbicara tentang pendarasan Mazmur, �Mens corcodat voci.� Vox kata-kata, sebelumnya memenuhi pikiran kita. Masalahnya tidak selalu demikian: Orang harus berpikir kemudian pikiran itu akan menjadi kata-kata. Tetapi disini, perkataan datang lebih dahulu. Liturgi yang kudus memberikan kepada kita perkataan-perkataan itu; kita harus masuk ke dalam perkataan itu, menemukan suatu keselarasan dengan realitas ini yang mendahului kita.
Ditambah lagi, kita juga harus belajar memahami struktur Liturgi dan mengapa struktur itu disusun seperti itu. Liturgi itu dibangun dalam dua millennium dan bahkan setelah reformasi, bukan sesuatu yang disusun oleh hanya beberapa ahli Liturgi. Liturgi tetap merupakan kesinambungan dari penyembahan dan pewartaan yang sedang berjalan.

Maka, agar dapat serasi, sangat pentinglah memahami struktur Liturgi yang telah dibangun selama sekian waktu dan masuk dengan pikiran kita kedalam suara Gereja. Ketika kita sudah menghayati dan memahami struktur ini, memadukan kata-kata Liturgi, kita dapat masuk ke dalam kedalaman dari keserasian ini dan dengan demikian tidak hanya berbicara kepada Tuhan sebagai individu, tetapi masuk kedalam �kekitaan� Gereja, yaitu berdoa. Dan dengan demikian, kita mengubah �keakuan� kita dengan cara ini, dengan masuk kedalam �kekitaan� Gereja, dengan memperkaya dan memperluas �keakuan� ini, dengan berdoa bersama Gereja, dengan kata-kata Gereja, kita benar-benar berada dalam percakapan dengan Allah.

Inilah syarat pertama: Kita sendiri harus menghayati struktur, kata-kata Liturgi, dan Sabda Tuhan. Maka, perayaan kita benar-benar menjadi sebuah perayaan �bersama� Gereja: Hati kita diperluas, dan kita tidak melakukan apa pun kecuali melakukannya �bersama� Gereja, dalam percakapan dengan Tuhan. Menurut pendapat saya umat benar-benar merasakan bahwa kita bercakap-cakap dengan Tuhan, dengan mereka, dan dalam doa yang sama ini kita menarik orang lain, dalam persekutuan dengan anak-anak Allah kita menari orang lain, atau jika tidak, kita hanya melakukan sesuatu yang dangkal.

Maka, unsur yang fundamental dari ars celebrandi yang benar adalah keserasian ini, keselarasan antara apa yang kita katakan oleh bibir kita dan apa yang kita pikirkan dalam hati kita. �Sursum corda, � , sebuah kata dari Liturgi yang sangat kuno, harus ada sebelum Prefasi, sebelum Liturgi, sebagai �jalan� untuk percakapan kita kepada Tuhan, bukan hanya sebagai respon ritual tetapi sebagai ungkapan hati yang diarahkan, dan juga mengarahkan hati orang-orang lain.

Dengan kata lain, ars celebrandi tidak dimaksudkan sebagai sebuah undangan untuk bermain drama atau pertunjukkan, melainkan dimaksudkan untuk sebuah kedalaman jiwa yang membuat kedalaman itu sendiri dirasakan dan diterima dan jelas bagi umat yang ikut ambil bagian. Hanya jika mereka memahami bahwa ini bukanlah ars (seni) yang diluarnya saja atau ars  (seni) yang spektakular � kita bukan para aktor! � tetapi ungkapn perjalanan hati kita yang menarik hati mereka juga, maka Liturgi akan menjadi lebih indah, Liturgi akan menjadi persekutuan semua umat yang hadir dengan Tuhan.

Tentu, hal-hal yang eksternal harus juga diasosiasikan dengan kondisi fundamental ini, yang diungkapkan dalam kata-kata St. Benediktus: �Mens concordat voci� � hati benar-benar diarahkan, diarahkan kepada Tuhan. Kita harus belajar untuk mengatakan kata-kata itu dengan benar.

Kadang-kadang, ketika saya masih seorang guru di Negara saya, anak-anak muda membaca Kitab Suci. Mereka membacanya seperti orang membaca teks puisi yang tidak dimengerti. Tentu saja, untuk belajar mengatakan kata-kata dengan benar, seseorang pertama-tama harus memahami teks itu dengan dramanya, dengan kesegarannya. Hal ini berlaku juga untuk Prefasi dan Doa Syukur Agung.

Sulit bagi orang-orang beriman mengikuti sebuah teks sepanjang Doa Syukur Agung kita. Untuk alasan ini �penemuan-penemuan� baru secara terus menerus muncul. Namun demikian, Doa-doa Syukur Agung yang terus-menerus baru tidaklah menyelesaikan masalah itu. Masalahnya adalah bahwa inilah saat untuk mengajak umat berdiam diri bersama Tuhan dan berdoa bersama Tuhan. Oleh karena itu, akan menjadi lebih baik jika Doa Syukur Agung diucapkan dengan baik dan dengan benar berhenti sejenak untuk hening, dan jika diucapkan dengan kedalaman iman dan juga dengan seni berbicara

Pada saat Doa Syukur Agung diucapkan harus ada waktu khusus untuk konsentrasi, dan harus diucapkan sedemikian rupa, sehingga umat dapat turun terlibat. Saya pecaya kita juga harus menemukan kesempatan-kesempatan dalam katekese, homili, dan suasana-suasana lain untuk menjelaskan Doa Syukur Agung ini dengan baik kepada Umat Allah sehingga mereka dapat mengikuti saat-saat yang penting itu � kata-kata konsekrasi, doa untuk mereka yang masih hidup dan yang sudah meninggal, ucapan syukur kepada Tuhan, dan epiclesis � jika komunitas benar-benar dilibatkan dalam Doa ini.

Maka, kata-kata itu harus diucapkan dengan pantas. Kemudian harus ada persiapan yang cukup. Para pelayan Altar harus tahu apa yang dilakukan; para lektor harus benar-benar pembaca yang berpengalaman. Kemudian koor, harus berlatih lagu-lagu yang akan dinyanyikan: Dan Altar harus dihias dengan benar. Semua ini, meskipun hanya hal-hal yang praktis, adalah bagian dari ars celebrandi.

Kesimpulan-kesimpulannya, unsure fundamentalnya adalah seni memasuki persekutuan dengan Tuhan, yang kita persiapkan sebagai imam sepanjang hidup kita.

Catatan:
Sursum coda, secara harfiah �naikkan hati,� atau seperti yang kadang-kadang dikatakan �arahkan hatimu.� Ini adalah ajakan imam pada waktu pembukaan Doa Syukur Agung dalam Misa Kudus. �Dialog� di awal pembukaaan tetap sama sejak abad-abad awal Gereja.

Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari Paus Menjawab hal 91-96.

Thursday, October 17, 2013

Pelanggaran Liturgi - Krisis Liturgi Gereja Katolik

Misa Latin Tradisional/Usus Antiquor/Tridentina
Pelanggaran Liturgi, sesuatu yang tak luput dibicarakan oleh umat beriman di masa sekarang yang sekaligus tantangan bagi Gereja Katolik sendiri dalam mengendalikan bahtera Liturgi. Ketika anak muda memandang Ekaristi sebagai rutinitas yang perlu dilakukan pada hari minggu, bahkan tak jarang pula ditemukan anak muda yang memandang Perayaan Ekaristi sebagai kepunyaan mereka yang telah kering dan harus di renovasi.

Sehingga munculah istilah �Improvisasi Liturgi dan Inkulturasi Liturgi yang kebablasan�, sebuah kegiatan memasukkan hal-hal profan dan asing dalam Perayaan Ekaristi yang kudus dan baku oleh kaum muda bersama dengan pastor yang tidak pernah �membaca� literatur Liturgi Gereja dan didukung oleh kehendak kelompok kategorial yang mengingini agar Liturgi Gereja juga menampung budaya setempat. Sehingga Perayaan Ekaristi berubah orientasi, yang pada awalnya berpusat pada Kristus malah berubah menjadi tempat unjuk bakat dan penampung selera umat dan berakibat fatal dengan melecehkan nilai-nilai kekudusan yang terkandung dalam Perayaan Ekaristi.

Titik tolak masalah pelanggaran Liturgi itu sendiri terletak pada konsep penghayatan dan pemahaman dari umat. Permasalahan utamanya adalah pada masa kini Ekaristi dianggap sebagai penampung selera dari umat dan terutama kaum muda sebagai sebuah acara yang harus mampu mengikuti selera dari jiwa kaum muda dan malahan diperparah oleh kaum religius terutama Imam selebran yang liberal terhadap rambu-rambu dan aturan baku Misa Kudus. Disini tentu yang menjadi penentu terjadinya pelanggaran Liturgi terletak pada bahu Imam selebran itu sendiri.

Menarik bahwa Nuncio Vatikan bagi Indonesia memperingati setiap Imam dalam tanggung jawab mereka sebagai pelayan Liturgi:
�Maka saya ingin mengingatkan kembali bahwa perlu kesetiaan terhadap petunjunk-petunjuk Liturgi yang diberikan oleh Gereja. Secara khusus, para Uskup dan Imam, yakni para pelayan Liturgi suci, bukan pemilik Liturgi, maka mereka tidak boleh mengubahnya sesuka hati. Setiap orang beriman yang menghadiri Liturgi di setiap Gereja Katolik, mesti merasa bahwa dia sedang merayakan Liturgi dalam kesatuan dengan seluruh Gereja, yakni Gereja masa lampau dan masa kini, serta seluruh Gereja yang tersebar di seluruh dunia, Gereja yang bersatu dengan penerus Petrus dan dipimpin oleh para Uskup.�

Paus Emeritus Benediktus XVI pun mengungkapkan kegelisahannya dalam melihat situasi Liturgi Gereja pada masa kini, ia pernah berkata �perlakuan terhadap Liturgi menentukan nasib iman dan Gereja Katolik�. Perayaan Ekaristi harus dipahami sebagai doa resmi Gereja kepada Allah dan merupakan jantung dari Iman Katolik sendiri, sebab didalam Perayaan Ekaristi �sumber dan puncak kehidupan Kristiani terletak didalamnya� (KGK 1324) yang tentu mempunyai rambu-rambu dan aturan yang baku.Malah sebaliknya, Perayaan Ekaristi yang begitu kudus telah diubah menjadi sesuatu yang profan dan seturut budaya populer jaman sekarang.

Liturgi suci adalah puncak dan sumber kehidupan dan misi Gereja, demikian kutipan dari Kardinal Ranjith dalam Konferensi Sacra Liturgia bulan Juni 2013 lalu. Ia menekankan bahwa keindahan dan keagungan Perayaan Ekarisi tidak terletak pada seberapa menarik dan memuaskannya Perayaan Ekaristi terhadap diri kita namun bagaimana Perayaan Ekaristi mampu membawa kita mengalami perjumpaaan dengan Allah sendiri. Perayaan Ekaristi menentukan proses dari pertumbuhan iman, transformasi dan pengudusan yang sejati dari kehidupan umat beriman. Oleh karena itu, setiap umat Katolik maupun kaum religius selaku pelayan Liturgi memiliki tanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai kekudusan yang termuat dalam Perayaan Ekaristi dan mampu memahami dan menghayati Perayaan Ekaristi sedemikian rupa. Pada akhirnya, kita semua harus sadar bahwa ada hubungan abadi antara Iman dan Liturgi yang diungkapkan dalam kalimat �Lex Orandi, Lex Credendi� yang berarti �Hukum Doa sama dengan Hukum Iman� sehingga apabila Perayaan Ekaristi yang merupakan puncak dari segala peribadatan kepada Kristus dicederai oleh Pelanggaran Liturgi maka secara tidak langsung kita telah mencederai Iman kita sendiri.

Artikel ini ditulis sebagai bentuk penolakan situs Katolisitas Indonesia terhadap Ekaristi Kaum Muda dan Perayaan inkulturasi kebablasan yang selalu identik dengan pelanggaran Liturgi.

Dominus illuminatio mea!

Friday, October 11, 2013

Apologi Mengenai Pernyataan "Saya Percaya Kepada Tuhan, Tetapi Bukan Tuhan Katolik"


Akhir-akhir ini, umat Katolik bahkan yang non-katolik pun dikejutkan oleh pemberitaan dari salah satu media terkemuka di Indonesia, yang berjudul �Paus Fransiskus: Saya percaya kepada Tuhan, tetapi bukan Tuhan Katolik�. Dengan membaca, artikel ini tentunya tidak sedikit umat Katolik, yang merasa heran bahkan tercengang dengan pernyataan Paus Fransiskus. Artikel ini saya buat, sebagai bentuk pembelaan saya untuk menjelaskan kesalahan baik berupa pengartian bahkan terjemahan yang tidak pas. Disini saya akan cantumkan pernyataan resmi Paus Fransiskus dari beberapa media luar negeri yaitu La Repubblica, Ibtimes dan sekaligus artikel dari Media dari Indonesia:

Paus Fransiskus: But now let me ask you a question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the common good, all important principles and values but that is not what I am asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are, where we come from, where we are going. Even children ask themselves these questions. And you?"

Eugenio Scalfari: I am grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in the tissue from which forms, bodies arise.

Paus Fransiskus: �I believe in God, not in a Catholic God. There is no Catholic God, there is God and I believe in Jesus Christ, his incarnation. �Jesus is my teacher and my pastor, but God, the Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we are very far apart?�

Respon: Pernyataan Paus Fransiskus ini sama sekali tidak bertentangan dengan Iman Katolik, Gereja Katolik dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel, �Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa pencipta langit dan bumi�. Didalam kutipan syahadat tersebut tidak ada istilah �aku percaya akan satu Allah Katolik� namun �Aku percaya akan satu Allah�. Dengan pertanyaan, �sebagai orang yang tidak percaya kepada Allah, apa yang kau percayai ?� Scalfari pun menjawab bahwa, ia percaya kepada Being yang digambarkan sebagai seorang yang menciptakan namun tidak sama dengan Allah. Paus Fransiskus pun membalas �Saya percaya kepada Allah, tapi tidak kepada Allah Katolik. Tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah dan saya percaya kepada Yesus Kristus, Inkarnasi dari Allah. Yesus adalah guru saya dan gembala saya, namun Allah Bapa, Abba, adalah terang dan Pencipta. Ini adalah Being saya. Apakah kamu berpikir bahwa, kita terpisah jauh?.

Dengan ini pernyataan ini Paus Fransiskus menegaskan bahwa hanya ada satu Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah itu ada bagi setiap orang yang percaya akan keberadaanNya, bahkan bagi yang tidak percaya kepadaNya (atheis) dan tidak hanya untuk orang Katolik. Tidak ada Allah Katolik yang ada hanyalah Allah. Allah pencipta langit dan bumi. Dan lebih spesifik lagi, peranan pencipta terletak pada pribadi Allah Bapa dan pribadi kedua dari Allah yaitu Yesus Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia, yang telah mendirikan Gereja Katolik sebagai sarana keselamatan tiap orang.

Media dari Indonesia: Paus berusia 76 tahun ini menambahkan, dia tak selalu sepakat dengan apa yang selama ini menjadi standar Gereja Katolik.

"Pandangan Vatikan sentris telah mengabaikan dunia di sekitar kita. Saya tak sepakat dengan cara ini, dan saya akan lakukan apa pun untuk mengubahnya," Paus menegaskan.


Sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus terbukti menjadi seorang Paus beraliran liberal. Bahkan dia bersikap lebih lunak terhadap hal-hal yang selama ini ditentang keras Vatikan seperti homoseksualitas dan ateisme.



Sekarang mari kita bandingkan dengan artikel dari media Ibtimes:

�The 76-year-old Argentinean pontiff added he does not agree with everything his religion stands for: �This Vatican-centric view neglects the world around us,� he said. �I do not share this view, and I�ll do everything I can to change it.�

Respon: Media asal Indonesia ini telah gagal dalam menerjemahkan artikel dari La Repubblica tersebut, media ini menerjemahkannya secara terpisah-pisah sehingga akan menimbulkan konsep pemikiran yang keliru dari setiap orang yang membaca artikel dari media tersebut. Standar Iman Katolik itu berbeda dengan standar Vatican Centric. Paus Fransiskus dalam totalitasnya sebagai penerus Petrus, bisa saja menolak standar Vatican Centric yang merupakan standar pelayanan Kepausan seperti Papal Mobile, tempat tinggal Paus dan yang lainnya, terhadap Paus yang memerintah saat itu. Namun tidak kepada Iman Katolik, yang telah dipelihara oleh para Paus pendahulunya. Pernyataan dari media tersebut, yang menegaskan bahwa Paus Fransiskus terbukti sebagai Paus yang beraliran liberal, patut disayangkan dan sangat bertolak belakang dengan pribadi Paus Fransiskus yang begitu tegas dalam menegakkan Iman Katolik.

Sekarang sebagai bahan refleksi, saya akan mencantumkan beberapa pertanyaan:

1. Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia menyatakan bahwa perkawinan sejenis adalah rencana Iblis yang hendak menghancurkan rencana Allah ?

2. Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia menyatakan dalam homilinya di Pesta St. Georgius bahwa sia-sialah orang yang mengimani Kristus diluar Gereja Katolik ? 

3.Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia mengekskomunikasi Greg Reynold, seorang Imam dari Keuskupan Melbourne yang mendukung pernikahan sejenis dan tahbisan imam wanita ?

Berita tentang, Paus Fransiskus yang mengeskomunikasi seorang Imam dari Melbourne bisa dibaca disini


Referensi:

Dominus illuminatio mea!

Saturday, October 5, 2013

Iman Yang Selaras Dengan Akal Budi (Lumen Fidei)


Iman adalah penerang dalam hidup, apalagi di tengah kegelapan yang menerpa duni akibat dari kesempitan diri dan dorongan cinta serta kepentingan diri makin menguat. Memang sejak dari Deus Caritas Est, sudah diperlihatkan betapa Gereja cemas akan perkembangan dunia. Ada disorientasi dalam dunia kehidupan: bukan kebenararan yang dicari, namun lebih pada kepentingan sempit dan sesaat yang berangkat dari tendensi egoisme dan sikap narsistik.

Maka lewat tiga ensiklik tentang kasih, harapan, dan iman, ini Gereja mengajak semua yang berkehendak baik untuk menata lagi hidup dan memperbarui dunia kehidupan ini. Bukan sekadar beragama dengan tekanan pada norma dan ritualnya, namun bagaimana membangun hidup secara seimbang dan integral, sehingga iman juga mewujud dalam tindakan kasih kepada sesame, sebagai tanda harapan akan keselamatan yang sudah terwujud dan dinanti kepenuhannya kelak.

Iman bukanlah suatu ilusi, bayangan, dan percakapan kosong tak berarti. Perjalanan sejarah, sejak Abraham hingga sekarang, menunjukkan fakta bahwa iman adalah suatu dorongan kekuatan hidup yang mampu menggerakkan orang, pula mengubah dunia. Iman adalah terang yang menghalau kegelapan dan dian yang menemani langkah perjalanan umat manusia. Tentu disini peristiwa Yesus adalah penentu dan kriteria dasar.

Lewat pengakuan iman akan Dia, dan kesediaan untuk ikut serta bersamaNya, umat beriman memberikan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak lagi memperjuangkan kepentingan diri, dan bersama terlibat membangun dunia yang ditandai dengan kebenaran, keadilan dan kedamaian. Memberikan diri kepada Allah dalam iman berarti pula, dengan demikian, menjalin kebersamaan dengan sesame membangun dunia, sebagai perwujudan iman akan Dia.

Maka, sesuai dengan salah satu kunci dari pemikiran Benediktus XVI, tendensi relativisme dicoba dilawan. Iman membawa pada suatu pilihan jelas dan tegas. Iman adalah penerang langkah dan kristeria dasar hidup, karenanya tidak bisa ada sikp merelatifkan nilai, mengkompromikan kebenaran, dan memudarkan prinsip hidup. Mengikut tapak jalan Tuhan Yesus, iman mendorong pada suatu pilihan, dan pilihan tersebut bisa berarti jaln salib. Namun, pilihan iman tersebut akan membawa kepada keselamatan. Tanpa keberanian dan kesediaan memanggul salib, iman akan pudar dan menguap.

Memang ditengarai bahwa iman disingkirkan, karena antara lain orang takut menjadi picik dan fanatik. Namun, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa iman sejati bukanlah pemicu kekerasan. Kalau itu terjadi, lebih karena iman dilepaskan dari akal budi. Pemisahan iman dengan akan budi adalah skandal besar kehidupan, demikian oleh Paus melalui ensikliknya Fides et Ratio. Paus Benediktus XVI pun berulangkali menekankan keterkaitan erat antara iman dan akal budi. Tanpa itu, orang bisa terjebak dalam kepercayaan subjektif dan pemutlakan keyakinan personal.

Langkah iman akan mendorong orang untuk terus mencari kebenaran , menggalinya dengan keterbukaan dan rendah hati, dalam sikap dialog tanpa henti. Para pencari kebenaran adalah orang-orang yang rendah hati, dengan kesediaan diri untuk terus menerus mendengarkan dan memberikan diri dibentuk serta dididik oleh Tuhan. Orang beriman, dengan demikian, adalah para pencinta kebenaran, penggali pemahaman iman tanpa henti, bukan kaum fanati buta. Maka, diperlukan kesediaan untuk terus menerus mau belajar mendengarkan dan menggali, dalam suatu perziarahan iman dalam hidup yang tak pernah mengenal kata akhir, selain didalam kesatuan utuh denganNya. Kebenaran iman itu tidaklah bertentangan dengan akal budi, dan karenanya membawa masuk ke dalam perjumpaan dengan realitas kehidupan, tempat dimana rahmat berkerja.

Renungan oleh RP T. Krispuwarna Cahyadi SJ.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)