Latest News

Thursday, December 26, 2013

PESAN PAUS FRANSISKUS BAGI KOTA DAN DUNIA (URBI ET ORBI) 25 DESEMBER 2013

Paus Fransiskus mencium bayi Yesus
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14)

Saudara dan saudari terkasih di Roma dan di seluruh dunia, selamat Natal!

Saya mengutip kidung para malaikat yang muncul saat para gembala berada di Betlehem pada malam ketika Yesus lahir. Ini adalah sebuah kidung yang mempersatukan langit dan bumi, memberikan pujian dan kemuliaan bagi Surga, dan janji perdamaian di bumi dan kepada setiap orang.


Saya meminta setiap orang untuk membagikan kidung ini: ini merupakan sebuah kidung bagi setiap pria atau wanita yang terus berjaga sepanjang malam, yang mengharapkan sebuah dunia yang lebih baik, yang peduli pada orang lain seraya dengan rendah hati berusaha melakukan tugasnya.

Kemuliaan bagi Allah!

Di atas segalanya, ini adalah apa yang diminta Natal pada kita untuk dilakukan: memuliakan Allah, karena Ia baik, Ia setia, Ia berbelas kasih. Hari ini saya menyuarakan harapan saya agar setiap orang akan datang untuk mengenal wajah Allah yang sebenarnya, Bapa yang telah memberikan Yesus kepada kita. Harapan saya yaitu setiap orang akan merasakan kedekatan Allah, hidup di hadapan-Nya, mengasihi-Nya dan menyembah-Nya.

Semoga kita masing-masing memberikan kemuliaan kepada Allah terutama dengan kehidupan kita, dengan hidup kita yang dipersembahkan untuk mengasihi Dia dan setiap saudara-saudari kita.

Damai sejahtera bagi umat manusia 

Damai sejahtera yang sejati � kita tahu ini dengan baik - bukanlah sebuah keseimbangan antara kekuatan yang saling berlawanan. Itu juga bukanlah sebuah �facade (tampak luar)� yang indah namun menyembunyikan konflik dan perpecahan. Damai sejahtera memanggil kepada komitmen sehari-hari, yang dimulai dari karunia Allah, dari kasih karunia yang telah Ia berikan kepada kita dalam Yesus Kristus.

Memandang Sang Bayi dalam palungan, Bayi Perdamaian, pikiran kita beralih kepada anak-anak yang menjadi korban peperangan yang paling rentan, tetapi kita juga memikirkan orang-orang tua, perempuan-perempuan yang babak belur, orang-orang sakit ... Peperangan menghancurkan dan menyakiti begitu banyak nyawa!

Terlalu banyak nyawa telah hancur dalam waktu belakangan ini oleh konflik di Suriah, yang memicu kebencian dan balas dendam. Mari kita terus meminta kepada Tuhan untuk menghindarkan orang-orang Suriah terkasih dari penderitaan lebih lanjut, dan memungkinkan pihak-pihak dalam konflik untuk mengakhiri semua kekerasan dan menjamin akses bagi bantuan kemanusiaan. Kita telah melihat betapa kuatnya doa! Dan saya bahagia hari ini juga, bahwa para pengikut penganut agama yang berbeda bergabung bersama kita dalam doa kita untuk perdamaian di Suriah. Mari kita untuk tidak pernah kehilangan keberanian doa! Keberanian untuk berkata : Tuhan, berikan perdamaian-Mu bagi Suriah dan bagi seluruh dunia.

Berikanlah kedamaian, oh Bayi terkasih, kepada Republik Afrika Tengah yang sering dilupakan dan diabaikan. Namun Engkau, Tuhan, tidak melupakan seorang pun! Dan Engkau juga ingin membawa perdamaian bagi tanah itu, yang telah diobrak-abrik oleh sebuah pilinan kekerasan dan kemiskinan, dimana begitu banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan air, makanan dan kebutuhan dasar hidup. Kembangkanlah keselarasan sosial di Sudan Selatan, di mana ketegangan saat ini telah menyebabkan banyak korban dan mengancam hidup berdampingan secara damai dalam negara muda itu.

Pangeran Damai, hindarkanlah setiap tempat dari hati kekerasan dan ilhami mereka untuk meletakkan senjata dan melakukan jalur berdialog. Pandanglah Nigeria, yang dikoyak-koyak oleh serangan terus menerus yang tidak mengelakan yang tidak bersalah dan tak berdaya. Berkati tanah di mana Engkau memilih datang ke dunia, dan berikanlah hasil yang menguntungkan bagi perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sembuhkan luka-luka negeri Irak terkasih, yang sekali lagi dilanda dengan seringnya tindak kekerasan.

Allah kehidupan, lindungi semua orang yang dianiaya karena nama-Mu. Berikan harapan dan penghiburan bagi yang terlantar dan para pengungsi, terutama di Semenanjung Afrika dan di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Semoga para migran tersebut dalam pencarian sebuah kehidupan yang bermartabat dapat menemukan penerimaan dan bantuan. Semoga tragedi-tragedi seperti yang telah kami saksikan pada tahun ini, dengan begitu banyak kematian di Lampedusa, tidak pernah terjadi lagi!

Bayi Betlehem, jamahlah hati semua orang yang terlibat dalam perdagangan manusia, supaya mereka boleh menyadari beratnya kejahatan terhadap umat manusia. Pandanglah banyak anak yang diculik, terluka dan dibunuh dalam konflik bersenjata, dan semua orang yang dirampok pada masa kecil mereka dan dipaksa menjadi tentara.

Tuhan langit dan bumi, pandanglah planet kami, yang sering dieksploitasi oleh keserakahan dan kerakusan manusia. Tolong dan lindungi semua korban bencana alam, terutama orang-orang Filipina terkasih, yang sungguh-sungguh terkena dampak topan baru-baru ini.

Salam Natal setelah berkat Urbi et Orbi
Kepada anda sekalian, saudara dan saudari terkasih, yang telah berkumpul dari seluruh belahan dunia di lapangan ini, dan kepada anda yang berasal dari negara-negara yang berbeda yang telah bergabung dengan kita melalui media komunikasi. Saya mempersembahkan yang terbaik dan tulus ucapan selamat Natal.

Pada hari diterangi dengan harapan Injil yang bersemi dari kandang Bethlehem yang sederhana. Saya mendoakan hadiah sukacita dan damai Natal bagi setiap orang; kepada anak-anak dan orang-orang tua; kepada anak muda-mudi dan keluarga-keluarga kepada kaum miskin dan terpinggirkan. Semoga Yesus, yang lahir untuk kita, menghibur mereka yang sakit dan menderita. Semoga Ia menolong mereka yang memberikan hidup mereka kepada saudara dan saudari kita yang membutuhkan. Selamat Natal untuk semuanya.

Terjemahan tidak resmi oleh Katolisitas Indonesiadari situs resmi Vatikan.

Video liputan berkat Urbi et Orbi oleh Paus Fransiskus 25 Desember 2013:

Wednesday, December 25, 2013

Asal-mula Lagu Malam Kudus

Kisah lagu "Malam Kudus" berawal dari sebuah kota yang indah bernama Salzburg di Austria. Di tengah semarak dan megahnya kota yang dipimpin oleh Prince Archbishop, tinggallah seorang penenun sederhana bernama Anna. Anna, sebatang kara di dunia ini, hidup sangat sederhana, hampir tak ada harapan untuk meningkatkan taraf hidupnya atau bahkan untuk menikah. Suatu ketika, ia jatuh cinta kepada seorang prajurit yang ditempatkan di Salzburg. Dari prajurit itu ia mengandung seorang bayi yang dilahirkannya pada tanggal 11 Desember 1792. Malangnya, sang prajurit tak hendak bertanggung-jawab atas puteranya dan meninggalkan Anna serta sang bayi untuk memperjuangkan hidup mereka sendiri. Walau demikian, Anna menambahkan nama keluarga sang prajurit kepada nama bayinya, yang ia namakan Joseph Mohr. Menjadi seorang ibu tanpa pernah menikah, dengan seorang anak haram, Anna harus menghadapi cemoohan dan penolakan masyarakat. Pada akhirnya, ia minta kepada algojo kota untuk menjadi wali baptis bagi bayinya Joseph.

Anna memberikan yang terbaik yang mampu ia berikan bagi Joseph. Ia sadar bahwa pendidikan yang baik akan memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi puteranya. Imam paroki setempat mengetahui kecemerlangan Joseph dan juga bakatnya menyanyi. Ia mengatur agar Joseph dapat bersekolah di sekolah biara yang terkenal di Kremsmunster. Di sana, Joseph muda menonjol dalam pelajaran-pelajarannya. Di kemudian hari ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang imam dan masuk seminari pada usia 16 tahun. Akhirnya, ketika siap untuk ditahbiskan pada usia 22 tahun, Joseph membutuhkan dispensasi khusus sebab ia tak mempunyai seorang ayah.

Joseph Mohr ditugaskan sebagai pastor pembantu di Gereja St. Nikolaus di Oberndorf, sekitar 10 mil baratlaut kota Salzburg, di tepi Sungai Salzach. (Gereja St. Nikolaus dihancurkan banjir pada tahun 1899, tetapi sebuah kapel peringatan berdiri di sana hingga sekarang.) Paroki di mana ia ditempatkan sangat sederhana, imam parokinya keras dan hemat, begitulah halusnya.

Di sini, Pastor Mohr bersahabat dengan Franz Gruber. Gruber adalah putera seorang penenun yang kurang menghargai musik. Franz diharapkan untuk melanjutkan usaha dagang ayahnya. Meskipun ditentang sang ayah, Franz mulai belajar bermain gitar dan organ. Pastor paroki bahkan mengijinkan Franz untuk berlatih di gereja. Bakatnya pun segera dikenali, dan ia dikirim untuk belajar musik secara resmi. Pada akhirnya ia menetap di kota Oberndorf dengan bekerja sebagai seorang guru musik dan membina hidup berkeluarga dengan duabelas anak. Mohr dan Gruber saling berbagi dalam kecintaan mereka akan musik, mereka berdua bermain gitar.

Pada tanggal 23 Desember 1818, saat Natal hampir tiba, Mohr mengunjungi seorang ibu dengan bayinya yang baru lahir. Dalam perjalanan pulang ke Pastoran, ia berhenti di tepi sungai dan merenungkan peristiwa Natal yang pertama. Ia menulis sebuah puisi yang menggambarkan intisari peristiwa iman yang agung itu dan memberinya judul Stille Nacht, beilige Nacht; Malam Sunyi, Malam Kudus. Dalam komposisinya, ia berhasil menangkap misteri inkarnasi dan kelahiran Kristus yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata: Bayi Yesus yang Kudus, yang adalah Kristus Sang Juruselamat, Putra Allah, dan Terang Sejati Allah, dilahirkan oleh Santa Perawan Maria dan memenuhi dunia dengan rahmat penebusan dari surga.

Sekembalinya ke paroki, ia dikecewakan dengan berita bahwa organ gereja rusak. Tikus-tikus yang rakus telah menggerogotinya melalui pengembus, melumpuhkan sistem embusan yang dibutuhkan pipa-pipa untuk menghasilkan musik. Karena Natal sudah di ambang pintu dan tanpa dana yang cukup untuk memperbaiki organ, umat khawatir Misa Natal tengah malam tidak akan meriah. Pastor Mohr bergegas menuju rumah sahabatnya, Franz Gruber, dan menceritakan kesedihannya. Ia menyerahkan puisinya kepada Gruber dan memintanya untuk menuliskan melodi atas puisi tersebut agar dapat dimainkan dengan gitar. Franz Gruber menyelesaikan tugas pada waktunya. Dalam Misa Natal tengah malam pada tahun 1818, dunia mendengarkan untuk pertama kalinya lagu yang sederhana namun agung, yang kita kenal sebagai lagu Malam Kudus.

Lagu Malam Kudus mendapat sambutan yang sangat baik dan dengan cepat menyebar ke seluruh Austria, seringkali secara gampang disebut sebagai A Tyrolean Carol. Frederick Wilhelmus IV, Raja Prusia, mendengarkan Malam Kudus dinyanyikan di Gereja Berlin Imperial dan memerintahkannya agar dinyanyikan di segenap penjuru kerajaan pada pesta-pesta dan perayaan Natal. Ironisnya, lagu tersebut menjadi terkenal tanpa penghargaan kepada para penggubahnya. Sebagian orang berpikir bahwa Michael Haydn, saudara dari komposer terkenal Franz Joseph Haydn, yang menuliskannya. Oleh sebab itu, Raja Frederick Wilhelmus, memerintahkan agar dicari penggubah yang sebenarnya.

Suatu hari, para utusan raja tiba di biara St. Petrus di Salzburg untuk menanyakan perihal penggubah lagu Malam Kudus. Felix, putera Franz Gruber, yang menjadi murid di sana, menemui mereka dan menceritakan kisah di balik lagu Malam Kudus serta mengantar mereka kepada ayahnya, yang sekarang menjadi pemimpin paduan suara di suatu paroki lain. Sejak saat itulah, keduanya, Mohr dan Gruber, diakui sebagai penggubah lagu Malam Kudus.

Pastor Joseph Mohr wafat dalam usia 56 tahun pada tanggal 4 Desember 1848 karena tuberculosis. Gruber wafat dalam usia 76 tahun.

Terjemahan lagu Malam Kudus dalam bahasa Inggris dilakukan oleh Jane Campbell pada tahun 1863 dan dibawa ke Amerika pada tahun 1871, muncul dalam Buku Nyanyian Sekolah Minggu Charles Hutchins. Sementara terjemahan dalam bahasa Indonesia dilakukan oleh Yamuger / Seksi Musik Komlit KWI pada tahun 1992.

Sementara kita mempersiapkan datangnya Natal, kiranya kita sungguh mencamkan dalam hati kata-kata yang terdapat dalam lagu Malam Kudus dan semoga pesan yang disampaikannya kita amalkan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan-perbuatan kita. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal!

oleh: P. William P. Saunders
* Fr. Saunders is pastor of Queen of Apostles Church in Alexandria.
sumber : "Straight Answers: What Can You Tell Me about the Song 'Silent Night'?" by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: "diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald."

Teks Maklumat Kelahiran Tuhan Yesus Kristus

Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus dalam Martirologi Romawi, dikenal sebagai Kalenda. Hal ini dapat diketahui pada lampiran pertama dari Missale Romanum, edisi ketiga. Pengumuman Hari Raya Kelahiran Tuhan dalam Martirologi Romawi mengacu pada Kitab Suci yang menyatakan secara berurut kelahiran Kristus. Hal ini di mulai dari sejak masa penciptaan dan kelahiran Tuhan sebagai peristiwa utama dan tokoh sejarah yang sakral dan sekuler. Peristiwa tertentu yang terkandung dalam pengumuman ini dapat membantu secara pastoral untuk menempatkan kelahiran Yesus dalam konteks sejarah keselamatan.


Teks Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus ini, dapat kidungkan atau dibacakan, dan paling tepat dinyanyikan atau dikidungkan pada tanggal 24 Desember, selama perayaan Ibadat a . Teks ini juga dapat dikidungkan atau dibacakan pada awal Misa Malam Natal. Teks ini sama sekali tidak menambah bagian dalam Misa. Teks ini dapat ditemukan pada Missale Romanum edisi terbaru.

Klik gambar untuk memperbesar.



Hari ke-25 bulan Desember
ketika masa-masa yang tak terhitung telah berlalu sejak penciptaan dunia;
ketika Allah pada mulanya menciptakan langit dan bumi dan membentuk manusia dalam rupa-Nya;
ketika abad demi abad telah berlalu
sejak Yang Maha Kuasa menaruh busur-Nya di awan setelah Banjir Besar sebagai tanda perjanjian dan perdamaian;
pada abad ke-21 sejak Abraham, bapa kita dalam iman, keluar dari Ur Kasdim;
pada abad ke-13 sejak orang Israel dipimpin oleh Musa dalam Keluaran dari Mesir; sekitar tahun ke-1000 sejak Daud diurapi menjadi Raja;
pada minggu ke-65 dari nubuatan Daniel;
pada masa Olimpiade ke-194;
pada tahun ke-752 sejak pendirian kota Roma;
pada tahun ke-42 pemerintahan Kaisar Oktavianus Augustus seluruh dunia berada dalam damai;

YESUS KRISTUS, Allah yang kekal dan Putera dari Bapa yang kekal,
ingin menguduskan dunia dengan kehadiran-Nya yang penuh kasih, dikandung oleh Roh Kudus,
dan ketika sembilan bulan telah berlalu sejak pengandungan-Nya,
Ia lahir dari Perawan Maria di Betlehem di tanah Yehuda,
dan menjadi manusia:

Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus menurut daging. 

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari Catholic Sacristan

Tuesday, December 24, 2013

Khotbah MGR. W. J. Demarteau pada Perayaan Natal

Kristus telah lahir di sebuah tempat yang tenang dan penuh dengan kedamaian, sehingga Pesta Natal dapat diartikan sebagai pesta damai. Seharusnya kita merasa malu merayakan pesta ini. Pesta damai apa yang kita rayakan? Sesungguhnya kita hidup dalam dunia yang penuh kekerasan, perkosaan hak, peperangan, pembunuhan bahkan pembantaian seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di lapangan terbang Roma.

Saya teringat sebuah gambar dalam sebuah surat kabar edisi Natal yang terbit pada waktu Perang Dunia kedua. Dalam gambar itu nampak beberapa malaikat terbang di atas medan perang Eropa dan Asia. Mata mereka tertutup dengan kain dan mereka tidak berani menyanyikan lagu damai di bumi kepada manusia tercinta.

Apa sebabnya hanya ada sedikit kedamaian di dunia ini?
Apa sebabnya damai yang baru bertunas acap kali dipotong orang?
Apa sebabnya manuia lebih suka menghirup udara peperangan yang kotor daripada menghirup udara damai yang jernih?


Sebabnya:
Kedamaian adalah lebih dari gencatan senjata
Kedamaian bukan sekedar tidak membunuh lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak menjatuhkan bom lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak berperang lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak berkelahi lagi.
Kedamaian bukan sekedar mengulurkan tangan.

Kedamaian adalah suatu cara hidup.

Kedamaian itu bersumber dari hati yang baik dan lahir di dalam hati yang tak terbagi.
Kedamaian berasal dari hati yang bebas dari egoisme dan nafsu hormat serta nafsu milik dalam bentuk apapun.

Damai tidak begitu saja timbul dan menjadi milik kita. Damai adalah hasi dari suatu kehidupan yang murni. Damai adalah hasil dari suatu keterbukaan, kesederhanaan dan kejujuran. Damai yang sejati harus dimulai dari diri kita sendiri.

Seorang bijak mengatakan: �Kita harus membawa damai dengan menjadi damai: to bring peace by being peace.�

Semoga kita mempunyai kemauan yang baik ini, yaitu membawa damai kepada sesama dan kedalam dunia kita dengan menjadi damai.
Banjarmasin. 19 Desember 1973

+ (Alm) MGR. W. J. Demarteau MSF (Uskup Pertama Keuskupan Banjarmasin) +

Tuesday, December 17, 2013

Happy Birthday Pope Francis!

Felicem Diem Natalem Tibi Exopto! Selamat Ulang Tahun!
Holy Father Francis!


PAPA FRANSESCO: Almae Urbis Episcopus, Vicarius Iesu Christi, Successor Princeps Apostolorum (Successor Petri), Catholicae Ecclesiae Summus Pontifex, Primas Italiae, Archiepiscopus Metropolita Provinciae Romanae, Rex Status Ecclesiae, Servus Servorum Dei.

Bapa Suci FransiskusUskup Roma, Wakil Yesus Kristus, Pengganti Pangeran Para Rasul (Pengganti Petrus), Imam Agung Tertinggi Gereja Universal, Primat Italia, Uskup Agung Metropolitan Provinsi Roma, Pemegang Kedaulatan Negara Kota Vatikan, dan Pelayan dari Para Pelayan Allah.

Doa bagi Bapa Suci Fransiskus: Allah yang mahakuasa, pencipta umat manusia, pada hari gembira ini kami memuji kebesaran-Mu. Engkau telah menciptakan Bapa Suci Paus Fransiskus dengan penuh kasih.

Kami bersyukur kepada-Mu karena misteri kejadiannya; sungguh ajaiblah yang telah Engkau kerjakan.

Seperti kelahiran dan hidup Yesus, membawa damai dan sukacita, semoga hidupnya pun membawa damai dan sukacita bagi sesama.

Terima kasih, ya Bapa, atas penyertaan-Mu sepanjang perjalanan hidupnya. Terima kasih pula, Engkau selalu membesarkan hatinya di saat ia mengalami duka dan kecemasan. Semoga hari bahagia ini menguatkan imannya akan Dikau.

Kami bersyukur kepada-Mu atas segala anugerah yang ia terima selama tahun yang silam. Kami bersyukur kepada-Mu karena segala simpati, persahabatan dan kasih sayang yang ia rasakan dari orangtua, sanak saudara dan handai taulan. Kami mohon agar hari-hari yang akan ia lalui ini membawa bahagia: semoga ia dapat bekerja lancar. Tetapi lebih dari itu semua, semoga ia tak pernah terpisah dari-Mu, apa pun juga yang akan terjadi, sebab Engkaulah tumpuan hidupnya; semoga Engkau menyertai dia hari ini, besok, dan sepanjang hayatnya. Amin.

Selamat Ulang Tahun ke 77 Bapa Suci Paus Fransiskus!
Dominus illuminatio mea!

Monday, December 16, 2013

Ajaran Gereja Katolik tentang kontrasepsi dan aborsi

Salah satu klaim yang sering menjadi keberatan beberapa umat non-Katolik dan bahkan umat Katolik beraliran liberal adalah �kontrasepsi akan mengurangi aborsi�, argumen yang mereka pakai dalam memerangi ajaran Gereja Katolik adalah dengan memakai kontrasepsi maka tidak akan muncul kasus aborsi, tidak hanya itu pertumbuhan penduduk diperkirakan akan turun secara signifikan. Jawaban dari klaim ini pada dasarnya adalah salah. Sering orang diluar Gereja Katolik bahkan didalam Gereja Katolikpun berpikir bahwa kontrasepsi adalah cara efektif dalam melakukan hubungan seks secara aman. Padahal dalam kenyataannya kontrasepsi malah membawa anak muda jaman sekarang dalam bencana yang lebih besar lagi seperti terjadi relasi seksual diluar ikatan pernikahan.


Sebagaimana yang dikatakan oleh Pater Paul Marx O.S.B, seorang imam yang pro-life dan mendukung penuh ajaran Gereja Katolik yang memandang kontrasepsi dan aborsi sebagai suatu yang sangat jahat, mencatat bahwa pengesahan aborsi telah mengundang beberapa Negara secular untuk mempromosikan kontrasepsi bagi warga negaranya. Di Amerika Serikat, presiden Barrack Obama menyetujui penggunaan alat-alat kontrasepsi bahkan melegalkan perkawinan sesama jenis.
Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Evangelium Vitae menulis:
"Kedua-duanya berakar dalam mentalitas hedonistis yang tidak mau menerima tanggung jawab dalam perkata-perkata mengenai seksualitas, dan keduanya juga menyiratkan sebuah konsep kebebasan yang berpusat pada diri sendiri, yang menganggap prokreasi sebagai sebuah halangan menuju pencapaian pribadi. Dengan demikian, kehidupan yang terlahir sebagai akibat dari relasi seksual menjadi musuh yang dihindari entah apa pun bayarannya, dan aborsi menjadi satu-satunya tanggapan pasti yang mungkin terhadap kontrasepsi yang gagal (EV 13)."
Panggilan terdalam manusia sebagai manusai adalah untuk mencintai Allah. Hal ini juga berarti untuk mencintai satu sama lain sebagai sesame manusia, yang diciptakan oleh Allah menurut citra-Nya. Kristus mengatakan bahwa mencintai Allah dan sesama merupakan hukum yang terbesar dari segala hukum (Mrk 12:29-31). Cinta dalam pernikahan merupakan sebuah realitas nyata yang menggambarkan jenis cinta yang ada dalam Allah sendiri dan yang karenanya kita diciptakan oleh Dia, supaya kita dapat mengambil bagian dalam cinta kasih-Nya.Didalam perjanjian lama, perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel dilambangkan sebagai sebuah gambaran dari pernikahan dan perjanjian ini digambarkan dengan begitu indah khususnya oleh Kitab Kidung Agung. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, pernikahan mengungkapkan relasi intim antara Kristus dengan Gereja (Ef 5:22; Why 21:2, 9). Katekismus Gereja Katolik menulis bahwa penikahan sebagai sebuah sakramen yang diarahkan menuju persekutuan (no. 1534-35). Hal ini berarti pernikahan diarahkan menuju keselamatan orang lain. Sakramen-sakramen lainnya memberikan sumbangan dalam beragam cara bagi pribadi yang menerima sakramen-sakramen tersebut. Sedangkan sakramen-sakramen yang diarahkan menuju persekutuan, ketika seseorang menerimanya, ditujukan kepada keselamatan orang lain. 

Pernikahan menyucikan kedua pasangan dan menempakatkan mereka pada sebuah martabat khusus. Mereka dipanggil untuk memenuhi tugas-tugas tertentu (KGK no. 135). Apakah tugas ini? Tugas ini terletak pada inti pernikahan itu sendiri yaitu relasi seksualitas, saling bersekutu, memberi diri sepenuhnya satu sama lain dan panggilan untuk beranakcucu dan bertambah banyak (Kej 1:28). Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostoliknya, Familiaris Consortio menjelaskan:
"Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Ia memanggil manusia menjadi kenyataan karena cinta kasih-Nya sekaligus untuk mencintai. Allah itu cinta kasih dan didalam Diri-Nya. Ia menghayati misteri persekutuan cinta kasih antar pribadi. Seraya menciptakan umat manusia menurut gambar-Nya sendiri, dan tiada hentinya melestarikan keberadaannya, Allah menggoreskan dalam kodrat manusiawi pria maupun wanita panggilan, dank arena itu juga kemampuan serta tanggung jawab untuk mengasihi dan hidup dalam persekutuan. Oleh karena itu, cinta kasih merupakan panggilan yang sangat mendasar bagi setiap manusia, dan sudah tertera dalam kodratnya (no.11, penekanan asli, catatan dihilangkan)." Sumber: Faith Facts vol. 1
Mengenai tugas yang diemban oleh setiap pasangan ini maka dari itu Gereja Katolik menolak penggunaan kontrasepsi terlebih lagi aborsi. Gereja Katolik menolak penggunaan alat-alat kontrasepsi karena baik alat maupun mentalitasnya untuk menghilangkan semata-semata peranan Allah dalam penciptaan manusia. Manusia diciptakan tidak hanya semata-mata karena adanya hubungan antara suami-istri namun karena adanya campur-tangan Allah sebagai sumber kehidupan. Maka dengan kontrasepsi manusia secara sengaja menutup-nutupi kemungkinan terjadinya karya penciptaan dan menolak tatanan ilahi yang berasal dari Allah. Kontrasepsi bukanlah suatu hal yang baru muncul pada abad modern, bentuk terkuno dari kontrasepsi adalah ramuan-ramuan penghambat kehamilan sampai coitus interuptus (membuang sperma diluar tubuh wanita setelah bersenggama) dan perbuatan ini pernah dilakukan oleh Onan (kata dasar dari onani) yaitu ketika ia diperintahkan oleh ayahnya untuk berhubungan dengan janda kakaknya supaya rumah tangga kakaknya memiliki keturunan, namun Onan tahu bahwa keturunannya itu tidak akan menjadi miliknya lalu ia membuang spermanya agar tidak membuahi rahim Tamar. Atas perbuatan ini Onan dibunuh oleh Allah. Tertulianus (thn 197) dalam �Apologeticum� menegaskan hal serupa, �mencegah kelahiran adalah melakukan pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal manusia adalah manusia.� Pada tahun 300, Konsili Elvira, konsili gereja lokal di Spanyol, dengan tegas mengutuk aborsi (Kanon 63).


Sedangkan aborsi adalah suatu perbuatan dengan membunuh janin bayi entah dengan memakai pil-pil pengugur kandungan atau menjatuhkan sendiri dengan sengaja. Gereja Katolik menegaskan bahwa kehidupan muncul sejak pembuahan maka janin adalah suatu yang hidup dan apabila janin tersebut dibunuh (aborsi) sama hal dengan membunuh sesame manusia dan ini merupakan pelanggaran atas perintah Allah yang ke-enam. St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn 374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: �Seorang wanita yang dengan sengaja membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh� dan �Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna membunuh janin.�

Gereja menyarankan metode KB Alami (KBA) bagi setiap pasangan Katolik karena hal ini tidak berlawanan dengan hukum moral Gereja. Seringkali terdapat kebingungan bagi pasangan Katolik dalam membandingkan kontrasepsi dan KB Alami sehingga beberapa pasangan seringkali menganggap bahwa KBA sama saja dengan kontrasepsi dan merasa tidak berdosa dengan menggunakan pil-pil KB, kondom dan alat-alat sterilisasi lainnya. Didalam teologi moral Katolik dijelaskan bahwa suatu tindakan apabila didasari oleh �niat� yang bermoral dan �tindakan/cara� yang bermoral adalah sah dan kedua hal tersebut harus seimbang dimana ada niat yang bermoral dan disertai dengan cara yang bermoral. Dengan praktek kontrasepsi, meski sepasang suami-isti memiliki �niat� yang baik dan memiliki motif tertentu (Humanae Vitae, Paus Paulus VI) namun dilakukan dengan �cara� yang jahat maka hal ini bertentangan dengan moral.

Praktek aborsi
Sedangkan lain halnya dengan metode KBA, yang tidak bertentangan dengan moral. KBA merupakan kodrat insane dari manusia itu sendiri yang telah dirancang oleh Allah sedemikian rupa. Allah menciptakan wanita dengan juga memberikan masa tidak subur bagi wanita yang menunjukkan bahwa manusia tidak dirancang untuk selalu berketurunan namun tidak boleh pula memiliki sikap dan mental kontraseptif. Dilain pihak, meski KBA tidak bertentangan dengan moral Katolik dapat pula memiliki mental kontraseptif. Contohnya apabila suatu pasangan mampu memiliki 3-4 anak namun hanya memiliki 2 anak saja dengan alasan agar hidup berkecukupan, ini adalah tindakan yang membawa dosa besar. 

Dominus illuminatio mea!

Saturday, December 7, 2013

Tradisi Adven - Sejarah Lingkaran Adven

oleh: RP. William Saunders
Lingkaran Adven merupakan bagian dari tradisi Katolik yang sudah sekian lama ada. Namun, asal-usul bagaimana hal tersebut terbentuk tidak pasti. Ada bukti dari bangsa Jerman pra-Kristen menggunakan  lingkaran Adven dengan menyalakan lilin selama hari-hari yang dingin dan gelap pada bulan Desember sebagai bentuk penantian pada tibanya hari yang terik dan sinar matahari yang cerah. Di negara Skandinavia, ada pula tradisi selama musim dingin untuk menyalakan lilin yang ditempatkan di sekitar roda , untuk mengangkat doa-doa kepada dewa cahaya untuk mengubah "roda bumi" kembali ke arah matahari untuk memperpanjang hari-hari pada musim panas.

Pada abad pertengahan, orang Kristen mengadaptasi tradisi ini dan menggunakan lingkaran Adven sebagai bagian dari persiapan rohani untuk menyambut hari Natal. Karena , Kristus adalah " Terang yang datang ke dunia "untuk melenyapkan kegelapan dosa dan memancarkan kebenaran dan kasih Allah ( lih. Yoh 3:19-21 ). Pada 1600, baik Katolik dan Lutheran memiliki praktek formal mengenai lingkaran Adven. Simbolisme lingkaran Adven adalah sesuatu yang amat indah. Lingkaran ini terbuat dari berbagai jenis pepohonan, yang melambangkan kehidupan. Bahkan pepohonan ini memiliki makna tradisional yang sekaligus menggambarkan iman kita: Laurel melambangkan kemenangan atas penganiayaan dan penderitaan. Pinus, Holly dan Yew melambangkan keabadian dan Cedar sebagai kekuatan dan kesembuhan. Holly juga memiliki simbolisme Kristen yaitu daun berduri yang mengingatkan kita pada mahkota duri. Konon menurut legenda dari Inggris dikisahkan bahwa kayu Salib terbuat dari pohon Holly. Lingkaran Adven , yang tidak memiliki awal atau akhir, melambangkan Allah yang abadi, keabadian jiwa, dan kehidupan kekal di dalam Kristus. 

Setiap pohon cemara, kacang-kacangan, polong biji yang digunakan untuk menghias lingkaran Adven juga melambangkan kehidupan dan kebangkitan. Secara utuh, lingkaran Adven yang hijau menggambarkan keabadian jiwa kita dan baru, kehidupan kekal yang dijanjikan kepada kita melalui Kristus, Firman yang kekal dari Bapa, yang datang ke dunia dan menjadi manusia seutuhnya yang menang atas dosa, dengan kematian -Nya melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Empat lilin mewakili empat minggu Adven. Suatu tradisi menjelaskan bahwa setiap minggu melambangkan seribu tahun dan membutuhkan  4.000 tahun lamanya dari masa Adam dan Hawa sampai kelahiran Juruselamat. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu mawar (lilin berwarna merah muda). Lilin-lilin ungu khususnya melambangkan doa, tobat, pengorbanan dan karya amal selama masa Adven. Lilin berwarna merah muda, menyala pada minggu ketiga yaitu Minggu Gaudete, ketika imam juga memakai kasula merah muda dalam Misa kudus; Minggu Gaudete adalah Minggu sukacita, karena umat beriman telah tiba di titik tengah masa Adven, ketika penantian umat beriman sudah mencapai separuh lebih dan Natal hampir tiba. Cahaya lilin melambangkan harapan pada kedatangan Tuhan kita yang pertama ke dunia dan sekaligus sebagai antisipasi kedatanganNya yang kedua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati .

Cahaya juga melambangkan Kristus, sebagai terang dunia. Beberapa adaptasi modern, menempatkan lilin putih tepat di tengah-tengah lingkaran Adven , yang menyimbolkan Kristus dan menyala pada malam Natal. Ada pula tradisi yang mengganti tiga lilin ungu dan satu lilin merah muda dengan empat lilin putih, yang akan menyala sepanjang masa Adven. Dalam keluarga , lingkaran Adven paling tepat menyala pada waktu makan malam setelah doa makan. Sebuah doa tradisional yang biasanya disertai dalam menyalanya lilin pada lingkaran Adven adalah:

Pada hari Minggu Pertama Adven, ayah dalam keluarga memberkati lingkaran Adven dengan berdoa: �Ya Allah yang menyucikan segala sesuatu, sudilah mencurahkan berkat-Mu atas karangan bunga ini, dan kami yang akan menggunakannya untuk mempersiapkan hati kami dalam kedatangan Kristus. Semoga kami dapat menerima rahmat-Mu yang berlimpah. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.� Lalu dilanjutkan dengan doa ini setiap hari selama minggu pertama Adven, �ya Allah dengan kebangkitkan Mu, kami mohon selamatkanlah kami dari dosa-dosa dengan pembebasanmu. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.� Kemudian anak bungsu dari keluarga menyalakan satu lilin ungu .

Selama Minggu kedua Adven, ayah berdoa �ya Allah, bangkitkanlah hati kami untuk mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Mu agar kami dapat melayani Engkau dengan pikiran yang murni. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Kemudian anak yang sulung menyalakan lilin ungu minggu pertama dan satu lagi lilin ungu.

Selama Minggu ketiga Adven, ayah berdoa �ya Allah, kami mohon kepada-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada doa kami dan cahayailah pikiran gelap kami dengan rahmat-Mu.  Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Sang ibu kemudian menyalakan dua lilin ungu sebelumnya lalu menyalakan lilin merah muda.

Akhirnya, pada Minggu keempat Advent, sang ayah kembali berdoa �ya Allah yang kuasa, kami berdoa kepada-Mu yang akan datang curahilah kami dengan rahmat-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami. " Sang ayah kemudian menyalakan semua lilin dalam lingkaran Adven.

Masa Adven adalah mas yang tepat untuk memperteguh iman kita kepada Tuhan, lingkaran Adven dan doa-doa selama masa Adven juga mempersiapkan kita dalam menanti hari Natal. Selain itu, tradisi ini juga membuat kita menjadi antusias didalam rumah kita dan tidak melupakan arti sebenarnya dari Natal.

Dominus illuminatio mea!

Tuesday, December 3, 2013

Adven: Masa Penuh Penantian


Di awal tahun liturgi, Gereja Katolik merayakan suatu perayaan, perayaan yang menantikan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Perayaan tersebut ialah Adven, Adven adalah masa khusus di dalam lingkaran tahun liturgi Gereja yang diadakan selama bulan Desember untuk menyongsong Hari Raya Natal pada tanggal 25 Desember. Data asli mengenai awal mula Adven, tidak ditemukan namun sejak abad-abad pertama mulai ada kegiatan dari umat untuk mengadakan persiapan sebelum hari Natal tiba. Keotentikan perayaan ini dapat diketahui dari sinode Macon di Gaul, Perancis yang menyatakan bahwa sebelum dirayakannya hari Paskah atau Natal, diadakan sebuah masa pertobatan dalam rentang waktu dari 11 November hingga 24 Desember 2013. Sehingga pada hari-hari didalam masa Adven, warna Liturgi Gereja menjadi berwarna ungu seturut pula dengan masa Prapaskah yang keduanya berkaitan erat dengan masa pertobatan.

Keontetikan masa Adven ini didukung pula oleh hadirnya Bapa Gereja pada masa tersebut (yang terjadi pada waktu lampau) dan salah satu diantaranya ialah St. Sesarius dari Alles yang hidup pada abad ke 5, dan Sesarius dianggap sebagai orang yang pertama kali menyampaikan homili tentang masa Adven. Adven mungkin hanya dianggap sebagai sebuah masa yang hanya berada dalam Gereja Barat, namun sesungguhnya Gereja-gereja Timur seperti Katolik Timur (yang bersatu penuh dengan Paus Roma sebagai Wakil Yesus Kristus dan gembala Gereja Universal) dan Gereja uniat Orthodox Timur (yang telah memisahkan diri dengan Paus Roma pada tahun 1054) juga merayakan Adven dan hal ini dimulai sejak abad ke empat dan disertai dengan aturan pantang dan puasa yang amat ketat.

Masa Adven terdiri dari 4 Minggu. Selain memperhatikan kesatuan penantian seperti yang dapat dijumpai dalam rumusan doan dan bacaan Kitab Nabi Yesaya pada Misa harian, Masa Adven secara keseluruhan dibagi dalam dua periode:

Pertama, sejak hari Minggu Adven pertama hingga pada tanggal 16 Desember, Gereja secara penuh mengutamakan penantian secara eskatologis; umat beriman diajak merenungkan misteri kedatangan mulia Kristus pada akhir zaman; didukung oleh bacaan-bacaan Misa, khususnya kutipan dari kitab para nabi, terutama Yesaya. Minggu ketiga Adven ditandai dengan sebutan Gaudete Sunday (Minggu Sukacita) dan pula ditandai dengan Vestmentum (pakaian liturgy bagi imam) berwarna merah muda. Minggu Gaudete ini menunjukkan bahwa Gereja secara khusus telah bersukacita karena telah melewati seperempat dari masa Adven.

Paus Emeritus Benediktus XVI pada Minggu Sukacita dengan Pallium tradisional
Kedua, dari 17 Desember sampai 24 Desember, baik dalam Ekaristi maupun Ibadat Harian, semua rumusan diarahkan lebih jelas kepada persiapan menyongsong perayaan Natal, dengan seruan Nabi Yohanes Pembaptis (Nabi terakhir) dan disertai pula dengan kisah Maria dan Yusuf. Adven dipandang dari segi teologis, merupakan suatu masa dimana Gereja menanti-nantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Adven ini secara realitas merupakan gambaran dari umat Israel sendiri dan para nabi terdahulu yang menanti-nantikan kedatangan Mesias beribu-ribu tahun lamanya.

Adven merupakan masa yang mengingatkan adanya dimensi historis-sakramental keselamatan, umat beriman diajak untuk menanti-nantikan kedatangan Kristus Sang Mesias. Dalam diri Kristus, Allah Bapa telah menampilkan rupa-Nya (Yoh 14:9). Dimensi historis pewahyuan diri Kristus ini menunjukkan betapa konkretnya penyelamatan umat manusia. Dilain pihak pula, Adven adalah masa liturgi yang menanmpilkan secara terang dimensi eskatologis kehidupan para pengikut Kristus. Allah telah memelihara kita demi keselamatan kita (1 Tes 5:9). Sikap menanti yang penuh pengharapan ini adalah ciri khas dari Gereja sendiri. Dalam diri Yesus, Allah telah mewahyukan diri-Nya. Kristus adalah kepenuhan janji Allah. �Sebab Kristus adalah �ya� bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan �amin� untuk memuliakan Allah� (2 Kor 1:20).

Selama masa Adven, sikap penantian Gereja terhadap kedatangan Mesias tidak seperti orang Yahudi yang masih menantikan Mesias terjanji (meskipun telah datang namun mereka memakukan-Nya di kayu Salib). �Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.� (1 Kor 13:12). Gereja menghayati masa ini sebagai sebuah masa penantian yang menggembirakan sekaligus sebagai sebuah masa untuk kembali bertobat; oleh karena itu, Gereja berdoa �datanglah ya Tuhan Yesus� (Wahyu 22:17-20). Akhirnya, Adven mengajak kita untuk menghayati sikap penantian yang disertai dengan kegembiraan bahwa Kristus akan menjelma menjadi daging dan tinggal diantara kita (Yoh 1:14).

Dominus illuminatio mea!

Sunday, November 24, 2013

GITA BAKTI HERKULANUS : Menyanyi Untuk Berbakti Kepada Tuhan

Oleh : Ign. Djoko Irianto

Dalam tradisi Perjanjian Lama ada kebiasaan tentang pembagian tugas atau pembentukan kelompok tugas dalam kegiatan di rumah Tuhan (Bait suci). Suku Lewi dipercaya dan ditetapkan sebagai petugas di rumah Tuhan. Kedudukan ini menimbulkan kesadaran bagi orang-orang Lewi untuk mengatur pembagian tugas supaya ibadat dapat berjalan lancar dan menyentuh. Salah satu kelompok yang dibentuk dan terlibat dalam ibadat adalah kelompok musik dan nyanyian (I Tawarikh 6:31- 32; I Tawarikh 23: 5; 25: 1- 8). Secara bertahap, kelompok musik dan nyanyian ini menata diri agar tidak menjadi kelompok yang ala kadarnya, tetapi menjadi kelompok yang memang amat serius dalam menjalankan tugasnya dalam setiap ibadat (I Tawarikh 25: 7).

Puji-pujian yang disampaikan oleh kelompok musik dan nyanyian ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ibadat. Bahkan mereka menempati kedudukan khusus dalam ibadat [I Tawarikh 6: 31; II Tawarikh 5: 11- 13]. Sekalipun tidak secara eksplisit menyebut jenis nyanyian dan cara menyanyikan, tetapi tersirat pemahaman bahwa puji-pujian ataupun nyanyian dalam ibadat harus dipersiapkan dengan baik, bukan hanya masalah teknik vokal maupun penampilan, tetapi juga suasana hati para pemujinya. Sehingga puji-pujian yang disampaikan itu benar-benar adalah ekspresi iman, bukan sekedar keindahan suara (Amos 5: 23).

Paroki Santo Herkulanus melalui koordinator seksi liturgi DPP telah melahirkan kelompok nyanyian untuk ibadat yang diberi nama �PS. Gita Bakti Herkulanus�. Gita Bakti Herkulanus mengandung makna �bernyanyi untuk berbakti kepada Tuhan dalam lindungan Santo Herkulanus�. Visi kelompok nyanyian ini adalah untuk mewujudkan pelayanan di bidang peribadatan, dengan lagu-lagu liturgis, serta memeriahkan suasana pertemuan gerejani dengan mengemban nama baik gereja paroki St. Herkulanus Depok.

Puji Tuhan, PS. Gita Bakti Herkulanus telah diresmikan dan diberkati oleh Pastor Paroki RD. Y. Dwi Karyanto pada hari Minggu malam tanggal 18 Agustus 2013. Dalam usianya yang relatif sangat muda, kurang lebih 3 bulan, PS. Gita Bakti Herkulanus telah beberapa kali bertugas melayani dalam Perayaan Ekaristi di Paroki sendiri yaitu Paroki St. Herkulanus, dan pada hari ini tanggal 24 November 2013 pada Perayaan Ekaristi Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, PS Gita Bakti Herkulanus bertugas mengiringi nyanyian. Berikutnya, direncanakan pada Minggu Adven kedua, untuk pertama kalinya PS Gita Bakti Herkulanus akan bertugas melayani di luar Paroki sendiri. PS Gita Bakti Herkulanus akan bertugas dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Paulus Depok pada tanggal 8 Desember 2013 pada Misa kedua yaitu pkl. 08.00.

Sesuai dengan visi dan misi yang diemban, PS. Gita Bakti Herkulanus senantiasa mendukung kegiatan liturgi di Paroki dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok nyanyian dari paroki-paroki tetangga. Program kegiatan terdekat, selain latihan koor setiap minggu malam, berdasarkan undangan dari Sie Liturgi Paroki St. Matheus Depok II Tengah, pada tanggal 19 Januari 2014 PS. Gita Bakti Herkulanus akan menyanyi di Paroki St. Matheus. Kegiatan ini juga akan diikuti oleh kelompok nyanyian atau kelompok Paduan Suara Paroki se Dekenat Utara, Keuskupan Bogor. PS. Gita Bakti Herkulanus juga telah terjadwal bersama Panitia Pembangunan Sarana dan Prasarana Gereja (PPG) St. Herkulanus untuk bertugas di Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor pada tanggal 9 Februari 2014.

Sebagai kelompok Paduan Suara Paroki, keanggotaan PS Gita Bakti Herkulanus meliputi keempat wilayah yang ada di Paroki St. Herkulanus. Hingga hari ini tercatat 43 anggota PS Gita Bakti Herkulanus. Bagi bapak/ibu umat Paroki St. Herkulanus yang berminat bisa bergabung dalam latihan koor PS Gita Bakti Herkulanus yang diselenggarakan setiap minggu malam usai Misa.

Mohon doa dari seluruh umat Paroki St. Herkulanus agar tugas-tugas pelayanan PS. Gita Bakti Herkulanus dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Semoga para anggota PS Gita Bakti Herkulanus dianugerahi ketekunan, kedisiplinan, dan kerendahan hati; agar mampu setia pada komitmennya, bernyanyi untuk memuji Tuhan, dalam gereja dan masyarakat.

Tuhan memberkati kita semua.

*) Penulis adalah Ketua PS. Gita Bakti Herkulanus

"Setelah Tahun Iman, bagaimana...?"

Mgr. Petrus Boddeng Timang
Paus Benediktus XVI dalam surat Apostolik Porta Fidei (Pintu kepada Iman) tertanggal 11 Oktober 2011 mencanangkan Tahun Iman yang berlanggsung dari tanggal 11 Oktober 2011 sampai tanggal 24 November 2013. Tanggal 11 Oktober 2012 adalah hari ulang tahun ke-50 Konsili Vatikan II juga ulang tahun ke-20 terbitnya buku Katekismus Gereja Katolik (KGK). 


Konsili Vatikan II menegaskan dan memberikan pengarahan kepada Gereja dalam proses Pembaharuan Diri (aggiornamento) yang sesungguhnya sudah dimulai sejak awal abad ke-20, sedangkan Katekismus Gereja Katolik (KGK), buah sejati Konsili Vatikan II, dimaksudkan sebagai saran bantu untuk katekese umat untuk membeberkan kepada segenap umat beriman gambaran tentang kekuatan dan keindahan iman kepercayaan kita.

Pada tahun 1976, untuk memperingati 1900 tahun wafatnya Rasul Petrus dan Paulus sebagai martir, Paus Paulus VI sudah memaklumkan Tahun Iman untuk mengajak seluruh Gereja memulihkan kembali pemahaman yang tepat atas iman kepercayaan Katolik sehingga dengan demikian juga menguatkan, memurnikan dan mengakuinya. Dengan demikian umat Katolik, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok, dapat memberikan kesaksian iman yang konsisten dalam situasi sosial.
Tahun Iman adalah pertama-tama panggilan untuk pertobatan sejati untuk kembali kepada Tuhan, satu-satunya Juruselamat dunia. 

Melalui wafat dan kebangkitan Kristus, Allah telah menyatakan sepenuh-penuhnya kasih-Nya yang menyelamatkan, yang memanggil manusia kepada pertobatan hidup melalui pengampunan dosa (Kis 5:31). �Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan selama kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru� (Rm 6:4). Sejauh manusia bersedia dengan bebas menanggapi uluran tangan dan panggilah kasih Allah itu, pikiran, persaaan, mentalitas dan perilakunya perlahan-lah dimurnikan dan diubah sedemikian sehingga �bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam aku.� (Gal 2:20). Proses itu berjalan terus sepanjang hidup di dunia iini hingga tiba saatnya kita �sempurna, sama seperti Bapa yang di Surga adalah sempurna� (Mat 5:48; Porta Fidei n.6).

Iman pertama-tama anugerah Allah berkat daya dan penerangan Roh Kudus. Pada hari Pentakosta, Petrus mewartakan misteri Iman Kristiani yang paling inti dan paling dalam �bahwa Allah telah membuat Yesus yang disalibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus� (Kis 2:36). Iman adalah pengakuan �bahwa Yesus adalah Tuhan, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati� (Rm 10:9). Roh Kuduslah yang menganugerahkan iman kepada seseorang. Karena itu Rasul Paulus berani menyatakan �dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan� (Rm 10:10). Maka tahap-tahap dalam proses timbulnya iman adalah:

1. Tuhan dalam Roh-Nya membuka hati seseorang terhadap pewartaan Sabda Allah (Kis 16:14). 

2.Orang bersangkutan bertobat dan memberikan diri dibaptis untuk pengampunan dosa-dosanya (Kis 2:38).

3. Selanjutnya dia menerima anugerah-anugerah Roh Kudus untuk mewartakan dengan bibir dan perbuatan apa yang diimaninya (Rm 9:15).

Beriman bukalah suatu urusan pribadi belaka yang artinya hanya �rohani�. Beriman berarti dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun selalu berpihak pada Allah dan tetap bersama Allah �yang selalu setia dan tetap bersama kita� (1 Tim 2:13).

Pengakuan Iman, Credo, �Aku Percaya� yang diucapkan dengan bibir sesungguhnya adalah pertanggungjawaban, janji setia dan kesaksian bahwa Tuhan Yesus yang kita imani telah mengalahkan kejahatan dan kematian. Apapun juga yang terjadi, seberat apapun cobaan yang menimpa, kita tetap percaya bahwa Dia telah menghancurkan kekuatan si jahat dan dalam Gereja-Nya yang kudus, Dia hadir demi pengampunan dosa dan keselamatan kekal semua orang (Porta Fidei n.15).

Tiga setengah abad yang lalu, Pater Ventimiglia telah menjejakkan iman di bumi Kalimantan. Iman yang ditaburkan tiga setengah abad yang lalu, perlahan tapi pasti, bertumbuh dan berkembang berkat kehadiran para misionari yang mengikuti jejak iman Pater Ventimiglia hingga terbentuklah Vikariat Apostolik Kalimantan yang meliputi hampir seluruh pulau Kalimantan. Pada tahun 1938, Roma mendirikan Prefektur Apostolik Banjarmasin. Peristiwa itu menjadi sejarah bagi Gereja di Keuskupan Banjarmasin pada tahun 2013 ini genap berusia 75 tahun.


Dalam rasa syukur atas 75 tahun usia Keuskupan Banjarmasin, saya mengucapkan selamat melanjutkan Tahun Iman dengan tetap mendalami, menghayati serta mengamalkan iman dalam lingkup pribadi, keluarga, komunitas dan terutama dalam ranah publik.

Pada Pesta Salib Suci, 14 September 2013

+ Mgr. Petrus Boddeng Timang +

Uskup Keuskupan Banjarmasin

Saturday, November 23, 2013

Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam


Perayaan ini ditetapkan oleh Paus Pius XI tahun 1925 pada setiap hari Minggu  terakhir bulan Oktober, menjelas pesta segala orang kudus. Maksud utama perayaan ini sangat spiritual-pedagogis seperti terungkap melalui ensikliknya �Quas Primas�. Beliau sengaja menantang Atheisme dan Sekularisme di zamannya dengan menampilkan Kristus sebagai yang lebih tinggi dan lebih berkuasa daripada segala kekuatan dunia.

Sejak tahun 1970 perayaan ini mengalami perubahan penekanan: Kristus lebih bercorak kosmis dan eskatologis. Oleh karena itu, penempatan tanggalnya pun berubah: bukan lagi pada hari Minggu terakhir bulan Oktober, tetapi pada hari Minggu Biasa XXXIII/ XXXIV, menjelang Hari Minggu I Adventus. Jadi, jelas pula sebagai penutup tahun liturgi Gereja. Kristus adalah Alfa dan Omega.

Injil Tahun A (Mat 25:31-46): mewartakan kabar kedatangan Putra Manusia dengan kemuliaan untuk mengadili manusia dengan penuh kasih pada akhir zaman. Dimensi kosmis-eskatologis tampak jelas disini. Sedangkan Injil Tahun B (Yoh 18:33b-37) tentang Kristus di hadapan Pilatus: �Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.� Tampak dimensi pengalaman mistik umat beriman. Tahun C (Luk 22:35-43): bahwa Kristus yang tersalib adalah Raja bangsa Yahudi. Dimesi penderitaan Kristus sampai wafat-Nya di kayu salib menampakkan sekaligus urapan imamat Sang Raja yang mengurbankan diri sebagai santapan keselamatan abadi.

Prefasi tetap berasal dari susunan tahun 1925, Kristus adalah Imam abadi dan Raja alam semesta, yang akan mempersembahkan segalanya kepada Bapa-nya: �Kerajaan abadi dan universal yakni: Kerajaan Kebenaran dan Kehidupan; Kekudusan dan Rahmat, Keadilan, Cinta Kasih dan Kedamaian.�

Ibadat Harian memuat dua madah yang disusun oleh imam Yesuit, berasal dari tahun 1925 juga. Ibadat Bacaan menyajikan renungan Origenes tentang Kerajaan Allah dalam Kristus yang tinggal didalam diri kita. Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari buku Memaknai Perayaan Liturgi karya RP. Bosco Da Cunha O. Carm.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)