Latest News

Saturday, October 24, 2015

Fenomena Misa Latin Tridentin

Misa Tridentin merupakan salah satu bentuk Misa Ritus Romawi yang mengacu pada Missale Romanum yang diterbitkan Paus Yohanes XXIII pada 1962. Di Indonesia, Misa ini masih dipraktikkan.

Mereka yang menghayati tata liturgi yang tidak biasa (for�ma extraordinaria) ini tergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang tersebar. Dari pengamatan HIDUP, setidaknya praktik Misa ini berlangsung di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Bahkan, tidak hanya Misa Tridentin tetapi juga pemberkatan perkawinan, pemberkatan ibu-ibu hamil, dan pemberkatan rumah. Keberadaan komunitas ini dan informasi tentang Misa Tridentin juga dapat ditemukan di akun facebook �Kami Cinta Ritus Tridentin�, situs �www.misa1962.org�, dan blog "http://tradisikatolik.blogspot.com�.

Sutradara dan aktor kondang Mel Gibson, kabarnya secara rutin juga merayakan Misa Tridentin di gereja tradisional dekat rumahnya di Malibu, California. Tetapi, ia mengikuti ajaran komunitas Society of Pius X (SSPX), pengikut Marcel Lefebvre, uskup agung yang diekskomunikasi Gereja Katolik pada 1998. Tetapi, pada 2008, Paus Benediktus XVI telah mencabut ekskomunikasi tersebut.

Misa Tridentin sebenarnya adalah bentuk liturgi Misa yang digunakan oleh Gereja di seluruh dunia sejak 1570. Liturgi Misa Tridentin yang sekarang digunakan adalah Missale Romanum yang diterbitkan Paus Yohanes XXIII. Misa Tridentin dirayakan dengan menggunakan bahasa Latin. Sedangkan liturgi Misa yang umum dipakai sekarang mengacu pada Missale Romanum Paulus VI yang diterbitkan setelah Konsili Vatikan II (1962-1965). Liturgi Misa Paulus VI ini disebut bentuk liturgi biasa (forma ordinaria), dengan menggunakan berbagai bahasa sesuai kebutuhan umat setempat.

Trend di Indonesia

Di Indonesia sudah terbentuk beberapa komunitas pencinta Misa Tridentin. Misalnya, Kelompok Studi Liturgi Santo Petrus di Jakarta. Andre Prasetya dipilih sebagai koordinator kelompok ini. Pada 2009 Andre mengenal Misa Tridentin tatkala diajak adiknya untuk mengikuti Misa Tridentin yang diorganisasi oleh Thomas Rudy Haryanto. Andre mengatakan, jumlah umat yang hadir sangat tergantung pada tempat di mana Misa diselenggarakan. Misalnya, di Kembang Wangi, biasanya dihadiri 10-20 orang; ketika diselenggarakan di Inti College, jumlah umat sekitar 15-40 orang. Jumlah umat yang hadir bisa mencapai 5.000 orang, ketika Misa diadakan di gereja.

Dalam Misa biasa, Doa Syukur Agung dibacakan secara lantang oleh imam. Sedangkan dalam Misa Tridentin, imam membacakannya secara �bisik-bisik�. Selain itu, bacaan epistola hanya ada satu, sedangkan bacaan Injil ada dua. Injil kedua dibacakan di akhir Misa dan selalu diambil dari Injil Yohanes 1.

Aktivis Misa Tridentin dari Kelompok Studi Liturgi Santo Petrus, Thomas Rudy Haryanto, mengenal Misa Tridentin melalui buku maupun internet. Ia menemukan, ternyata ada bentuk liturgi lain yang tidak biasa yang digunakan sebelum Konsili Vatikan II, yaitu Tridentin. Kemudian, pada 2007 muncul peraturan yang menyatakan dapat menggunakan bentuk liturgi yang tidak biasa tersebut. Selanjutnya, ia minta seorang imam untuk mempersembahkan Misa Tridentin. Misa perdana dirayakan di rumahnya pada 2008, atas izin pastor Kepala Paroki St Thomas Rasul, Bojong Indah, Jakarta Barat. Dan, Misa Tridentin ini berlanjut di rumah orangtuanya di Puri Kembangan, Jakarta Barat.

Rudy berpendapat, ada perbedaan aspek teologis antara Misa biasa dan Misa Tridentin. Misa biasa menekankan pada aspek kebersamaan, sedangkan Misa Tridentin menekankan pada aspek kurban. Misa Tridentin banyak membuat tanda salib, karena yang ingin ditonjolkan adalah kurban Kristus yang disalib. Ada sekitar 20 kali membuat tanda salib selama Misa. Selain itu, ada �acara� penciuman altar yang dilakukan sekitar 10 kali. Peran imam sangat mencolok dalam Misa ini, karena ingin menonjolkan imam sebagai yang serupa dengan Kristus sendiri (in persona Christi). Hal ini berarti menekankan ajaran mengenai pentingnya Imamat Jabatan, dan perbedaannya dengan Imamat Umum kaum beriman. Lebih lanjut Rudy menjelaskan, Imamat Jabatan ditonjolkan agar kurban salib dapat terlaksana, yakni tanpa imam, tidak ada Misa.

Sementara di Surabaya, ada Kelompok Studi dan Koor Gregorian Schola Cantorum Surabaiensis (SCS) yang telah diberkati oleh Uskup Surabaya, Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono, pada Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus, 30 Mei 2008. Anggota SCS berasal dari berbagai paroki di Surabaya, antara lain Paroki Katedral Surabaya, St Yusup Karang Pilang, dan Salib Suci Sidoarjo. Umur anggotanya pun bervariasi, berkisar antara 18 sampai 66 tahun. Kelompok ini berkumpul seminggu sekali untuk belajar bersama tentang tradisi musik Gregorian dan liturgi Gereja. Di samping itu, atas prakarsa Romo Eko Budi Susilo Pr, SCS juga mendaraskan Ibadat Penutup (Completorium) di Katedral setiap hari Minggu pukul 21.00-21.30.

Peminat liturgi dan tradisi Katolik asal Surabaya, Albert Wibisono mengatakan, baik Misa dengan tata cara biasa maupun yang tidak biasa, baik dan sah menurut Takhta Suci. Namun, yang hendaknya diperhatikan adalah peningkatan kualitas dan keterampilan imam, pelayan katekese umat, dan syarat untuk bisa merayakan Ekaristi.

Albert menambahkan, partisipasi aktif yang diamanatkan dalam Konsili Vatikan II tidaklah berarti bahwa umat harus ikut serta mengucapkan semua doa dan/atau menyanyikan semua lagu dalam Misa. Ada doa-doa yang diucapkan hanya oleh imam, dan ada aklamasi-aklamasi yang merupakan bagian umat, misalnya aklamasi �Amin�. Ada saatnya lektor membaca Sabda Tuhan dan umat mendengarkan (bukan ikut membaca teks). Hal nyanyian, ada bagian-bagian yang dinyanyikan koor dan ada pula bagian yang dinyanyikan umat. Sikap diam dan khusyuk mendengarkan serta menghayati doa, bacaan Kitab Suci serta nyanyian yang dibawakan koor pun merupakan bentuk partisipasi aktif dalam Misa. Mendengarkan mungkin menjadi bentuk partisipasi aktif yang tersulit. Akhirnya, partisipasi batiniah lebih penting daripada partisipasi lahiriah.

Tanggapan hirarki

Sekretaris Eksekutif Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia (Komlit KWI), Pastor Bosco da Cunha OCarm, mengatakan, Paus Benediktus XVI telah menerbitkan Surat Apostolik Summorum Pontificum, melanjutkan apa yang sudah direstui oleh para paus pendahulunya. Pada 1991 Paus Yohanes Paulus II membentuk Komisi Kepausan Ecclesia Dei, sebuah komisi khusus untuk mengurusi dan menangani realisasi Misa Tridentin. Segala hal atau persoalan yang terkait dengan pelaksanaan Misa Tridentin dari seluruh Gereja universal ditampung dan diolah dalam komisi ini.

Menurut Romo Bosco, Sri Paus melihat, masih ada kelompok-kelompok yang ingin bernostalgia dan merasa cocok hatinya dengan gaya liturgi lama (lagu-lagu Latin, penggunaan bahasa Latin, perayaan dengan imam yang terkesan sangat sakral). Mereka juga harus tetap dihormati dan dilayani.

Komlit KWI, demikian Romo Bosco, tidak mengurusi persoalan-persoalan tentang tridentin. Persoalan tersebut langsung diserahkan pada kewenangan para uskup diosesan di keuskupan masing-masing. Dalam Surat Apostolik juga tidak dijelaskan bahwa KWI harus mendukung. Namun, ada poin yang mengatakan bahwa uskup hendaknya memberikan pelayanan. �Seorang uskup yang ingin memenuhi permintaan dari umat, tetapi karena berbagai alasan tidak dapat memenuhinya, dapat langsung melaporkan kepada Komisi Ecclesia Dei di Roma yang akan memberikan bimbingan dan pemberitahuan lebih lanjut,� jelasnya.

Sedangkan pakar sejarah Gereja dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Prof Dr A. Eddy Kristiyanto OFM mengatakan bahwa tujuan Misa Tridentin adalah ingin mengakomodasi kelompok Santo Pius X yang dulu memisahkan diri atau dipisahkan dari Gereja Katolik Roma, karena Uskup Agung Marcel Lefebvre tidak mau menandatangani Konsili Vatikan II. Maka, Paus Benediktus XVI berusaha merangkul kembali. �Sri Paus ini sangat cerdas, mengarah ke suci, tapi juga sangat konservatif,� kata imam Fransiskan ini. Dalam motu proprio, yakni inisiatif pribadi Bendiktus XVI, dijelaskan bahwa Misa Tridentin tidak dianjurkan, tetapi apabila ada yang berkeinginan menyelenggarakan, kebijakannya diserahkan masing-masing keuskupan. Problem yang muncul, demikian Romo Eddy, adalah umat tidak menguasai bahasa Latin. Tetapi, jika ada orang yang merasa lebih tenang dengan misa ini, haruslah dilayani hanya sesekali saja. Jadi, kendalanya bukan pada perayaannya, melainkan pada bahasanya.

Di tempat terpisah, seorang imam di Malang mengatakan, Misa Tridentin itu mengacaukan liturgi. Maksudnya, umat sudah terbiasa dengan pembaruan liturgi Konsili Vatikan II, dengan segala pengetahuan liturgi yang begitu luas, tetapi justru diajak kembali ke belakang lagi. Seolah-olah Gereja mengalami kemunduran dan kembali ke zaman pra Konsili Vatikan II.

Sumber :
http://www.hidupkatolik.com/2011/11/24/fenomena-misa-tridentin

Thursday, October 22, 2015

Misa Latin adalah kekayaan Gereja Katolik

Ketika Paus Fransiskus pertama kali muncul di depan kerumunan massa di Lapangan Santo Petrus tanpa jubah merah pendek sepanjang siku yang menutupi bahu atau mozzetta, sejumlah umat Katolik merasa khawatir keputusan Paus ini melupakan pakaian resmi kepausan akan menghilangan tradisi.

Secara khusus, mereka merasa khawatir dengan Misa Latin Tradisional atau Misa Tridentin, yang kini berada di tangan kepausannya yang tampaknya mengabaikan kemegahan.

Tapi lebih dari setahun setelah ia memimpin Gereja Katolik, Misa Tridentin tampaknya tetap hidup dan berjalan baik.

Beberapa dekade setelah Gereja Katolik tidak merayakan Misa dalam bahasa Latin, pertumbuhan menurun, dalam banyak kasus dimana orang muda tidak berminat.

Pada 5 Agustus empat pria ditahbiskan menjadi imam di Oratorium St. Fransikus de Sales, Gereja St. Louis dikenal karena mempraktekkan liturgi Latin ini.

Komunitas religius itu didirikan di Afrika tahun 1990, secara teratur merayakan gaya Misa tradisional tersebut. Pentahbisan terakhir di AS untuk lembaga itu tahun 2007 dan dua diakon ditahbiskan.

Tahun ini kelompok itu menahbiskan sejumlah orang. Empat orang ditahbiskan awal tahun ini di Italia, dimana lembaga ini berbasis. Mantan Uskup Agung St. Louis Mgr Raymond Burke, salah satu pendukung ritus Latin di kalangan para uskup AS, datang ke Roma untuk memimpin pentahbisan itu.

Mary Kraychy dari Koalisi Mendukung Ecclesia Dei, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Glenview, Illinois., yang mempromosikan Misa Latin, mengatakan dia melihat kelambanan, tapi stabil dalam praktek, dengan lebih dari 400 gereja yang menawarkan liturgi ini.

Organisasi itu menjual buku Misa yang menampilkan teks Misa berbahasa Latin bersama terjemahan bahasa Inggris.

Tahun 1969, Paus Paulus VI menyatakan Gereja harus mengadakan Misa dalam bahasa asli umat, yang menyebabkan Misa Tridentin itu digantikan.

Pada 5 Agustus, Francis Altiere, 32, dan tiga diakon lainnya berlutut di depan Mgr Burke, memegang lilin di tangan kanan mereka. Mereka bersujud di depan altar sementara Mgr Burke berlutut membelakangi umat.

Koor menyanyikan Litani Orang Kudus, berdoa kepada orang-orang kudus, martir dan malaikat untuk perlindungan dan bantuan Tuhan. Pastor Altiere berasal dari Pennsylvania dengan gelar dari Harvard University.

Dia mengatakan keputusannya menjadi seorang imam karena ingin merayakan Misa Latin tradisional seperti yang ia sering ikut di sebuah gereja di pusat kota Boston.

�Dalam Misa ini saya benar-benar memahami imamat untuk pertama kalinya,� kata Pastor Altiere.

�Alasan utama adalah untuk keindahan Gereja kita dan upacara liturgi adalah untuk memuliakan Allah, tetapi juga sebagai sarana ampuh evangelisasi.�

Mereka yang menghadiri Misa itu di Oratorium St. Fransiskus de Sales mengatakan iman mereka diteguhkan dengan liturgi itu dan dengan rasa solidaritas yang dialami oleh orang-orang yang menghadiri Misa itu.

�Semua orang di sini percaya apa yang mereka lakukan adalah benar, nyata,� kata Tom Leith, 55, seorang umat dari St. Louis.

�Anda berada di kalangan orang-orang yang percaya apa yang diajarkan Gereja.�

St. Fransiskus de Sales yang taat menyampaikan sebuah kombinasi dan visual yang mengizinkan bahasa isyarat bagi mereka yang sedikit mengetahui bahasa Latin untuk mengikuti Misa.

Jim Kahre memimpin 40 menit bersama sembilan anaknya dari High Ridge untuk mengunjungi gereja setiap hari Minggu.

�Saya hampir merinding,� kata Kahre, yang bekerja di bidang IT di sebuah perusahaan akuntansi. �Saya belum pernah melihat sesuatu seperti itu sampai saya datang ke sini.�

Tahun 1980-an, setelah beralih ke bahasa-bahasa lokal, Paus Yohanes Paulus II memperbolehkan para imam untuk merayakan Misa Latin tradisional ini, tapi hanya dengan persetujuan dari uskup lokal.

Namun, hingga tahun 2007, Paus Benediktus XVI telah mempermudahkan pembatasan itu, memberikan kewenangan kepada paroki-paroki untuk merayakan Misa Latin tanpa memperoleh izin dari uskup mereka.

Tahun 2011, umat Katolik berbahasa Inggris diperkenalkan ke terjemahan baru dari Misa itu yang dikatakan lebih sesuai dengan Misa Latin yang aslinya.

Pastor Altiere mengatakan ia akan menggunakan hadiah barunya sebagai seorang imam tidak hanya untuk merayakan Misa dalam bahasa Latin, tetapi juga menyelamatkan jiwa-jiwa.

�Ada sebuah pepatah bahwa imam tidak masuk surga sendiri,� kata Pastor Altiere. �Maksud saya, seorang imam hanya memimpin agar banyak jiwa bisa ke surga.�

Sumber: UCA News

Friday, October 16, 2015

Pengalaman Perayaan Misa Latin Di Pontianak

Sejak pembaharuan Liturgi Romawi yang dipormulgasikan oleh Beato Paus Paulus VI ( Selanjutnya dibaca �Forma Ordinaria/FO�), Liturgi Gereja Katolik ritus latin menjadi lebih sederhana ( dan tetap Agung) dibanding Liturgi Misa 1962 (selanjutnya dibaca �Forma Extraordinaria/FE�). Misa Forma Ordinaria menjadi lazim dirayakan di paroki � paroki Gereja, serta Misa ini mengizinkan penggunaan bahasa vernakular (bahasa lokal) di setiap doa ( Tentu mendapatkan pengesahan dari takha suci Vatikan). Misa Forma Extraordinaria pada kala itu diizinkan untuk tetap dirayakan di daerah � daerah yang memungkinkan saja. Atas kemurahan hati Paus Sto. Yohanes Paulus II, para Uskup diminta bermurah hati kepada umat beriman yang menginginkan perayaan Misa dalam Forma Extraordinaria.

Pada tanggal 7 Juli 2007, Paus Benediktus XVI (Sekarang Bapa Benediktus) atas inisiatif pribadi mengeluarkan dekrit yang bernama �Summorum Pontificum�. Dekrit ini berisikan kebebasan kepada para Imam untuk mengurbankan Misa suci Forma Extraordinaria, bahkan para Uskup dikeuskupan masing � masing diminta untuk memperkenalkan Misa FE ini kepada umat beriman.

Atas dasar keinginan suci dari Bapa Benediktus, Kaum muda � mudi Katolik (Komunitas Liturgia Latina Sto. Yohanes XXIII) di Keuskupan Agung Pontianak berusaha mewujudkannya.

Proses merealisasi Misa Forma Extraordinaria ini tentu banyak rintangan, baik dalam hal mencari Imam yang bersedia memimpin Misa FE ini, maupun sistem komunikasi dan perancangan teknis dalam komunitas itu sendiri. pada pertengahan tahun 2014, Y.M Hieronymus Herculanus Bumbun (Sewaktu masih Uskup Agung Pontianak) memberikan restu / izin perayaan Misa FE ini. Ia pun menunjuk seorang Imam dan Gereja yang menjadi Selebran dan tempat diselenggarakan Misa. Beberapa bulan kemudian, Y.M Agustinus Agus menjadi Uskup Agung Pontianak, izin / restu pun diberikan seraya ketentuan � ketentuan harus diperhatikan. Seiring perjalanan, Misa FE ini belum terealisasi hingga akhir bulan Januari 2015 karena kesibukan dari Imam selebran itu sendiri.

Pada awal bulan februari 2015, atas dorongan dan pertolongan Tuhan, anggota dari Komunitas penyelenggara Misa FE ini segera menemui Y.M Hieronymus Herculanus Bumbun ( Uskup Agung Emeritus Pontianak) di sakristi (setelah Misa kudus) untuk meminta kesediaan menjadi Selebran Misa. singkat cerita, Y.M Hieronymus menyanggupi tawaran menjadi selebran Misa. Di bulan februari, anggota � anggota menjadi �sibuk� dengan berbagai persiapan dan tentu dengan suasana hati yang gembira karena dapat mewujudkan keinginan Bapa Benediktus yang terkasih.

Pada tanggal 1 maret 2015 (Minggu Prapaskah II) pukul 08.30 WIB, menjadi sejarah dalam Keuskupan Agung Pontianak, MISA FORMA EXTRAORDINARIA dikurbankan di kapel biara SFIC Sto. Antonius. Misa Kudus berlangsung khidmat dan dihadiri kurang lebih 105 umat beriman, walaupun ada kebingungan diantara umat beriman baik dalam tata liturgi yang sedikit berbeda dengan Misa Forma Ordinaria, maupun pelafalan bahasa latin.

Misa pun usai, Selebran dan Akolit foto bersama untuk menyimpan kenangan, tak lupa juga bersama Anggota Koor Alyans (Mahasiswa / i Keuskupan Ketapang).

Dalam Sakristi, Akolit membereskan busana liturgi. Seorang suster yang ikut Misa FE ini masuk dan melihat. Percakapan hangat antara suster dan akolit mengenai Misa ini, suster pun meminta kata kunci untuk mencari video Misa FE ini di youtube.

Semua barang untuk keperluan Misa Kudus pun sudah dibereskan. anggota komunitas Latina duduk di ruang santai. Suster Yohana, SFIC yang duduk dikursi roda tersenyum seraya bercanda dengan seorang Akolit, �Kamu jadi Uskup aja ya? hehe�. Bersama dua suster sepuh, pembicaraan santai membuat suasana menjadi hangat, mereka menceritakan bagaimana masa lalu Misa ini dirayakan, kotbah dalam banyak bahasa (latin, Belanda, Indonesia, Mandarin, dll). Para suster pun mengungkapkan perasaannya, ada rasa khidmat menggunakan bahasa latin dalam Misa, serta Imam yang membelakangi umat (sebenarnya Imam dan Umat bersama � sama menghadap Allah). Suster yang satu pun mengusulkan agar Misa ini dirayakan pada hari � hari Raya dan juga dirayakan secara serempak di paroki � paroki, karena keagungan Misa dalam penggunaan bahasa latin ini. �Para Pastor hendaknya bersedia merayakan Misa ini demi kebutuhan umat�, ungkapnya.

Hari itu menjadi hari yang sangat indah, para suster pun menyambut Misa ini dengan gembira, dan umat pun tidak sabar untuk menghadiri Misa FE yang akan datang.




Sumber:
http://spesalvifactisumus.wordpress.com/

Saturday, October 3, 2015

Memahami Sakramen Penguatan

Sakramen Penguatan atau Sakramen Krisma disebut Sakramen untuk mendalami teologi. Pada zaman dahulu pernah juga seorang umat Kristiani menyebut Roh Kudus sebagai Yang Tak Dikenal. Bagaimana mungkin ajaran dan devosi kita menjadi begitu miskin, sehingga kita tidak mengetahui baik pemberian maupun Sang Pemberi.

Semoga tidak terjadi demikian keadaan umat Katolik saat ini! Karena kalau kita yang �mengaku mengimani Katolik kita tidak mengenal Roh Kudus dan Memahami Sakramen Krisma, kita akan kehilangan dasar utama penebusan kita Allah menjadi manusia bukan melulu untuk menyelamatkan kita dari sesuatu (dosa-dosa kita), tetapi juga menyelamatkan kita untuk (untuk hidup sebagai anak-anak Allah). Diselamatkan tidak lain adalah ambil bagian dalam kodrat Allah. Dan semua itu kita lakukan karena karunia Roh Kudus.

Yesus berkata kepada para rasul-Nya bahwa Roh akan mengambil apa yang menjadi milik-Ku dan menyatakannya kepadamu (Yohanes 6:14). Jadi, Rohlah yang memberikan kepada kita kehidupan di dalam Tritunggal Yang Mahakudus. Karena Rohlah yang memberikan kehidupan sang Putera kepada kita.

Maksud Yesus adalah mengutus Roh Kudus. Ia berkata kepada para rasul-Nya, �Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab, jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi, jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu���� Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran� (Yohanes 16: 7, 13). Memenuhi janji-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para rasul-Nya dan �Ia menghembusi mereka dan berkata, �Terimalah Roh Kudus� (Yohanes 20:22). Kemudian, pada Pentakosta Kristiani yang pertama terjadilah pencurahan Roh Kudus secara universal atas Gereja (Kis 2).

Peristiwa ini sudah digambarkan dalam banyak nubuat Perjanjian Lama mengenai zaman Mesias (Yes 44:3; 59:21; Yes 11:19; 36:25-27; Yl. 2:28). Jelas, karunia agung ini melampaui segala pengharapan. Karunia itu bukan berupa sesuatu, tapi Seseorang, Karunia itu adalah Roh Kudus Dari kisah Para Rasul, jelas bahwa Pentakosta adalah suatu peristiwa yang dimaksudkan untuk seluruh Gereja, bukan hanya sesuatu kelompok elite, dan bukan hanya untuk satu hari.

Pentakosta itu akan direntangkan ke segala zaman yang tidak dilembagakan, yakni lewat sakramen-sakramen. Karunia Roh diberikan pada saat pembaptisan, tetapi dengan berbagai cara digenapi oleh upacara lain. �Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke sana. Setibanya Kudus belum turun atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus�. (Kis 8 : 14 � 17).

Meterai Roh Kudus

Tradisi Gereja melukiskan Sakramen Krisma sebagai meterai Roh Kudus. Di dunia purba menyandang meterai seseorang, atau mengenakannya, berarti diidentikkan dengan orang yang bersangkutan, dikenal sebagai anak atau hamba orang itu. Sakramen Krisma menandai kita sebagai anak-anak Allah sendiri.

Sakramen Krisma memberi kita suatu kematangan/kedewasaan dan memberi kita kekuatan untuk memberi kesaksian mengenai iman, untuk membela iman, dan untuk hidup secara bertanggung jawab di dalam Gereja. Semua kegiatan ini merupakan rahmat dari Allah, dan semua itu tidak bergantung pada kekuatan atau keterampilan pribadi kita.

Usia orang/umat diperbolehkan menerima Sakramen Krisma. Sejumlah Gereja Timur memberikan Sakramen Krisma kepada bayi-bayi, langsung sesudah pembaptisan mereka, dengan menekankan unsur Ilahi dari karunia itu. Sejumlah keuskupan di kalangan Gereja Barat menangguhkan Sakramen Krisma sampai lulus sekolah dasar atau sekolah menengah atau sampai saat penerimaan sebagai mahasiswa, dengan menekankan bahwa sakramen ini merupakan suatu tanda kematangan, tanda memasuki tahap bertanggung jawab mandiri dalam Gereja.

Dan Gereja mengajarkan bahwa Sakramen Krisma, tidak peduli kapan kita menerimanya, menggenapi pembaptisan kita. Kita boleh berharap untuk menerima Sakramen Krisma pada usia ini atau itu lebih awal dengan menekankan segi rahmat, atau lebih kemudian dengan menekankan segi pemahaman, tetapi intinya bukanlah di situ. Yang harus kita lakukan adalah memahami bahwa Sakramen Krisma adalah suatu �karunia yang dapat diterima satu kali sepanjang hayat, tetapi kita masih dapat terus memohon rahmat-Nya setiap hari dalam hidup kita. Kita telah menerima semua yang kita perlukan untuk mencapai kematangan spiritual�. Kita menerima apa yang oleh tradisi Kristiani disebut Karunia Roh Kudus, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Pengertian, Nasihat, Kesalehan, Kekuatan, dan Takut akan Tuhan. Kita juga menerima buah-buah Roh Kudus, antara lain Kasih, Sukacita, Damai, Kesabaran, Keramahan, Kebaikan, Kemurahan, Kelemahlembutan, Kesetiaan, Kesederhanaan, Pengendalian diri, dan Kembali apabila kita menyaksikan perpecahan dalam Gereja, perselisihan paham , tidak adanya kejelasan, ketidakpedulian yang tampaknya disengaja, maka di situ kita menyadari perlunya kehadiran Roh Kudus. Ketimbang mengutuki kegelapan, lebih baik kita berseru mengundang Roh Kudus. Hendaknya kita memeriksa seberapa besar devosi kita kepada Roh Kudus dan seberapa tinggi penghargaan kita terhadap hari ketika kita menerima Sakramen Krisma. Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus seperti kita berdoa kepada Bapa dan Putra? Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus secara pribadi? Karena Roh Kudus adalah suatu pribadi, bukan suatu kekuatan atau suatu daya atau suatu alat. Apabila kita menerima Sakramen Krisma, maka Roh Kudus tinggal di dalam diri kita. Kita menjadi bait kudus-Nya (1 Kor 6:19).

Kita tidak harus pergi jauh-jauh untuk mengenal Dia. Kristus datang ke dunia untuk memberikan Roh Kudus kepada kita. Ia naik kepada Bapa supaya Roh Kudus dapat turun ke atas Gereja. Dalam tindakan- tindakan Ilahi ini, sejarah keselamatan menyatakan tampilnya pribadi-pribadi Ilahi. Bapa yang dalam sejarah mengutus Sang Putra merupakan gambaran dari Bapa yang melahirkan Putra dalam keabadian. Turunnya Roh Kudus atas Gereja pada hari Pentakosta adalah gambaran munculnya Roh Kudus dari Bapa dan Putra dalam keabadian.Oleh karena itu, kita harus berusaha sungguh-sungguh jangan sampai kita mengabaikan atau meremehkan kehidupan Roh Kudus dalam Tritunggal, atau kehidupan kita dalam Roh Kudus. Karya hakiki Roh Kudus adalah menampilkan kembali kehidupan, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam diri kita masing-masing dan dalam diri kita bersama-sama. Apabila kita mengabaikan Roh Kudus, maka kita juga mengabaikan Kristus. Saya mengucapkan �Selamat kepada seluruh Umat di Paroki St. Markus yang baru saja Menerima Sakramen Krisma dari Bapa Uskup Bogor Mgr Michael Cosmas Angkur OFM. Semoga Sakramen Krisma mendewasakan iman Kristiani kita semua! Amin. (Y Eko Putranto)

Sumber:
http://www.sanmardepok.com/?p=1131

Monday, September 28, 2015

Mengenal Perbedaan Antara Homili dan Kotbah

Seringkali kita dengan begitu saja menyamakan homili dengan khotbah. ternyata keduanya punya perbedaan yang cukup penting. Perbedaan itulah yang hendak dijelaskan dalam tulisan ini.

Kotbah
Khotbah bisa diartikan sebagai suatu pidato yang berhubungan dengan keagamaan. Kotbah berasal dari kata Latin: praedicare - harafiahnya: berbicara di depan, -- (Jerman: predigen, Inggris: to preach, Belanda: preek, Jawa: pr�k), yang berarti: mewartakan, menunjukkan, atau memberitakan. Secara liturgis, kotbah merupakan suatu pewartaan atau pemberitaan mengenai iman, yang temanya bisa menyangkut apa saja, dari soal KS, ajaran Gereja, ajaran moral, dsb. Demikian pula, kotbah selalu bisa diberikan di mana saja, tidak hanya dalam konteks liturgi atau ibadat, tetapi bisa juga di dalam rapat, pertemuan, di jalan raya, di pasar, di aula, di terminal, dsb.

Dalam Kisah Para Rasul, kita mebaca para tokoh suci yang berkotbah, misalnya kotbah Petrus kepada orang banyak sesudah peristiwa Pentekosta (Kis 2:14-36), kotbah Petrus di Serambi Salomo (Kis 3:12-26), di depan Mahkamah Agama (Kis 4:8-12), atau Paulus yang berkotbah di Athena (Kis 17:22-31). Singkatnya, kotbah bisa dilakukan di mana saja, mengulas tema apa saja, dan bertolak dari sumber mana saja dan tidak harus dari KS.

Homili
Homili bisa dibedakan secara jelas dari kotbah. Menurut istilahnya, homili berasal dari kata Yunani homilia, yang berarti: percakapan atau pembicaraan yang enak, akrab, saling memahami. Dalam pengertian liturgis, homili memiliki arti yang jelas dan dibedakan dengan kotbah. Berbeda dengan kotbah, homili selalu merupakan penjelasan atas bacaan KS yang dibacakan dalam liturgi atau ibadat. Dengan demikian, sifat khas homili ialah mengupas/menguraikan dan menjelaskan isi KS sesuai dengan konteks hidup jemaat saat itu. Dengan demikian pula, homili selalu ada dalam konteks liturgi atau ibadat.

Kesimpulannya, berbeda dengan kotbah, homili selalu bertemakan sesuai isi bacaan KS, bertolak dari KS dan dilaksanakan atau berlangsung dalam suatu perayaan liturgi atau ibadat. Pewartaan sesudah Injil yang disampaikan oleh uskup atau imam dalam misa kudus adalah homili. Jika ada frater, suster, bruder, prodiakon, atau pun katekis yang menyampaikan renungan sesudah pembacaan KS dalam rangka ibadat sabda atau ibadat lainnya, maka mereka menyampaikan homili.

Akan tetapi, kita juga bisa mengatakan bahwa jika suatu kotbah disampaikan dalam rangka perayaan liturgi atau ibadat, dan kotbah itu betul-betul mengulas isi KS yang dibacakan, maka kotbah itu adalah suatu homili. Jadi, kotbah bisa menjadi homili bila disampaikan dalam perayaan liturgi dan betul-betul bertolak dari isi KS. Tetapi, homili tidak bisa menjadi kotbah bila dilakukan di luar perayaan liturgi atau ibadat. Begitu di luar perayaan liturgi atau ibadat, pewartaan iman tersebut menjadi suatu kotbah. Contoh sebuah homili yang sangat bagus ialah homili Yesus, yang bisa dibaca dalam Injil Luk 4:16-21: �Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya� (Luk 4:21. Bdk. Yes 61).

Nah, kita akhirnya tahu kapan mendengar khotbah dan kapan mendengar homili, bukan?

Sumber:
http://romopatris.blogspot.co.id/2011/11/perbedaan-antara-homili-dan-kotbah.html

Sunday, September 20, 2015

Novena Natal, Tradisi yang Hampir Terlupakan

Setiap kegiatan segala sesuatunya membutuhkan persiapan. Baik itu menjelang pernikahan, menjelang kelahiran, menjelang pesta dan sebagainya, kita membutuhkan suatu persiapan yang baik agar acara yang kita nantikan dapat berjalan lancar. Hari Raya Natal adalah sesuatu kejadian yang luar biasa, kita memperingati kedatangan Mesias sang Raja kita.

Mempersiapkan Natal sebagai sesuatu peristiwa yang luar biasa tentunya membutuhkan preparasi yang bukan hanya lahiriah, tetapi juga batiniah. Masih ingatkah kita dengan tradisi menjelang Hari Raya Pentakosta (kedatangan Roh Kudus), kita diarahkan untuk melakukan persiapan dengan Novena Roh Kudus? Lalu bagaimana dengan mempersiapkan Tuhan Yesus sendiri, apakah memperingati Adven saja apakah cukup? Kali ini kita diingatkan kembali dengan tradisi lama Gereja yang sebenarnya sudah berkembang sejak abad pertengahan di Spanyol dan Perancis.

Novena adalah kegiatan persiapan dengan mendoakan devosi 9 hari berturut-turut. Menurut tradisi, persiapan 9 hari ini erat kaitannya dengan lambang persiapan 9 bulan mengandungnya Bunda Maria (yang sebenarnya dirayakan dari 25 Maret). Novena ini kemudian dibentuk dalam beberapa versi, ada yang menyebutkan Novena Natal Santo Andreas (karena ada yang mendoakannya setelah Pesta Santo Andreas, 30 November dengan berturut-turut jeda tiap 4 hari hingga jatuh pada hari Natal, tepat 9 kali!) dan ada juga doa yang diformulasikan kembali oleh seorang imam Italia bernama Charles Vachetta, CM pada 1721 namun imprimaturnya baru tersebar luas pada pada 1800-an. Doa Novena tersebut didoakan 9 hari berturut-turut sejak tanggal 16 Desember hingga jatuhnya vigili hari Natal di 24 Desember.

Lalu bagaimanakah sebenarnya formulasi Doa Novena Natal ini? Formulasinya sebenarnya diambil dari kitab Mazmur dan bacaan lain pada perjanjian lama serta Magnificat. Dalam beberapa literatur, doa Novena Natal ini juga ada yang menggabungkannya dengan tradisi mendaraskan atau menyanyikan �Antifona Tujuh �O�� yang ada pada teks doa Brevier pada masa Adven, dan doa ini layaknya didoakan sesudah Minggu ke-3 Adven (Minggu Sukacita). Antifon Tujuh �O� itu adalah suatu bentuk pengagungan kepada Yesus Sang Mesias dan Emmanuel yang dijanjikan dengan gelar-gelarnya, yaitu: (1) �O Sapientia� atau �Ya Kebijaksanaan� (2) �O Adonai� atau �Ya Tuhan� (3) �O Radix Jesse� atau �Ya Tunas Isai� (4) �O Clavis David� atau �Ya Kunci Daud� (5) �O Oriens� atau �Ya Bintang Fajar� (6) �O Rex Gentium� atau �Ya Raja Segala Bangsa� (7) �O Emmanuel� atau �Ya Tuhan Beserta Kita�. Dari kesemua suku huruf awal yang tercetak tebal miring sesudah �O� itu bila dirangkai dari belakang, maka akan membentuk kalimat: �ERO CRAS!� yang seolah-olah merupakan jawaban Tuhan Yesus atas seruan doa-doa kita dengan arti dari kalimat tersebut adalah: �Besok, Aku akan Datang!�

Lanjut, bagaimanakah bentuk Doa Novena Natal ini? Untuk informasi lebih jelasnya, silakan men-download-nya melalui website stasi kita disini.

(Semoga masa Adven ini memberi kita pelajaran iman, �Indahnya suatu penantian akan Tuhan�)

Sumber :
http://www.stasisorowako.net/#!Novena-Natal-Tradisi-yang-Hampir-Terlupakan/

Monday, September 14, 2015

Santa Perawan Maria Berdukacita

oleh: P. William P. Saunders

Pada bulan September kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Dapatkah dijelaskan makna dan asal-mula peringatan ini?
~ seorang pembaca di Fairfax

Gelar �Bunda Dukacita� diberikan kepada Bunda Maria dengan menitikberatkan pada sengsara dan dukacitanya yang luar biasa selama sengsara dan wafat Kristus. Menurut tradisi, sengsara Bunda Maria ini tidak terbatas hanya pada peristiwa-peristiwa sengsara dan wafat Kristus; melainkan meliputi �tujuh dukacita� Maria, seperti yang dinubuatkan Nabi Simeon yang memaklumkannya kepada Maria, �Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan - dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.� (Lukas 2:34-35). Tujuh Dukacita Bunda Maria meliputi Nubuat Simeon, Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir; Kanak-kanak Yesus Hilang dan Diketemukan di Bait Allah; Bunda Maria Berjumpa dengan Yesus dalam Perjalanan-Nya ke Kalvari; Bunda Maria berdiri di kaki Salib ketika Yesus Disalibkan; Bunda Maria Memangku Jenasah Yesus setelah Ia Diturunkan dari Salib; dan kemudian Yesus Dimakamkan.

Secara keseluruhan, nubuat Simeon bahwa sebilah pedang akan menembus hati Bunda Maria digenapi dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, Bunda Maria terkadang dilukiskan dengan hatinya terbuka dengan tujuh pedang menembusinya. Dan yang terpenting ialah bahwa setiap dukacita diterima Bunda Maria dengan gagah berani, dengan penuh kasih, dan dengan penuh kepercayaan, seperti digemakan dalam Fiat-nya, �jadilah padaku menurut perkataan Tuhan,� yang diucapkannya pertama kali dalam peristiwa Kabar Sukacita.

Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita mulai populer pada abad keduabelas, meskipun dalam berbagai gelar yang berbeda. Beberapa tulisan didapati berasal dari abad kesebelas, teristimewa di kalangan para biarawan Benediktin. Pada abad keempatbelas dan kelimabelas, peringatan dan devosi ini telah tersebar luas di kalangan Gereja.

Yang menarik, pada tahun 1482, peringatan ini secara resmi dimasukkan dalam Misale Romawi dengan gelar �Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan,� (Our Lady of Compassion) dengan menekankan besarnya cinta kasih Bunda Maria yang diperlihatkannya dalam sengsara bersama Putranya. Kata `compassion' berasal dari kata Latin `cum' dan `patior' yang artinya �menderita bersama�. Dukacita Bunda Maria melampaui dukacita siapa pun oleh sebab ia adalah Bunda Yesus, yang bukan hanya Putranya, melainkan juga Tuhan dan Juruselamatnya; Bunda Maria sungguh menderita bersama Putranya. Pada tahun 1727, Paus Benediktus XIII memasukkan Peringatan Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan dalam Penanggalan Romawi, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Hari Minggu Palma. Peringatan ini kemudian ditiadakan dengan revisi penanggalan yang diterbitkan dalam Misale Romawi tahun 1969.

Pada tahun 1668, peringatan guna menghormati Tujuh Dukacita Maria ditetapkan pada hari Minggu setelah tanggal 14 September, yaitu Pesta Salib Suci. Peringatan ini kemudian disisipkan dalam penanggalan Romawi pada tahun 1814, dan Paus Pius X menetapkan tanggal yang permanen, yaitu tanggal 15 September sebagai Peringatan Tujuh Duka Santa Perawan Maria (yang sekarang disederhanakan menjadi Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita). Penekanan utamanya di sini adalah Bunda Maria yang berdiri dengan setia di kaki salib di mana Putranya meregang nyawa; seperti dicatat dalam Injil St. Yohanes, �Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: `Ibu, inilah, anakmu!' Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: `Inilah ibumu!'� (Yohanes 19:26-27). Konsili Vatikan Kedua dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja menulis, ��ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Putranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.� (#58).

St. Bernardus (wafat tahun 1153) menulis, �Sungguh, ya Bunda Maria, sebilah pedang telah menembus hatimu�. Ia wafat secara jasmani oleh karena kasih yang jauh lebih besar daripada yang dapat dipahami manusia. Bunda-Nya wafat secara rohani oleh karena kasih seperti yang tak dapat dibandingkan selain dengan kasih-Nya.� (De duodecim praerogatativs BVM).

Dengan menekankan belas kasihan Bunda Maria, Bapa Suci kita, Paus Yohanes Paulus II, mengingatkan umat beriman, �Bunda Maria yang Tersuci senantiasa menjadi penghibur yang penuh kasih bagi mereka yang mengalami berbagai penderitaan, baik fisik maupun moral, yang menyengsarakan serta menyiksa umat manusia. Ia memahami segala sengsara dan derita kita, sebab ia sendiri juga menderita, dari Betlehem hingga Kalvari. 'Dan jiwa mereka pula akan ditembusi sebilah pedang.' Bunda Maria adalah Bunda Rohani kita, dan seorang ibunda senantiasa memahami anak-anaknya serta menghibur dalam penderitaan mereka. Dengan demikian, Bunda Maria mengemban suatu misi istimewa untuk mencintai kita, misi yang diterimanya dari Yesus yang tergantung di Salib, untuk mencintai kita selalu dan senantiasa, dan untuk menyelamatkan kita! Lebih dari segalanya, Bunda Maria menghibur kita dengan menunjuk pada Dia Yang Tersalib dan Firdaus!� (1980).

Oleh sebab itu, sementara kita menghormati Bunda Maria, Bunda Dukacita, kita juga menghormatinya sebagai murid yang setia dan teladan kaum beriman. Marilah kita berdoa seperti yang didaraskan dalam doa pembukaan Misa merayakan peringatan ini: �Bapa, sementara PutraMu ditinggikan di atas salib, Bunda-Nya Maria berdiri di bawah kaki salib-Nya, menanggung sengsara bersama-Nya. Semoga Gereja-Mu dipersatukan dengan Kristus dalam Sengsara dan Wafat-Nya, sehingga beroleh bagian dalam kebangkitan-Nya menuju hidup baru.� Dengan meneladani Bunda Maria, semoga kita pun dapat mempersatukan segala penderitaan kita dengan sengsara Kristus, serta menghadapinya dengan gagah berani, penuh kasih dan kepercayaan.

sumber : �Straight Answers: Mother of Sorrows� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Sejarah Pesta Salib Suci

Dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik setiap tanggal 14 September dirayakan Pesta Salib Suci. Pesta Salib Suci (/In Exaltatione Sanctae Crucis/), sesuai namanya, termasuk kategori pesta (/festum/), wajib dirayakan oleh seluruh Gereja Katolik.

Pada awalnya Pesta Salib Suci dimaksudkan untuk memperingati penemuan salib Yesus oleh Santa Helena, ibu Kaisar Romawai Konstantinus pada tanggal 18 Agustus 320. Dikisahkan pada awalnya para penggali menemukan tiga salib, tetapi mereka tak bisa menentukan yang mana salib Yesus dan yang mana salib kedua penjahat yang disalibkan bersama dia. Akhirnya mereka mendapat ide yang cemerlang. Mereka membawa seorang wanita yang sakit dan satu mayat yang sudah akan dikuburkan. Ketiga salib tersebut diletakkan di atas wanita yang sakit dan mayat tersebut. Dua salib yang pertama tidak memiliki kekuatan apa-apa. Sementara ketika salib yang ketiga ditempatkan di atas wanita yang sakit tersebut, wanita itu segera sembuh. Dan ketika salib itu ditempatkan di atas mayat tersebut, ia memiliki hidup kembali. Dari dua kejadian luar biasa ini maka mereka dengan segera mengetahui salib yang mana yang suci. Berita langsung tersebar luas. Orang-orang datang menghormati salib suci tersebut.

Sejarah mencatat bahwa setelah penemuan salib Yesus itu oleh Santa Helena, sebuah basilika didirikan oleh Kaisar Konstantinus di atas Makan Kudus Yesus di Yerusalem. Dan kemudian basilika itu ditahbiskan pada tanggal 14 September 335 dengan sangat meriah dan khidmat. Pentahbisan tersebut dirayakan oleh para uskup yang baru selesai mengikuti Konsili Tirus, ditambah dengan sejumlah besar uskup yang lain.Satu hari setelah penahbisan basilika tersebut, kayu Salib Suci diperlihatkan kepada umat di Yerusalem. Kemudian salib itu dibagi-bagi menjadi potongan-potongan kecil untuk disimpan dalam batu altar gedung-gedung gereja di seluruh dunia sebagai relikui. Sejak saat itulah perayaan Salib Suci sudah menjadi kegiatan rutin di Gereja Timur. Tradisi ini terus berlanjut dan setiap tahun selalu dirayakan di Yerusalem. Ternyata perayaan ini menarik sejumlah besar biarawan dari Mesopotamia, Siria, Mesir dan dari provinsi-provinsi Romawi lainnya untuk datang ke Yerusalem. Tidak kurang dari 40 uskup rela menempuh perjalanan jauh dari keuskupan mereka untuk menghadiri perayaan ini. Di Yerusalem pesta ini berlangsung selama 8 hari berturut-turut dan, pada masa itu, pesta ini menjadi suatu perayaan yang hampir sama pentingnya dengan Paskah dan Epifani (Penampakan Tuhan). Pesta ini kemudian menyebar ke luar Yerusalem, mulai dari Konstantinopel (sekarang Istambul) hingga Roma pada akhir abad VII,dan akhirnya perayaan ini kemudian menjadi bagian dari liturgi Gereja Barat pada abad ketujuh, yang dikenal dengan Pesta Salib Suci.

http://katekesekatolik.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-pesta-salib-suci.html

Friday, September 4, 2015

Pengertian Serta Fungsi Misdinar

Hello guys, mari kita membahas tentang "apa sih misdinar itu?" Sebagian besar masyarakat memang mengartikan Misdinar sebagai asistennya pastor/romo, tapi ternyata ada arti dan fungsi lain dari misdinar yang belum kita ketahui loh guys. Maka pada post kali ini admin akan memberitahukan arti dan pengertian tentang misdinar yang menjadi pelayan Altar itu. Baiklah guys, selamat membaca post pertama ini.

Kata "Misdinar" berasal dari bahasa Belanda yaitu misdienaar yang berarti Asisten Misa. Sesuai dengan namanya, tugas-tugas misdinar antara lain adalah membantu Imam dalam merayakan Ekaristi. Tetapi, misdinar juga berfungsi sebagai Pelayan Tuhan yang melayani pada saat misa maupun diluar misa (di lingkungan).

Sebagai pelayan Tuhan, misdinar juga diberi kebebasan untuk mengatur dirinya selama itu masih benar, jadi misdinar yang bisa diartikan sebagai "Tentara Allah" itu tidak seperti tentara biasa yang biasanya selalu tegang dan serius hanya saja pada saat bertugas kita tidak boleh bercanda.

Pelindung misdinar adalah St Tarsisius.Dan motto misdinar disini adalah:"Kita disini dipanggil untuk melayani bukan dilayani." Jadi, bagi para misdinar, jangan pernah merasa capek atau ngeluh yah kalau disuruh tugas terus, namanya aja melayani. Selain motto, misdinar juga memiliki pilar yang menjadi pedoman hidup misdinar yaitu: Sabda Tuhan, Doa dan Liturgi, Persaudaraan dan Pelayanan. Keempat pilar tersebut menjadi inti sehingga keempatnya harus dijalankan agar menjadikan kita misdinar-misdinar yang bermanfaat dan berkualitas guys.

Menjadi Misdinar tentu memiliki beberapa kelebihan diantaranya: Bisa memegang alat-alat liturgi yang tidak semua orang bisa memegang itu,bisa memakai jubah yang keren (tergantung penilaian diri masing-masing), bisa lebih dekat dengan imam (soalnya biasanya tempat duduk misdinar di depan), biasanya mendapat kesempatan pertama dalam menerima Tubuh Kristus, Tidak perlu repot mencari tempat duduk, dll.

Selain itu semua, menjadi misdinar juga sekalian nabung pahala lah guys, meskipun tidak selalu menjadi misdinar menyenangkan, tetapi bagaimanapun juga kalau ada teman apalagi teman seiman segalanya menjadi lebih nyaman gimana... gitu....? Menjadi Putra Altar bukan karena kebetulan loh guys, dan tidak dapat dipaksakan meskipun oleh guru,orang tua, suster, bahkan pastor sekalipun. Menjadi menjadi misdinar merupakan suatu panggilan untuk ikut serta dalam tugas pelayanan di altar, yang mewakili umat Allah bersama-sama mengenang perjamuan Tuhan yang dihadirkan kembali dalam perayaan Ekaristi.

Menjadi misdinar memang suatu pekerjaan yang mulia,tapi tidak boleh dipaksakan,harus dari hati. Baiklah guys, sekian dulu post admin hari ini, semoga kita dapat melayani Tuhan dengan sepenuh hati setelah mengerti arti misdinar sesungguhnya. Sekian dulu yah guys, sekian dan Tuhan memberkati!!!

http://misdinarredemptormundi.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-serta-fungsi-misdinar.html

Sunday, August 30, 2015

Menanggapi Sabda dengan Mazmur

Seorang Pemazmur sering bertanya: �Bolehkah hanya dua ayat Mazmur Tanggapan yang dinyanyikan?� Apa latar belakang pertanyaan itu? Menyanyikan seluruh ayat yang tersedia mungkin dianggap bisa menyita cukup banyak waktu. Melalui pertanyaan itu mau dicari kepastian tentang norma liturgis yang mengaturnya.

Sebenarnya tidak ada aturan khusus tentang itu. Mengenai �ayat mazmur� hanya disebutkan satu kali dalam PUMR 61: �Pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok.� Tidak ada tentang berapa jumlah ayat yang harus dinyanyikan atau boleh �didiskon�.

Ketiadaan aturan tentang itu bisa dimaknai bahwa tidak perlu ada pengurangan ayat-ayat, karena untuk menanggapi Sabda Allah janganlah memperhitungkan kerugian kehilangan waktu. Jadi, berapa pun jumlah ayat yang tersedia sebaiknya diungkapkan semuanya dengan didorong oleh semangat sukacita karena telah boleh merasakan kembali kehadiran Allah yang bersabda. Sesungguhnya, ketika ayat-ayat itu dinyanyikan, ada peristiwa Ilahi sedang terjadi.

Sabda menanggapi Sabda

Sesudah Sabda Allah dimaklumkan, umat pun menanggapinya. Bacaan Pertama diikuti Mazmur Tanggapan. Begitulah yang biasa terjadi. Namun, sebenarnya tanggapan umat sudah muncul sebelum Mazmur Tanggapan itu sendiri dilantunkan. Ternyata, ada beberapa bentuk tanggapan umat.

Tanggapan pertama adalah sikap umat yang mendengarkan Sabda. Umat diam, membuka mata, budi, dan hati untuk menangkap kehadiran Allah yang berfirman. Tanggapan kedua adalah sejenak menciptakan keheningan bersama setelah Bacaan Pertama berlangsung sebagai kesempatan untuk merenung. Kedua tanggapan itu bersifat non-verbal.

Mazmur Tanggapan adalah bentuk ketiga yang bersifat verbal. Bagian ini merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda dan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah (PUMR 61). Melalui Mazmur Tanggapan, kita diajak untuk merasakan Sang Sabda yang kembali menjelma menjadi manusia dalam hati kita dan membimbing kita untuk memuliakan Allah Bapa.

Kita menanggapi Sabda Allah dengan menggunakan Sabda Allah juga, yang telah mengisi batin kita. Suatu peristiwa timbal balik terjadi dalam Liturgi Sabda. Sesudah Allah berbicara kepada kita, kita pun ganti berbicara kepada Allah melalui Mazmur Tanggapan. Mazmur ini bukan hanya berkaitan dengan Sabda Allah, tapi juga adalah Sabda Allah.

Sebaiknya dilagukan

Secara historis tercatat bahwa bangsa Israel, umat terpilih, menanggapi karya-karya agung Allah dengan nyanyian yang bersumber dari Kitab Suci. Mazmur-mazmur telah dibuat dan kemudian didoakan sepanjang sejarah umat Israel. Semasa hidup-Nya, Yesus juga menaati tradisi bangsa-Nya. Kata-kata yang dirangkai dalam mazmur digenapi dalam diri Yesus ketika Ia membawakannya. Di antara ayat demi ayat dan mazmur demi mazmur terdapat misteri tersembunyi, namun tersingkap dalam diri Yesus yang sedang berdoa kepada Bapa-Nya.

Tradisi liturgis juga mewariskan cara menanggapi pemakluman dan aktualisasi karya-karya agung Allah itu dengan melagukan Mazmur Tanggapan. Cara ini merupakan kebiasaan Gereja dalam beribadat yang terawat hingga kini. Sesuai dengan hakikat suatu mazmur, maka sebaiknya Mazmur Tanggapan dilagukan, bukan sekadar dibacakan. Sekurang-kurangnya bagian ulangan yang dibawakan oleh umat, untuk menambah agung aksi pemuliaan kita bagi Allah.

Teks Mazmur Tanggapan sudah diseleksi dan disesuaikan dengan bacaan yang dimaklumkan. Satu tim ahli dari pelbagai disiplin ilmu telah menyusunnya dalam buku Lectionarium. Karena fungsinya untuk menanggapi Sabda, maka bagian ini semestinya tak diganti dengan lagu apa saja tentang Sabda, atau malah sembarang lagu antarbacaan yang tak selaras dengan isi bacaan yang baru saja diwartakan.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2012/02/23/menanggapi-sabda-dengan-mazmur

Thursday, August 27, 2015

Mencari dan Menyanyikan Mazmur Tanggapan pada Hari Biasa

"Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi Sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab." Demikian kutipan dari Pedoman Umum Misale Romawi artikel 57. Umat yang terbiasa setia menjalankan liturgi sesuai norma-norma bakunya, terkadang mengalami kesulitan ketika ingin melagukan Mazmur Tanggapan pada perayaan Ekaristi yang jatuh pada hari biasa. Bagaimana mencari teks lagunya? Apa ulangannya, dan bagaimana nada ayatnya? Tulisan singkat ini diharapkan dapat membantu para praktisi liturgi agar dapat mencari dan melagukan Mazmur Tanggapan secara layak dan benar.

Pada Misa hari Minggu, biasanya seluruh bagian Mazmur Tanggapan dinyanyikan. Pola responsorial (ulangan-ayat) adalah yang lazim dipakai. Pola ini dapat seluruhnya dibacakan; seluruhnya dinyanyikan; atau sebagian dibaca, sebagian dinyanyikan. Jika ingin dinyanyikan namun tidak ada penyanyi yang cakap, sekurang-kurangnya bagian ulanganlah yang dinyanyikan bersama umat, sedangkan ayat dapat hanya dibaca saja.

Jika ingin seluruh bagian dinyanyikan, buku yang paling tepat dipakai adalah Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya dari Komisi Liturgi KWI. Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya (MTA) memang dikemas untuk Mazmur Tanggapan Misa hari Minggu dan hari raya. Namun buku ini juga bisa dimanfaatkan untuk Misa yang jatuh pada hari biasa.

Perlu diketahui bahwa buku MTA (seperti halnya Puji Syukur) menyediakan tidak hanya daftar isi, tapi juga indeks. Ada 3 macam indeks berkaitan dengan Mazmur Tanggapan:
1. Indeks Tema Mazmur, halaman 468
2. Indeks Mazmur, Kidung dan Madah; halaman 472
3. Indeks Ulangan Mazmur, halaman 475

Berikut tahap-tahap untuk mencari nyanyian Mazmur Tanggapan pada hari biasa:
1. Lihat kalender liturgi, catat nomor bab dan ayat Mazmur. Posisi di kalender liturgi ada di antara bacaan pertama dan bacaan Injil.
2. Lihat Indeks Mazmur, Kidung dan Madah dari buku MTA halaman 472.
3. Pada indeks tsb, angka awal yang dicetak tebal menunjukkan nomor bab, nomor berikutnya menunjukkan nomor ayat, dan setelah titik-titik panjang menunjukkan halaman di buku MTA.
4. Sesuaikan nomor bab dan ayat di kalender liturgi dengan yang ada di indeks.
5. Ketemu deh....

Contoh 1:
1. Untuk tanggal 4 November 2013 peringatan St. Carolus Borromeus, menurut kalender liturgi Mazmur Tanggapannya adalah: Mzm. 69:30-31,33-34,36-37;
2. Pada indeks, bila dicari akan ketemu Mazmur 069 (lihat angka dicetak tebal). Di situ ada dua nomor 069, cari yang ayatnya sesuai, maka akan ketemu tulisan 069: 14.17.30-31.33-34.36ab.37; Ul; lh. 33.......422
3. Tulisan yang terakhir itu berarti pada halaman 422 buku MTA ayat mazmur diambil dari ayat 14.17.30-31.33-34.36ab.37; dan ulangan diambil berdasar ayat 33 (ulangan tidak selalu persis sama).
4. Pada halaman 422 tsb akan ketemu Mazmur dangan 4 ayat. Tinggal disesuaikan dengan kalender liturgi ayat mana yang dipakai.
5. Maka untuk tanggal 4 November 2013, jika hendak menyanyikan Mazmur Tanggapan dapat memakai buku MTA halaman 422 ayat 2-4.

Contoh 2:
1. Untuk tanggal 5 November 2013, Mazmur sesuai kalender liturgi adalah: Mzm. 131:1,2,3;
2. Melihat indeks, akan ketemu yang sama persis pada halaman 150.

Contoh 3:
1. Untuk tanggal 31 Oktober 2013, Mazmur sesuai kalender liturgi adalah : Mzm. 109:21-22,26-27,30-31;
2. Setelah dicari di indeks, ternyata tidak ada yang pas.
3. Untuk kasus ini ada 2 cara lain yang bisa dilakukan:
3a. Memakai Indeks Tema buku MTA halaman 468. Dapat dipilih sesuai tema perayaan.
3b. Memakai Mazmur Alternatif sesuai masa liturgi, lihat halaman 200-221.
4. Untuk kedua cara lain di atas, penting memperhatikan tema bacaan pertama, agar sifat Mazmur sebagai tanggapan atas bacaan pertama benar cocok.

Semoga membantu, selamat bermazmur.....

Wednesday, August 26, 2015

Cara Membawakan Mazmur Tanggapan

Ada yang merasa geli ketika pemazmur mengucapkan: �Mazmur Tanggapan, dengan refrein: � � Lalu, setiap mengakhiri satu ayat ia memberi aba-aba kepada umat dengan ucapan �Refrein!� Frasa dan kata itu sebenarnya tak ada dalam buku Lectionarium. Mungkin terpaksa dilakukan agar umat terjaga dan bersiap ikut menanggapi Sabda secara kompak.

Cara itu mengingatkan kita pada petunjuk pelaksanaan saat upacara bendera, misalnya: �Inspektur upacara memasuki tempat upacara�. Pasukan disiapkan� Mengheningkan cipta mulai�� Petunjuk upacara bendera itu mungkin setara dengan rubrik dalam buku liturgis. Bedanya, dalam perayaan liturgi petunjuk rubrik itu tidak dibacakan.

Cara instruktif itu dapat dianggap mengabaikan kaidah keindahan berliturgi karena mengandalkan kata-kata petunjuk yang tidak diperlukan. Satu contoh lagi untuk virus verbalisme. Ada cara-cara lain yang lebih indah untuk menghidupkan pembawaan Mazmur Tanggapan. PUMR 61 juga sudah menganjurkan bahwa Mazmur Tanggapan hendaknya dilagukan, sekurang-kurangnya bagian ulangan (refrein/antifon) yang dibawakan oleh umat.

Pilihan cara dan tempat

Cara membawakan mempunyai dua arti membacakan atau melagukan. Membawakan Mazmur Tanggapan dengan cara dibacakan biasanya dipilih untuk Misa harian, atau jika tidak ada pemazmur yang bertugas. Peran pemazmur pun diambil alih langsung oleh lektor, yang mestinya lebih tepat oleh petugas lain.

Membacakan saja memang tidak dianjurkan. Jika terpaksa dilakukan, maka perlu penjiwaan yang sesuai dengan isi teks mazmurnya, bukan dibacakan seperti untuk pembacaan Kitab Suci. Jika tidak dilagukan, Mazmur Tanggapan didaras sedemikian rupa sehingga membantu permenungan Sabda Allah.

Melagukan dapat dalam cara sederhana (hanya bagian ulangan yang dinyanyikan) atau cara lengkap (semua dinyanyikan). Inilah cara yang dianjurkan sesuai dengan hakikat suatu mazmur sebagai nyanyian. PUMR 61 memperjelas: �Umat tetap duduk dan mendengarkan; dan sesuai ketentuan, mereka ambil bagian dengan melagukan ulangan, kecuali jika seluruh mazmur dilagukan sebagai satu nyanyian utuh tanpa ulangan.�

Di mana tempat pemazmur bertugas? Pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok. Di mimbar, karena Mazmur Tanggapan masih merupakan unsur Liturgi Sabda. Di tempat lain karena ada beberapa pertimbangan. Misalnya, karena sang pemazmur adalah bagian dari koor atau karena jumlah pemazmur tidak tertampung di mimbar, maka dipilihlah tempat lain yang lebih memadai.

Cara musikal

Cara menyanyikan Mazmur Tanggapan ternyata tidaklah tunggal. Kelima cara berikut ini pada dasarnya pengembangan dari dua cara melagukan yang sudah ada, yakni cara dengan ulangan (responsorial) atau tanpa ulangan (PUMR 61).

Empat cara pertama berkaitan dengan ulangan, yang selalu dilagukan bersama oleh seluruh jemaat.
(1) Pemazmur dan umat: Seorang pemazmur memimpin jemaat dalam menanggapi Sabda. Ia terlebih dulu melagukan bagian ulangan, kemudian umat mengulanginya.
(2) Pemazmur dan umat: Supaya lebih variatif, diperlukan dua pemazmur.
(3) Kor dan umat: Untuk lebih menampilkan kebersamaan maka peran seorang pemazmur digantikan kelompok kor.
(4) Umat dibagi dua kelompok: Terdiri dari kelompok jemaat yang duduk di bagian kanan dan kiri, atau deretan depan dan belakang.

Satu cara lagi tidak memakai ulangan: (5) Umat bersama-sama: Ini cara yang paling menunjukkan partisipasi umat secara penuh. Semua bersama-sama menanggapi Sabda Allah dengan bernyanyi sejak awal hingga akhir.

Cara pertama sudah lazim dilakukan. Keempat cara lainnya boleh dicoba. Marilah kita bawakan Mazmur Tanggapan secara optimal sebagai ungkapan sukacita menyambut Sabda Allah.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia

Dikutip dari:
http://m.hidupkatolik.com/index.php/2012/03/02/cara-membawakan-mazmur-tanggapan

Tuesday, August 25, 2015

Bolehkah Mazmur Tanggapan digantikan dengan Lagu Rohani?

Sering kali dalam perayaan Misa, baik di dalam perayaan Misa kategorial, Misa di rumah duka, ataupun Misa di lingkungan, Mazmur Tanggapan digantikan dengan lagu rohani yang tidak ada hubungannya dengan teks Kitab Suci yang dibacakan saat itu. Pertanyaannya adalah apakah hal-hal seperti ini diperbolehkan? Kalau tidak diperbolehkan, apakah alasannya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengacu kepada ketentuan tentang Liturgi Sabda yang tertulis dalam Pedoman Umum Misale Romawi / PUMR:

�B Liturgi Sabda"

55. Bagian utama Liturgi Sabda terdiri dari bacaan-bacaan Kitab Suci bersama-sama dengan pendarasan Mazmur di antara bacaan-bacaan tersebut. Homili, Syahadat dan Doa Umat mengembangkan dan mengakhiri bagian Misa [Liturgi Sabda] ini�.

Bacaan-bacaan Kitab Suci

57. Dalam bacaan-bacaan ini, mimbar Sabda dipersiapkan bagi umat beriman, dan kekayaan Kitab Suci dibukakan kepada mereka. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mempertahankan penyusunan bacaan-bacaan Kitab Suci, yang melaluinya dicurahkan terang kesatuan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan sejarah keselamatan. Lagipula, tidak diperbolehkan untuk menggantikan dengan teks-teks non Biblis terhadap bacaan-bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan, yang mengandung Sabda Allah.

61. Setelah bacaan pertama, Mazmur Tanggapan didaraskan, yang menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan Liturgi Sabda dan memegang posisi penting secara liturgis dan pastoral, sebab pendarasan Mazmur mendukung permenungan Sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan harus sesuai dengan setiap bacaan dan hendaknya, sebagai ketentuan, diambil dari Lektionari.

Adalah lebih dianjurkan agar Mazmur Tanggapan dinyanyikan, sedikitnya pada bagian tanggapan umat. Oleh karena itu, pemazmur, atau pemimpin Mazmur, menyanyikan ayat-ayat Mazmur dari ambo atau tempat lain yang layak/ sesuai. Seluruh umat tetap duduk dan mendengarkan, tetapi sebagai ketentuan, mengambil bagian dengan menyanyikan tanggapan/ refrein, kecuali ketika Mazmur dinyanyikan langsung tanpa refrein. Adapun agar umat dapat menyanyikan Mazmur Tanggapan dengan lebih siap, teks dari beberapa refrein dan Mazmur telah dipilih dari bermacam masa dalam tahun atau untuk beragam katagori para Santo/Santa. Ini dapat dipergunakan pada bagian teks yang sesuai dengan bacaan ketika Mazmur dinyanyikan. Jika Mazmur tidak dapat dinyanyikan, maka harus dibacakan sedemikian agar sesuai/ cocok untuk mendukung permenungan Sabda Tuhan�..�

Ketentuan PUMR ini mengambil dasar dari ajaran Katekismus:

KGK 1093 Roh Kudus menyelesaikan di dalam tata sakramental apa yang dipralukiskan dalam Perjanjian Lama. Karena Gereja Kristus sudah �dipersiapkan atas cara yang mengagumkan dalam Perjanjian Lama� (LG 2), liturgi Gereja mempertahankan unsur-unsur ibadah Perjanjian Lama sebagai satu bagian hakiki yang tidak dapat diganti dan menerimanya:
� pertama-tama pembacaan Perjanjian Lama;
� doa mazmur;
� dan terutama kenangan akan peristiwa-peristiwa yang membawa keselamatan, dan kenyataan-kenyataan yang telah terpenuhi di dalam misteri Kristus (janji dan perjanjian, eksodus dan paska, kerajaan dan kenisah, pembuangan & kedatangan kembali).

Sebagaimana Kristus mengajarkan penghormatan terhadap Kitab Suci, dengan pembacaan Kitab Perjanjian Lama (kitab-kitab Musa dan kitab para nabi, termasuk doa Mazmur) dan penggenapannya di dalam Dirinya-sebagaimana dinyatakannya kepada dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus, Luk 24:13-35- maka Gereja juga melakukannya demikian dalam perayaan Ekaristi.

Selanjutnya, Katekismus mengajarkan bahwa kehadiran Kristus dalam perayaan Ekaristi itu nyata dalam 4 hal: 1) dalam diri imam (in persona Christi); 2) di dalam Sabda-Nya dalam pembacaan Kitab Suci; 3) di dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan; 4) di dalam umat/Gereja yang berdoa dan bermazmur, atas dasar firman Yesus bahwa di mana ada dua atau tiga orang berkumpul, Ia hadir di tengah-tengah mereka (lih. Mat 18:19):

KGK 1088 �Untuk melaksanakan karya sebesar itu, Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya, terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam kurban misa, baik dalam pribadi pelayan, karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-Sakramen sekian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka (Mt 18:20)� (SC 7).

Mengingat bahwa bacaan-bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan adalah Sabda Tuhan yang saling berkaitan, di mana Tuhan Yesus sendiri hadir di dalamnya, maka sesungguhnya, bukan bagian umat untuk mengubah ataupun memisahkan keterkaitan ini dengan lagu pilihan sendiri yang tidak ada kaitannya dengan bacaan Kitab Suci yang sudah ditentukan pada perayaan Ekaristi tersebut. Jadi, tidak pada tempatnya jika kita mengganti Mazmur dengan nyanyian lain, walaupun merupakan lagu rohani. Dalam pendarasan Mazmur, umat menanggapi bacaan Sabda Tuhan, juga dengan doa yang diambil dari Sabda Tuhan, yang umumnya berhubungan juga dengan tema bacaan Kitab Suci yang dibacakan. Mazmur Tanggapan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bacaan-bacaan Kitab Suci lainnya dalam Liturgi Sabda, dan karena itu tidak selayaknya diganti menurut selera umat ataupun komunitas yang menyelenggarakan Misa Kudus. Sebagaimana imam ataupun umat tak sepantasnya mengganti teks dalam Liturgi Ekaristi, demikian juga tak sepantasnya umat mengganti teks dalam Liturgi Sabda, yang dalam hal ini meniadakan Sabda Allah yang harusnya dibacakan/ dinyanyikan sebagai Mazmur Tanggapan.

Ini juga jelas disebutkan dalam Redemptionis Sacramentum:

�62. Tidak juga diperkenankan meniadakan ataupun menggantikan bacaan-bacaan Kitab Suci yang sudah ditetapkan, atas inisiatif sendiri, apalagi �mengganti bacaan dan Mazmur Tanggapan yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Kitab Suci� (RS 62)

Penggantian Mazmur dengan lagu-lagu lain ini tidak diperbolehkan, apalagi jika sebagai gantinya adalah lagu pop rohani yang tidak mengandung teks Sabda Tuhan. Karena kalau hal-hal ini dilakukan, tanpa disadari hal ini dapat berakibat pada umat, semacam sikap yang menghubungkan perayaan iman dengan �apa yang saya sukai�, daripada mengindahkan �apa yang tepat dan benar�, menurut kehendak Tuhan. Jika ini yang terjadi, maka sebenarnya terjadi penyimpangan dari hakekat liturgi, yang harusnya merupakan karya bersama antara Kristus sebagai kepala Gereja dan kita sebagai anggota-anggota-Nya; sehingga kita harus mengutamakan kehendak Kristus terlebih dahulu -sebagaimana yang telah dilestarikan selama berabad-abad dalam Gereja- dan tidak mengutamakan selera ataupun perasaan kita sendiri.

Perlu kita ingat kembali bahwa perayaan Ekaristi merupakan karya Kristus sendiri dan Gereja dalam menghadirkan kembali Misteri Paska Kristus: yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Misteri ini adalah peristiwa iman, dan sama sekali bukan tontonan ataupun pertunjukan/ performance, yang dengan mudah dan bebas dapat diubah-ubah sesuai kemauan penyelenggara. Peristiwa iman ini selayaknya dirayakan seturut tradisi Gereja selama berabad-abad, yang dilakukan atas dasar kepercayaan akan kehadiran Yesus secara nyata dalam perayaan Ekaristi, baik dalam keseluruhan liturgi Sabda, maupun dalam keseluruhan liturgi Ekaristi.

Sumber :
http://www.katolisitas.org/9387/bolehkah-mazmur-tanggapan-digantikan-dengan-lagu-rohani

Sunday, August 23, 2015

Merenungkan Pentingnya Mazmur Tanggapan

Saat Misa Kudus hari Minggu di sebuah gereja pinggiran kota, setelah bacaan pertama dibacakan, lektor yang bertugas langsung turun dari mimbar, dan tiba-tiba ada suara pengumuman dari dirigen: �Untuk menanggapi Sabda Tuhan marilah kita menyanyikan lagu antar bacaan, nomer�..�. Secara liturgis, ada dua hal yang tidak pas dengan kejadian dan pengumuman ini. Pertama, setelah bacaan pertama itu semestinya dinyanyikan atau didaraskan Mazmur Tanggapan yang telah disediakan dalam Lectionarium ataupun Buku nyanyian Mazmur Tanggapan, dan bukan diganti lagu begitu saja. Kedua, istilah lagu antar bacaan tidaklah tepat, sebab kata antar di situ menunjuk hal sekedar selingan, padahal sesudah bacaan semestinya disampaikan Mazmur Tanggapan atau seandainya terpaksanya nyanyian, mestilah nyanyian tanggapan sabda!

Mazmur Tanggapan memang penting dan diutamakan sebagai tanggapan umat dalam menanggapi Sabda Tuhan. �Sesudah bacaan pertama menyusul mazmur tanggapan yang merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah� (PUMR no. 61). Hal ini menjadi konsekwensi dari ajaran para Bapa Konsili Vatikan II yang menyatakan: �Dalam perayaan Liturgi Kitab Suci sangat penting. Sebab dari Kitab sucilah dikutib bacaan bacaan yang dibacakan dan dijelaskan dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan� (SC24).

Gejala mengganti Mazmur Tanggapan dengan sebuah lagu, apalagi yang bergaya pop yang syairnya jauh dari kata-kata Mazmur masih sering terjadi. Itu misalnya masih terjadi saat Misa di lingkungan, Misa ujud atau bahkan terkadang dalam Misa-misa tahbisan atau pengikraran kaul kaum Religius. Sehebat apapun isi dan bobot syair lagu itu tentu tidak pernah dapat dibandingkan dengan Sabda Allah sendiri sebagaimana digemakan dalam Mazmur Tanggapan.

Sumber :
http://liturgikas.com/merenungkan-pentingnya-mazmur-tanggapan/

Mendaraskan Mazmur dengan Baik dan Benar

Oleh : MARCELLINO RUDYANTO

ISTILAH MAZMUR dalam KITAB SUCI

Kitab Mazmur dalam bahasa Yunani disebut �Psalterion�, yang sebenarnya berarti alat musik bertali yang dipakai mengiringi nyanyian. Kitab tersebut dalam bahasa Ibrani disebut �Tehimilin�, yang berarti �puji-pujian�.

Kitab Mazmur merupakan kumpulan mazmur (nyanyian/sajak yang berisikan puji-pujian, doa/permohonan, maupun ucapan syukur).

Dalam judul-judulnya mazmur-mazmur paling sering disebut �Mizmor�, yang menjadi asal kata Arab-Indonesia �Mazmur�.

Kidung di luar Kitab Mazmur.
Di luar Mazmur Kitab Suci menyebut beberapa kidung.
Perjanjian Lama : Nyanyian Musa (Kel, 15),
nyanyian sumur (Bil, 21 : 17-18),
nyanyian kemenangan Debora (Hak, 5).
Perjanjian Baru : Kidung Maria (Magnificat), Kidung Zakaria (Benediktus),
Kidung Simeon (nunc dimittis).

MAZMUR TANGGAPAN

Istilah �Mazmur Tanggapan�
�Mazmur Tanggapan� adalah terjemahan dari �psalmus responsorialis�. Menurut Komlit KWI (Bdk. Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya), maksud mazmur tangapan adalah menanggapi sabda Tuhan.

Menurut Prof. H.B. Meyer, SJ, kata responsorialis memang berarti jawaban, namun tidak menjawab bacaan pertama, tetapi hanya menunjuk pada cara pembawaan mzmur ini: refren diulang sesudah tiap 2 ayat (Bdk. WML, 216, hal. 131).

Peran mazmur tanggapan dalam ibadat:
a. Sebagai tanggapan atas bacaan I.
Dalam hal ini mazmur tanggapan berfungsi sebagai renungan atas bacaan I.
b. Sebagai Pewartaan.
Dalam hal ini mazmur tanggapan sendiri merupakan bacaan dalam bentuk nyanyian. Mazmur dapat berfungsi sebagai pewartaan yang bersifat non rasional, yang menuntut keterlibatan perasaan dan apresiasi terhadap suatu ungkapan seni.

Sebagai catatan : Peran Mazmur Tanggapan tidak dapat digantikan oleh Lagu Antar Bacaan. Dalam liturgi, sesudah Tuhan menyatakan diriNya dalam Bacaan Pertama dalam bentuk ajaran, nasehat, larangan perbuatan dan sebagainya, maka manusia menanggapi pernyataan Diri Tuhan itu dengan Mazmur Tanggapan. (Bdk Agus Tridiatno, WML, 1.11.93).

Bentuk Mazmur tanggapan bermacam-macam:
- Penegasan (misalnya : Tuhan mendengarkan doa orang beriman�.; SabdaMu adalah kebenaran, hukumMu kebebasan�..; Tuhan adalah Kasih setia�.)
- Permohonan (misalnya : Mohon Ampun Kami orang berdosa�; Condongkanlah telingaMu kepadaku bersegeralah bebaskan daku�.).
- Pujian (misalnya : Pujilah Allah Alleluya, Alleluya�)
- Syukur (misalnya : Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia�)
- Niat/Tekat. (misalnya : Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan jiwaku�..; Aku wartakan karya agungMu Tuhan�)

PEMAZMUR

Tugas Pemazmur (Bdk. Pedoman Berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi) adalah:
- Membawakan/melagukan mazmur tanggapan;
- (Dapat pula ia) Membawakan ayat dalam Bait Pengantar Injil.

Kinerja Pemazmur (Bdk. Pedoman berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi).
- Pemazmur hendaknya sungguh menjiwai mazmur yang dibawakannya.
- Untuk itu ia perlu memahami isi, bentuk, dan suasana mazmur tanggapan yang bersangkutan.
- Pemazmur hendaknya membawakan mazmur tanggapan sedemikian rupa sehingga umat dapat menghayatinya sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang baru didengarkannya.

LATIHAN PEMAZMUR :

Agar menjadi pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten, maka pemazmur perlu menyiapkan diri. Adapun persiapan/latihan tersebut adalah :

1. Persiapan Pribadi :
- Berdoa mohon terang Roh Kudus
- Membaca Mazmur yang akan dinyanyikan (tidak hanya dalam batin, tetapi diucapkan dengan jelas). Merenungkannya.

2. Latihan Pribadi :
- Olah vokal (postur, nafas, pembentukan suara, artikulasi, frasering, ekspresi);
- Latihan menyanyikan Mazmur (dengan memperhatikan not, pemenggalan kalimat, gaya lagu : misalnya inkulturatif atau tidak).
- Latihan menghafalkan.

3. Latihan Bersama Dirigen dan Pengiring :
Tujuannya menyelaraskan nada dasar, intro, dan perasaan satu-sama lain.

4. Menjaga kesehatan alat-alat suara.
Tujuannya agar senantiasa siap bertugas

MENDARASKAN MAZMUR

Tempat Pemazmur mendaraskan Mazmur dalam ibadat adalah di mimbar gereja. Namun karena kapasitasnya sebagai penyanyi, maka ia tetap berada di dalam kerjasama dengan dirigen dan pengiring.

Pada saat menyanyikan Mazmur Tanggapan, maka :
- Bersikap tenang, dan rileks.
- Pandangan mata berganti-ganti antara teks dan umat.
- Apabila terjadi kesalahan, baik nada maupun syair, tidak perlu diulangi, diteruskan saja. (Hal ini dapat dihindari apabila persiapan dan latihan dijalankan, sehingga ayat-ayat dapat dihapalkan).
- Menyanyi dengan penuh penjiwaan.

Tekniknya antara lain :
- Memainkan dinamika (keras-lembutnya suara) harus sesuai dengan struktur kalimat musik.
- Menghidupkan tempo (cepat-lambatnya potongan lagu/ayat, ritardando, rallentando, accelerando)
- Frasering dan penyambungan nada (legato)
- Penggunaan vibrato.
- Vibrato dapat memberi kesan hidup, tetapi bila berlebihan dapat mengurangi kejelasan teks. Sangat berguna berlatih mengurangi/meniadakan vibrato.
- Memainkan warna suara (terang/gelap) sesuai suasana lagu.

Urutan dan hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Intro seluruh refren dimainkan penuh oleh pegiring.
b. Refren dinyanyikan pemazmur
c. Refren diulangi Umat dan Koor.
d. Ayat pertama dinyanyikan Pemazmur (menunggu pengiring �mengambil� nada dahulu, juga pada saat sebelum setiap ayat)
e. Refren dinyanyikan Umat dan Koor
f. Ayat selanjutnya dinyanyikan Pemazmur (3 � 5 ayat�).
g. Refren dinyanyikan Umat dan Koor

Sebagai catatan : Ayat-ayat dinyanyikan dengan pemenggalan sesuai ketentuan. Namun apabila napas tidak cukup, pemenggalan kalimat dapat dibuat sendiri asal benar dan baik (sesuai kaidah bahasa). Setiap akhir kalimat/ayat dinyanyikan melambat, (khususnya dua sampai empat suku kata terakhir) dengan cara meyakinkan.

TANDA-TANDA BACA BUKU MAZMUR TANGGAPAN.

Di dalam buku Mazmur Tanggapan terdapat tanda-tanda yang merupakan petunjuk pemenggalan kalimat.

Tanda-tanda tersebut adalah :
( . ) : Setiap akhir kalimat lagu diakhiri dengan tanda titik yang artinya nada tersebut ditahan.
( � ) : Tanda jeda suatu penggalan kalimat; di sini boleh mengambil napas.
( / ) : Tanda �satu kalimat�
( // ) : Tanda �akhir sebuah ayat�
( , ) : Jika dalam satu ayat/kalimat pemazmur tidak menyanyikan dengan frasering secara utuh (satu napas), pemenggalan kalimat dapat dilakukan pada tanda koma tersebut untuk mengambil napas. Bila tidak ada tanda koma, pemazmur dapat menentukan potongan kalimat mana yang baik dan benar untuk dipenggal.

PENGGUNAAN MIKROFON

Saat ini hampir di setiap gereja terdapat mikrofon. Mikrofon adalah alat penerima getaran suara untuk selanjutnya diperkuat amplifier dan diubah menjadi bunyi yang lebih keras pada loudspeaker.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila pemazmur menggunakan mikrofon:
a. Sebelum menyanyi hendaknya letak mikrofon disesuaikan dengan postur tubuh pemazmur agar suara dapat ditangkap dengan baik dan wajah pemazmur terlihat umat. Posisi mikrofon sedikit di bawah mulut, membentuk sudut 45 derajat dengan garis vertikal.
b. Pada saat mengubah letak mikrofon, hendaknya dimatikan dahulu (bisa oleh pemazmur atau oleh operator mixer/amplifier) agar tidak menimbulkan bunyi yang mengganggu.
c. Selama menyanyi hendaknya jarak antara mulut dan mikrofon selalu sama, agar suara yang ditimbulkan tidak timbul-tenggelam. Jarak mulut-mikrofon yang paling baik hendaknya dicari dengan coba-coba.
d. Bernyanyilah dengan suara sedang. Suara yang terlalu keras akan terdengar lebih tajam atau bahkan pecah. Volume suara yang tepat sebaiknya juga dicari dengan berlatih menggunakan mikrofon.
e. Berhati-hatilah dalam menarik napas di depan mikrofon. Mikrofon dapat memperkuat suara tarikan napas sehingga menderu seperti lokomotif. Jalan keluar yang dapat dilakukan ialah menarik napas melalui mulut, atau menjauh dari mikrofon pada saat menarik napas.
f. Hindari bunyi decak di dalam mulut. Bunyi decak yang pada keadaan biasa tidak memberi kesan apa-apa, di depan mikrofon dapat menjadi keras sehingga mengganggu atau berkesan kurang sopan. Cara menghindarinya ialah dengan menurunkan lidah (supaya tidak menempel pada langit-langit) sebelum membuka mulut.
g. Berhati-hatilah dalam mengucapkan konsonan yang membuat letusan (b dan p) dan yang mendesis (s). Bila perlu belokkan kepala sedikit agar udara yang keluar tidak langsung menerpa mikrofon.
h. Selama bernyanyi, dengarkanlah selalu suara yang dihasilkan oleh loudspeaker. Bersikaplah kritis terhadap suara yang dihasilkan.

SARAN PEMBINAAN PEMAZMUR.

Seksi Liturgi, Sub Seksi Musik Liturgi Paroki atau atas inisiatif para pemazmur sendiri membentuk semacam �paguyuban pemazmur�.
Paguyuban ini mengadakan kegiatan khusus pemazmur, misalnya: latihan Rutin seminggu/dua minggu sekali untuk memantapkan tugas pada periode tertentu. Yang dinyanyikan/dilatihkan adalah Mazmur tanggapan dan Alleluya yang menjadi tugas masing-masing pemazmur. Latihan dipimpin seorang koordinator yang sekaligus bertindak sebagai pelatih.
Baik juga apabila sesekali mengadakan pelatihan tersendiri dengan mengundang pelatih yang berkompeten.
Setiap Pemazmur hendaknya memiliki sebuah buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya, lengkap. Dengan demikian pemazmur dapat belajar mandiri, serta siap bertugas setiap saat.
Demikianlah, maka menjadi pemazmur bukanlah tugas yang asal-asalan atau dadakan semata. Dengan pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten maka liturgi akan menjadi lebih agung dan kudus.

Sumber :
https://sasanamagnificat.wordpress.com/2008/09/02/mendaraskan-mazmur-dengan-baik-dan-benar-marcellino-rudyanto/

Tuesday, August 18, 2015

Ibadat Kremasi

Jika ada orang yang menginginkan agar jenazahnya diperabukan, dapat diikuti upacara berikut. Setibanya di krematorium, peti jenazah langsung diletakkan pada tempat yang telah disediakan. Seturut dengan iman Katolik, abu jenazah tidak ditaburkan ke laut, tetapi diberikan pada suatu tempat tertentu.
RITUS PEMBUKA

Lagu Pembuka

Tanda Salib dan Salam
P. Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U. Amin
P. Semoga Allah yang telah membangkitkan Yesus Kristus, PuteraNya dari alam maut, melimpahkan penghiburan dan kekuatan iman kepada kita sekalian.
U. Sekarang dan selama-lamanya

Pengantar
P. Bapak-ibu dan saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan. Sebelum berpisah dengan saudara kita ............. marilah kita mengucapkan selamat jalan kepadanya. Dengan doa-doa, kita hendak menghantar dan menyerahkan saudara kita ini, pulang ke rumah Bapa. Semua doa dan salam kita ini melambangkan cinta kepada saudara kita ini. Dan agar iman kita pun diteguhkan, seraya berharap bahwa kelak kita akan disatukan oleh Allah sendiri dalam Kerajaan Surga. Di sanalah Kristus akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya untuk menikmati perjamua abadi di Surga.

Doa Pembuka
P. Marilah berdoa, (hening sejenak).
Allah yang Maha Kuasa dan Maha rahim, kehidupan dan kematian kami berada di dalam tanganMu. Engkau telah memanggil �� dari kehidupan di dunia ini untuk menghadap hadiratMu. Kami bersedih atas meninggalnya saudara kami ini. Kami menyerahkan jenazahnya untuk diperabukan. Namun, kami tetap percaya bahwa Kristus yang telah mengalahkan kematian melalui sengsara dan wafat-Nya akan menganugerahkan pula kebangkitan dan kehidupan kekal bagi saudara kami ini. Maka, kasihanilah dia ya Tuhan, kasihanilah dia dan terimalah dia dalam pelukan cintaMu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin

PEWARTAAN SABDA
Bacaan Injil dapat dipilih yang sesuai, misalnya dari Yohanes 6:37-40
P. Tuhan beserta kita
U. Sekarang dan selama-lamanya
P. Inilah Injil Suci Yesus Kristus menurut Santo Yohanes
U. Dimuliakanlah Tuhan
P. Pada waktu itu, Yesus bersabda, �Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang KepadaKu, barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.�
P. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus

UPACARA PERPISAHANPemimpin ibadat dapat memerciki peti jenazah dengan air suci.
P. Ketika dibaptis kita disatukan dengan Kristus dan turut mati bersama dengan Dia. Saudara kita ��� yang kita kasihi ini sekarang mati bersama dengan Kristus. Semoga ia hidup pula dalam keadaan baru seperti Kristus.
U. Amin

Bila dianggap perlu, pemimpin ibadat dapat mendupai peti jenazah.
P. Semoga doa-doa kita mengiringi saudara kita ini dalam perjalanannya menuju rumah Bapa
U. Amin

Sesuai dengan kebiasaan setempat, pemimpin ibadat dapat menaburkan bunga di atas peti jenazah.
P. Semoga kuntum hidup ilahi yang telah ditanamkan dalam diri saudara kita ���..� ini, akan mekar bagaikan bunga yang semerbak harum mewangi.

Kemudian, para hadirin dapat dipersilahkan untuk menaburkan bunga di atas peti jenazah. Sangat baik kalau diiringi dengan lagu-lagu yang sesuai atau didoakan Salam Maria berulang-ulang atau doa-doa yang sudah dihafal oleh umat.

Akhirnya, pemimpin ibadat membuat Tanda Salib di atas jenazah.
P. Saudara terkasih, masuklah dalam kehidupan abadi dengan membawa tanda kemenangan Kristus: Demi nama Bapa dan (+) Putera dan Roh Kudus
U. Amin

Doa Umat
P. Saudara-saudari sekalian yang terkasih, marilah kita berdoa kepada Allah, Bapa yang maharahim, bagi saudara kita �� yang kita kasihi ini, yang telah meninggal dalam persatuan dengan Tuhan. Semoga dosa-dosanya diampuni. Marilah kita memohon ���
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Semoga amal baktinya di dunia ini diterima dengan baik. Marilah kita mohon ���
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Semoga ia menikmati kehidupan kekal dalam kemuliaan Allah Bapa. Marilah kita mohon ��
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Marilah kita berdoa pula bagi semua orang yang berkabung atas kematian saudara kita ����... ini. Semoga kesepian mereka dipenuhi dengan cinta kasih Allah. Marilah kita mohon �..�
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Semoga mereka dihibur dalam kesusahan mereka. Dan semoga iman dan harapan mereka diperteguh. Marilah kita mohon �..�
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Semoga hati kita tidak tenggelam dalam urusan-urusan duniawi, tetapi selalu terbuka bagi segala rencana dan kehendak Tuhan. Marilah kita mohon ���
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

(dapat disambung dengan doa-doa spontan)
P. Allah yang kekal dan kuasa, Engkaulah Tuhan bagi orang hidup dan juga Tuhan bagi orang-orang mati. Kami mohon belas kasihanMu bagi saudara kami ������ yang sudah mendahului kami dalam imannya. Ampunilah segala dosanya, agar ia bergembira atas diri-Mu dan tak henti-hentinya memuji dan memuliakan Engkau. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin

Bapa Kami
P. Marilah kita satukan semua doa permohonan dan kerinduan hati kita, dalam doa yang diajarkan Kristus sendiri:
U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu, di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami, dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

P. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala yang jahat dan berilah kami damaiMu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram, sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

Sambutan-sambutan (jika ada)

Doa Penutup
P. Allah Bapa kami, sekarang kami percayakan saudara kami ........ ini dalam kerahiman-Mu. Kami percaya bahwa semua yang telah meninggal dalam Kristus akan hidup pula bersama Kristus. Terimalah dia dalam Kerajaan-Mu. Dan, bantulah kami yang masih berziarah di bumi ini agar saling membantu dalam menghadapi segala tantangan hidup. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

Mohon Berkat Tuhan
P. Tuhan beserta kita
U. Sekarang dan selama-lamanya.
P. Berilah dia istirahat kekal.
U. Dan, sinarilah dia dengan cahaya abadi.
P. Semoga semua orang yang telah meninggal bersitirahat dalam damai Tuhan.
U. Amin.
P. Dan semoga kita semua, senantiasa diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa: Bapa, dan Putera, Dan Roh Kudus
U. Amin
P. Saudara sekalian, rangkaian upacara untuk kremasi saudara kita ini sudah selesai.
U. Syukur kepada Allah.

Lagu Penutup

Sumber:
Yustinus Rumanto, SJ., "ANEKA IBADAT KRISTIANI", Penerbit Kanisius, 2013.

Sunday, August 16, 2015

Pilih Pemakaman atau Kremasi? Tinjauan atas praktek Iman Katolik

Sebagai orang Katolik manakah yang boleh kita pilih: pemakaman atau kremasi? Keduanya diperbolehkan. Tetapi manakah yang sebaiknya dipilih, kita simak pernyataan Gereja ini, �Gereja menganjurkan dengan sangat, agar kebiasaan saleh untuk mengebumikan jenazah dipertahankan; namun Gereja tidak melarang kremasi, kecuali cara itu dipilih demi alasan-alasan yang bertentangan dengan ajaran kristiani� (Kan. 1176$3).

Prioritas pada Pemakaman
Gereja memprioritaskan jenazah untuk dimakamkan daripada dikremasi dengan alasan:
1. Hal itu sesuai dengan praktek dalam Perjanjian Lama (Abraham, Ishak, Musa, dsb) dan Perjanjian Baru (Yesus, Stefanus). Bahkan Perjanjian Lama melihat jenazah yang tidak dikuburkan tetapi hangus dalam api sebagai hukuman Tuhan, mis. Sodom-Gomora (Kej 19:1-29), Jezebel (2 Raj 9:30-37),dan keturunan Ahab (1 Raj 21:17-24).
2. Dengan dimakamkan simbolisasi untuk dibangkitkan oleh Kristus pada akhir zaman menjadi lebih jelas. Demikian pula sesuai dengan ilustrasi St. Paulus seperti benih yang ditaburkan ke tanah (1 Kor 15).
3. Pada masa penganiayaan Gereja oleh kekaisaran Romawi, jenazah para martir dimakamkan secara rahasia di kuburan bawah tanah yang disebut dengan katakombe. Mereka tidak mengikuti kebiasaan kafir Romawi yang membakar jenazah.
4. Gereja Katolik baru mengizinkan praktek kremasi pada tahun 1969. Namun, dengan memberi catatan bahwa alasan kremasi tidak boleh bertentangan dengan iman kristiani.

Mengapa Kremasi Diperkenankan?
Ada banyak alasan mengapa orang Katolik memilih kremasi dan hal itu bisa diterima oleh Gereja. Misalnya, alasan higienis pada jenazah yang mempunyai penyakit menular. Alasan ekonomis karena sedikitnya lahan untuk pemakaman, misalnya di Singapura. Alasan praktis dalam kasus korban kecelakaan yang jenazahnya hancur. Atau, bisa jadi sekedar mengikuti tradisi dan kebiasaan leluhur tanpa harus menolak iman akan kebangkitan badan.

Kremasi dan Kebangkitan Badan
Dalam diskusi apakah kremasi itu tidak bertentangan dengan iman Kristen, salah satu hal yang dipersoalkan adalah bagaimana mungkin orang yang dikremasi bisa turut dalam kebangkitan badan? Untuk menjawab keberatan ini mari kita melihat ajaran St. Paulus dalam 1 Kor 15:44, �Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah�. Jadi, yang dibangkitkan pada akhir zaman nanti adalah tubuh rohaniah yang berbeda dengan tubuh alamiah yang dimakamkan, dikremasi, hilang di laut, hancur terkena bom Bali, ataupun dimangsa binatang liar. Bukankah tubuh alamiah yang dimakamkan pun akan terurai dengan tanah?

Bagaimanakah tubuh rohaniah itu? Gambaran tubuh rohaniah setelah kebangkitan bisa kita lihat pada Tubuh Yesus setelah kebangkitan, di satu pihak ada kemiripan dengan tubuh-Nya sebelum meninggal, ada lima luka di telapak tangan, lambung, dan kedua kaki. Tetapi, di lain pihak tidak sama persis dengan Tubuh-Nya saat disalibkan sehingga para murid sulit untuk langsung mengenali-Nya. Hal ini berbeda dengan kebangkitan Lazarus yang kemudian akan mati lagi.

Mungkin Anda bertanya, bagaimana mungkin tubuh yang dikremasi dan menjadi abu [sebenarnya partikel-partikel tulang] itu bisa dibangkitkan oleh Tuhan? Jawabannya tentu saja Tuhan jauh lebih kuasa daripada pemikiran kita. Apalagi yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Dalam Kitab Wahyu 20:13 juga disebutkan penghakiman bagi mereka yang tidak dimakamkan, �Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.� Jadi, apakah jenazah kita dimakamkan ataukah dikremasi kita tetap akan dihakimi dan dibangkitkan dalam tubuh rohaniah. Jiwa kita yang abadi tidak akan hilang, melainkan menerima kebahagiaan kekal atau hukuman kekal.

Alasan yang Bertentangan dengan Iman Katolik
Hukum Gereja di atas memberi syarat bahwa alasan kremasi tidak boleh bertentangan dengan iman Katolik, khususnya iman akan kebangkitan badan. Setidaknya ada dua alasan kremasi yang bertentangan dengan iman Katolik:
a. Orang-orang Yunani dan Romawi mengkremasi jenazah dengan alasan bahwa tubuh adalah penjara jiwa. Kematian justru melepaskan jiwa dari penjaranya. Maka mereka merasa tak perlu repot-repot lagi dengan jenazah yang bagi mereka sekedar penjara jiwa. Paham Yahudi-Kristiani melihat badan-jiwa-roh manusia adalah satu-kesatuan. Maka setelah kematian mereka menantikan adanya kebangkitan badan. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian memberi jaminan akan kebangkitan kita dan kemenangan atas kuasa maut.
b. Mereka yang menerima paham reinkarnasi menganggap bahwa kremasi akan mempercepat proses manusia lepas dari putaran reinkarnasi. Dalam paham panteisme, kremasi menjadikan jenazah orang itu segera bersatu dengan alam semesta. Paham demikian bertentangan dengan iman kristiani. Setiap orang diciptakan Tuhan secara unik. Pada akhir hidupnya masing-masing mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya �Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi� (Ibr 9:27). Mungkin ada yang berpikir, apakah surga bisa menampung semua orang yang pernah hidup di dunia ini sejak zaman purbakala? Pemikiran demikian terlalu materialistis. Kita bisa memegang janji Tuhan Yesus sendiri, �Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal.�

Abu Kremasi Mesti Diapakan?
Dalam Order of Christian Funerals bagian Appendiks II no. 417 yang diterbitkan pada tahun 1997, diberikan catatan bagaimana kita mesti memperlakukan abu kremasi [sebenarnya partikel-partikel tulang]. Dua praktek yang dilarang adalah: penaburan/pelarungan abu kremasi ke laut/sungai, entah dari udara atau dari pantai, dan penyimpanan abu kremasi di rumah sanak kerabat atau sahabat. Gereja menganjurkan agar abu kremasi itu dimakamkan di pemakaman atau disemayamkan di mausoleum atau columbarium. Saat ini di tempat ziarah Pohsarang, Kediri, sudah ada tempat columbarium untuk menyemayamkan abu kremasi.

Gereja menganjurkan agar abu kremasi dimakamkan atau disemayamkan di mausoleum/columbarium agar ada tempat untuk mengingat pribadi yang meninggal sekaligus tempat kita berziarah dan berdoa.

Demikianlah beberapa hal yang mesti dipertimbangkan dalam memilih pemakaman atau kremasi. Maka dalam kondisi normal sebaiknya kita lebih memilih pemakaman Katolik. Namun bila suara hati kita condong memilih kremasi dengan alasan yang tidak bertentangan dengan iman Katolik, Gereja akan tetap melayani.

Sumber:
F.X. Didik Bagiyowinadi Pr, SAKRAMEN PENYEMBUHAN � (Yogyakata: Pustaka Nusatama, 2007) hlm. 98-103.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)