Latest News

Showing posts with label Maria Diangkat Ke Surga. Show all posts
Showing posts with label Maria Diangkat Ke Surga. Show all posts

Monday, August 26, 2019

MARIA DIANGKAT KE SURGA


OLEH TIM KOMKAT KAJ

 MARIA DIANGKAT KE SURGA 

Dalam tradisi katolik kita mengenal perayaan Maria Diangkat ke Surga, yang diperingati setiap tanggal 15 Agustus. Maria dipilih menjadi satu-satunya manusia yang ‘melahirkan’ keselamatan. Kenapa harus Maria? Apa keistimewaan Maria?

Yuk! kita temukan jawabannya dalam video ini. Setelah itu share juga ke keluarga, kerabat, teman karib dan umat beriman semuanya yaach.

Salam sehat penuh Berkat. Amin.
 Youtube :
https://youtu.be/BY65mpj1JuU


Tuhan Yang Hidup Dan Berkarya Hingga Hari Ini.
Berdasarkan dari Sabda Allah mengatakan, bhw:
Bila semua segala sesuatunya karya Tuhan dituliskan dalam Alkitab, maka seluruh pohon di ditebang jadikan buku, tidak cukup untuk mencatat karya Tuhan Maha Besar.

Demikian antara yang tersirat dan tersurat BETTI,Beda-beda tipis.
Dalam Alkitab, Yesus tidak pernah mencatat kalau ia mandi setiap hari, atau menyikat gigi.
Dengan demikian sebagai murid Yesus, tidak berarti kita juga tidak perlu gosok gigi,atau mandi setiap pagi, BUKAN ?

Demikian soal Pengangkatan Bunda Mari di Angkat ke Surga.
Mungkin tidak secara langsung di katakan demikian dalam Alkitab.
Tapi dalam penjelasan di atas jelas, Bunda Maria,diangkat Kesurga dan sekarang bersama Allah Bapa di Surga.
Syalooom.

Friday, August 9, 2013

Apa dasar ajaran Gereja Katolik: Bunda Maria diangkat ke surga?

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, berdasarkan Tradisi Suci yang sudah diimani oleh Gereja sejak lama, namun baru ditetapkan menjadi Dogma melalui pengajaran Bapa Paus Pius XII tanggal 1 November 1950, yang berjudul Munificentimtissimus Deus. Doktrin ini berhubungan dengan Dogma Immaculate Conception / Maria dikandung tanpa noda, yang diajarkan oleh Bapa Paus Pius IX, 8 Desember 1854.

Umat Kristen non- Katolik banyak yang mempertanya- kan hal ini, dan berpikir bahwa Gereja Katolik �menciptakan� Dogma yang tidak berdasarkan Kitab Suci. Sebab bagi mereka sumber Wahyu Ilahi hanyalah Kitab Suci. Namun bagi orang Katolik, Wahyu Ilahi juga diperoleh dari Tradisi Suci yang telah berakar dan tumbuh di dalam Gereja Katolik,di mana Tradisi Suci ini tidak terpisahkan dari Kitab Suci. Maka hal Maria diangkat ke Surga juga memiliki dasar Kitab Suci, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit.

Jadi jika Gereja Katolik mengumumkan suatu doktrin, itu sebenarnya hanya mengumumkan apa yang sudah lama diimani oleh Gereja, dan bukannya sesuatu yang baru tiba-tiba ditambahkan. Sebagai contohnya, pada waktu Gereja Katolik mengumumkan pengajaran tentang Allah Trinitas pada tahun 325 pada Konsili Nicea, adalah bukan berarti sebelumnya tidak ada pengajaran Allah Trinitas ini. Tulisan-tulisan pengajaran para Bapa Gereja menjadi saksi yang hidup atas pengajaran tentang Trinitas ini. Demikian juga pada saat Gereja Katolik menetapkan Kanon Alkitab yaitu pada Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Carthage tahun 397 bukan berarti Gereja Katolik baru �menciptakan� Kitab Suci pada saat itu. Sebelumnya kitab-kitab yang menjadi bagian Alkitab itu sudah ada, namun baru pada saat itu ditetapkan sebagai kanon Alkitab/ kitab-kitab yang diakui sebagai �diilhami oleh Roh Kudus�, untuk membedakannya dengan kitab-kitab lain yang hanya merupakan karya tulis biasa.

Dengan pengertian yang sama maka Dogma Maria dikandung tanpa noda dan Dogma Maria diangkat ke surga merupakan pengajaran yang telah lama ada dan diimani oleh Gereja, yang nyata ada dalam tulisan para Bapa Gereja.

Munificentissimus Deus

Dalam pembukaan Munificentissimus Deus (MD, 3) yang menyatakan dogma Bunda Maria diangkat ke Surga, Bapa Paus Pius XII mengatakan bahwa dalam sejarah keselamatan, Bunda Maria mengambil tempat istimewa dan unik. Ini mengacu pada ayat Gal 4:4, di mana dikatakan, ��Setelah genap waktunya�, bahwa dalam pemenuhan rencana keselamatan Allah ini, Allah dengan keMahakuasaan-Nya memberikan hak-hak istimewa kepada Bunda Maria, agar nyatalah segala kemurahan hati-Nya yang dinyatakan kepada Bunda Maria, dalam keseimbangan yang sempurna.

Maka bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Bunda Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa (karena tidak seperti manusia lainnya, ia tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa/ concupiscentia), maka selanjutnya, adalah setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia.

Demikian pula dengan pengajaran bahwa Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian Baru, karena dengan mengandung Yesus ia menjadi tempat kediaman Sabda Allah yang menjadi manusia, Sang Roti Hidup [kontraskan dengan tabut Perjanjian Lama yang isinya kitab Taurat Musa dan roti manna], maka Bunda Maria mengalami persatuan dengan Yesus. Mzm 132:8, mengatakan, �Bangunlah ya Tuhan, dan pergilah ketempat perhentian-Mu, Engkau beserta tabut kekuatan-Mu.� Dan dalam Perjanjian Baru tabut ini adalah Bunda Maria. Bunda Maria-lah juga yang disebut sebagai �permaisuri berpakaian emas dari Ofir (Mzm 45: 10,14). Hal ini sejalan dengan penglihatan Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu 12, dan tentu, Luk 1:28, 42 �Hail, full of grace, the Lord is with you, blessed are you among women.� (Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau, diberkatilah engkau di antara semua perempuan) [lihat MD 26, 27]

Bahwa pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan pemenuhan janji Allah bahwa seorang perempuan (Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan Iblis [dan kuasanya, yaitu maut] (lihat Kej 3:15); dan bahwa pengangkatan ini merupakan kemenangan atas dosa dan maut (lihat Rom 5-6, 1 Kor 15:21-26; 54-57), di mana kematian akan ditelan dalam kemenangan (1 Kor 15:54).

Nubuat Simeon tentang Bunda Maria juga menunjukkan jalan kehidupan Bunda Maria, yang melalui penderitaan, dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35) dan ini terpenuhi dengan penderitaannya melihat Yesus Puteranya disiksa sampai wafat di hadapan matanya sendiri. Penderitaan tak terlukiskan ini mempersatukannya dengan Kristus, dan karenanya layaklah ia menerima janji yang disebutkan oleh Rasul Paulus, �� jika kita menderita bersama-sama dengan Dia�kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.� (Rom 8:17). Dan karena Bunda Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah wafat-Nya.

Namun dasar yang kuat dari pengangkatan Bunda Maria ke Surga adalah karena Maria adalah Bunda Allah (lih. MD 6,14,21,22,25). Sebab �kemuliaan seseorang terletak dalam menghormati bapanya, dan malu anak ialah ibu ternista� (Sir 3:11). Maka fakta bahwa Kristus mengasihi Bunda-Nya Maria, dan mempersatukannya di dalam misteri kehidupan-Nya, menjadikannya layak bahwa perempuan yang diciptakannya tidak bernoda dan perawan yang dipilih-Nya untuk menjadi ibu-Nya, menjadi seperti Dia, menang dengan jaya atas kematian melalui pengangkatannya ke surga sebagaimana Kristus telah menang atas dosa dan maut melalui Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.

Demikian juga, yang tak kalah penting adalah karena sebagaimana yang disimpulkan dari Kitab Suci dan sudah diajarkan oleh para Bapa Gereja, Maria adalah Hawa yang baru (lih. MD 27,30, 39). Sebab karena kesalahan satu orang maka umat manusia jatuh dalam dosa, sedangkan karena ketaatan satu orang umat manusia dibenarkan (lih. Rom 5:18-19). Maka sebagaimana Hawa dahulu mengambil bagian dalam ketidaktaatan Adam, demikian pula Maria sebagai Hawa yang baru mengambil bagian dalam ketaatan Kristus sebagai Adam yang baru. Dengan ketidaktaatannya, Hawa yang pertama membawa kematian bagi umat manusia, sedangkan Bunda Maria, dengan ketaatannya membawa hidup bagi umat manusia, karena ia mengandung Sang Hidup yang menebus dan memberikan kehidupan kekal kepada manusia. Maria secara istimewa menyatu dan bekerja sama dengan Kristus, tidak saja dengan melahirkan-Nya tetapi juga di dalam fase- fase penting dalam kehidupan-Nya selanjutnya: saat Ia dipersembahkan ke bait Allah, saat mukjizat-Nya yang pertama, saat Ia disalibkan, saat kenaikan-Nya ke surga dan saat Pentakosta. Maka jika kasih Adam kepada Hawa memimpinnya kepada dosa, kasih Kristus kepada Bunda Maria memimpinnya untuk �mengambil bagian di dalam pertentangan-Nya melawan Iblis dan kepada hasil akhirnya� (MD 39), yaitu kemenangan total di dalam tubuh dan jiwa atas dosa dan maut.

Di sepanjang sejarah Gereja, sudah banyak sekali gereja dibangun dengan tema Bunda Maria diangkat ke surga (MD 15) Dalam doa-doa Liturgi Gereja Katolik, sudah banyak doa-doa yang menunjukkan iman bahwa Bunda Maria ini diangkat ke surga setelah wafatnya. Hal ini kita ketahui dari Sacramentarium Gregorianum, yang mengatakan, �Sangat terberkatilah hari ini O Tuhan, di mana Bunda Allah menderita wafat, namun tidak terikat oleh belenggu kematian, sebab ia telah melahirkan Sang Putera Allah yang menjelma dalam [tubuh]nya.� (MD 17) Dan juga dalam Menaei Totiu Anni, �Tuhan, Raja semesta Alam, telah memberikan kepadamu [Maria] rahmat yang mengatasi kodrat. Seperti Ia menjagamu tetap perawan saat melahirkan, maka Ia telah menjaga tubuhmu takkan rusak di kubur, dan telah memuliakan tubuhmu dengan perbuatan-Nya yang ilahi, mengangkatnya dari dalam kubur.� (MD 18)

Liturgi memang tidak menyebabkan/ menjadi sumber iman Katolik, tetapi merupakan hasil/ disebabkan oleh iman Katolik. Jadi liturgi di sini adalah seperti buah yang dihasilkan dari pohon (lihat MD 20). Maka di sini diketahui bahwa iman Gereja tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga, telah lama berakar dalam Gereja. Para kudus yang mengajarkan hal ini antara lain adalah: St. Yohanes Damaskus (676-754), St. Antonius Padua, (1195-1231), (1206-1280), St. Thomas Aquinas (1225-1274), St Albert Agung, St. Benardinus (1380-1404), St. Robertus Belarminus (1542-1621), St. St. Petrus Kanisius (1520-1597), Alphosus Liguori (1696-1787). [lihat uraian MD 26-36].

Berikut ini adalah bunyi Dogma ini adalah, ��. by the authority of our Lord Jesus Christ, of the Blessed Apostles Peter and Paul, and by our own authority, we pronounce, declare and define it to be a divinely revealed dogma: that the Immaculate Mother of God, the ever Virgin Mary, having completed the course of her earthly life, was assumed body and soul into heavenly glory.� (MD 44)

Terjemahannya:

��. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.� (MD 44)

Pada saat Paus Pius XII mengumumkan Dogma ini, ia menggunakan wewenangnya sebagai Magisterium, dan ia bertindak atas nama Kristus untuk mengajar umatnya.

Perlu kita ketahui bahwa Bunda Maria �diangkat� ke surga, dan bukan �naik� ke surga. �Diangkat� berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus �naik� ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Bagi orang Katolik, peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah peringatan akan pengharapan kita akan kebangkitan badan di akhir zaman, di mana kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai akhir, maka kitapun akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa kita akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa untuk nanti bersatu dengan Dia dalam kemuliaan surgawi. Maka, Dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi doktrin itu mau menunjukkan bahwa Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Jika kita hidup setia melakukan perintah Allah dan bersatu dengan Kristus, seperti Bunda Maria, kitapun pada saat akhir jaman nanti akan diangkat ke surga, jiwa dan badan, seperti dia.

Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya. Karena berpegang bahwa doa orang benar besar kuasanya (Yak 5:16), maka betapa besarlah kuasa doa Bunda Maria yang telah dibenarkan oleh Allah, dengan diangkatnya ke surga.

Beberapa tulisan Bapa Gereja tentang Maria diangkat ke surga:

1. Pseudo- Melito (300):
Oleh karena itu, jika hal itu berada dalam kuasaMu, adalah nampak benar bagi kami pelayan- pelayan-Mu, bahwa seperti Engkau yang telah mengatasi maut, bangkit dengan mulia, maka Engkau seharusnya mengangkat tubuh Bundamu dan membawanya dengan-Mu, dengan suka cita ke dalam surga. Lalu kata Sang Penyelamat [Yesus]: �Jadilah seperti perkataanmu�.[1]

2. Timotius dari Yerusalem (400)
Oleh karena itu Sang Perawan [Maria] tidak mati sampai saat ini, melihat bahwa Ia yang pernah tinggal di dalamnya memindahkannya ke tempat pengangkatannya.[2]

3. Yohanes Sang Theolog (400)
Tuhan berkata kepada Ibu-Nya, �Biarlah hatimu bersuka dan bergembira. Sebab setiap rahmat dan karunia telah diberikan kepadamu dari Bapa-Ku di Surga dan dari-Ku dan dari Roh Kudus. Setiap jiwa yang memanggil namamu tidak akan dipermalukan, tetapi akan menemukan belas kasihan dan ketenangan dan dukungan dan kepercayaan diri, baik di dunia sekarang ini dan di dunia yang akan datang, di dalam kehadiran Bapa-Ku di Surga�� Dan dari saat itu semua mengetahui bahwa tubuh yang tak bercacat dan yang berharga itu telah dipindahkan ke surga[3]

4. Gregorius dari Tours (575)
Para Rasul mengambil tubuhnya [jenazah Maria] dari peti penyangganya dan menempatkannya di sebuah kubur, dan mereka menjaganya, mengharapkan Tuhan [Yesus] agar datang. Dan lihatlah, Tuhan datang kembali di hadapan mereka; dan setelah menerima tubuh itu, Ia memerintahkan agar tubuh itu diangkat di awan ke surga: dimana sekarang tergabung dengan jiwanya, [Maria] bersukacita dengan para terpilih Tuhan �[4]

5. Theoteknos dari Livias (600)
Adalah layak � bahwa tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang melahirkan Tuhan, yang menerima Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi oleh rahmat ilahi dan kemuliaan yang penuh �. agar hidup di dunia untuk sementara dan diangkat ke surga dengan kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan Tuhan[5]

6. Modestus dari Yerusalem (sebelum 634)
Sebagai Bunda Kristus yang termulia� telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima kekekalan tubuh yang tidak rusak, bersama dengan Dia yang telah mengangkatnya dari kubur dan mengangkatnya kepada Diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui oleh-Nya[6]

7. Germanus dari Konstantinopel (683)
Engkau adalah ia, �. yang nampak dalam kecantikan, dan tubuhmu yang perawan adalah semuanya kudus, murni, keseluruhannya adalah tempat tinggal Allah, sehingga karena itu dibebaskan dari penguraian menjadi debu. Meskipun masih manusia, tubuhmu diubah ke dalam kehidupan surgawi yang tidak dapat musnah, sungguh hidup dan mulia, tidak rusak dan mengambil bagian dalam kehidupan yang sempurna[7]

8. Yohanes Damaskinus (697)
Adalah layak bahwa ia, yang tetap perawan pada saat melahirkan, tetap menjaga tubuhnya dari kerusakan bahkan setelah kematiannya. Adalah layak bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai anak di dadanya, dapat tinggal di dalam tabernakel ilahi. Adalah layak bahwa mempelai, yang diambil Bapa kepada-Nya, dapat hidup dalam istana ilahi. Adalah layak bahwa ia, yang telah memandang Putera-Nya di salib dan yang telah menerima di dalam hatinya pedang duka cita yang tidak dialaminya pada saat melahirkan-Nya, dapat memandang Dia saat Dia duduk di sisi Bapa. Adalah layak bahwa Bunda Tuhan memiliki apa yang dimiliki oleh Putera-nya, dan bahwa ia layak dihormati oleh setiap mahluk ciptaan sebagai Ibu dan hamba Tuhan.[8].

9. Gregorian Sacramentary (795)
Terhormat bagi kami, O Tuhan, perayaan hari ini, yang memperingati Bunda Allah yang kudus yang meninggal dunia untuk sementara waktu, namun tetap tidak dapat dijerat oleh maut, yang telah melahirkan Putera-Mu, Tuhan kami yang menjelma dari dirinya.[9]

CATATAN KAKI:
1. Pseudo- Melito-The Passing of the Virgin 16:2-17
2. St. Timothy of Jerusalem, Homily on Simeon dan Anna, 400
3. John the Theologian, The Dormition of Mary
4. Gregory of Tours, Eight Books of Miracles 1:4
5. Theoteknos, Homily on the Assumption
6. Modestus, Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae
7. Germanus, Sermon I
8. John Damascene, Dormition of Mary
9. Gregorian Sacramentary, Veranda, ante 795

Sumber :
http://katolisitas.org/1564/apa-dasarnya-gereja-katolik-mengajarkan-bunda-maria-diangkat-ke-surga

Monday, August 5, 2013

Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Pada tanggal 1 Nopember 1950, Paus Pius XII memaklumkan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga sebagai suatu dogma, yaitu ajaran iman yang diwahyukan oleh Allah. Ini dinyatakan oleh Paus dengan kekuasaannya sebagai gembala tertinggi bagi Gereja semesta. Sebelumnya sudah disuruhnya mengadakan angket di antara para uskup sedunia dan 98 % menjawab bahwa pernyataan resmi tersebut mungkin dan sudah tepat waktunya. �Keturunannya akan meremukkan kepalamu� (Kej 3:15); sudah sejak dahulu kala ayat ini dibaca Gereja sebagai kemenangan Yesus, Putra Maria, yaitu Hawa yang kedua, atas setan. Selain itu Paus juga mengutip Kitab-kitab Injil di mana nampak jelas bahwa Maria bersatu dengan Putranya - Yesus Kristus. Kesatuan ini tidak dapat dibatasi hanya pada hidupnya di muka bumi ini saja, melainkan mewarnai juga hidupnya di surga. Tradisi Gereja sudah berabad-abad lamanya secara umum mengakui Santa Perawan Maria diangkat ke surga sebagai bagian dari ajaran iman. Pestanya sudah mulai dirayakan sejak abad kedelapan.

Santa Perawan Maria diangkat ke surga tidak berarti bahwa Maria tidak wafat. Sebaliknya, tak usah disangsikan bahwa Maria yang mengikuti jejak Putranya - Yesus Kristus - dalam segala hal, mengalami maut juga, sama seperti yang dialami oleh Yesus. Memang, maut itu akibat dosa. Tetapi Yesus mengubahnya menjadi kesempatan penyerahan diri terakhir kepada Allah. Di salib, Yesus berseru dengan suara nyaring: �Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Ku-serahkan nyawa-Ku� (Luk 23:46). Sejak saat itu, kematian seorang pengikut Krisus menjadi suatu penyerahan terakhir yang merangkum segala-galanya. Pada saat ajalnya, manusia masih diberi kesempatan untuk mengambil seluruh hidupnya dan menyerahkannya ke dalam tangan Allah. Meninggal itu bagaikan berserah setia, di mana orang berjanji tidak lagi dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan nyata dan dengan kesungguhan penghabisan bahwa ia mau menjadi milik Allah untuk selama-lamanya. Kemungkinan terakhir yang menentukan ini pasti tidak ditolak oleh Allah bagi Maria.

Karena itu kita dapat belajar pada Maria bagaimana meninggal. Terlebih kita dapat belajar daripadanya bahwa meninggal itu suatu karya seni yang harus dilatih seumur hidup. Tak kunjung henti Maria memberikan serta mengulangi persetujuannya yang semula. Artinya, ia selalu melepaskan diri dan �pergi kepada Bapa� (Yoh. 14:28). Inilah rumusan paling tepat bagi kematian dalam paham Kristiani. Bila orang belajar beribu-ribu kali mati selama hidupnya, maka saat yang kita namakan kematian, berubah rupa menjadi suatu �pengangkatan ke surga�. Mungkin ini salah satu pokok penting yang hendak disampaikan kepada kita dalam rahasia Maria diangkat ke surga.

Kita percaya Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa-raganya. Artinya dengan seluruh pribadinya. Ketika Yesus bangkit dari alam maut, Ia tidak meninggalkan tubuh-Nya di dalam kubur; Ia tidak kembali kepada Bapa sebagai roh murni belaka, melainkan Ia mengikutsertakan tubuh-Nya dalam kemuliaan kekal. Demikian pula tubuh Maria ikut masuk ke dalam surga. Sesudah bangkit, Yesus berkata kepada para murid-Nya, �Roh tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku� (Luk 24:39). Seperti itu juga yang terjadi pada diri Maria. Ia bukan roh belaka, ia seorang manusia sama seperti kita dan ia sekarang sudah di surga. Ajaran Gereja tentang Maria diangkat ke surga itu sangat menolong kita untuk memahami sedikit rahasia kehidupan sesudah mati. Tidak ada sesuatu pun yang hilang dari kepribadian Maria, seluruh dirinya beralih ke surga. Yang lama tidak dimusnahkan, melainkan diubah. Maria tetap manusia untuk selamanya, namun manusia yang masuk ke dalam kemuliaan. Peristiwa ini tidak hanya menyangkut Maria sebagai Bunda kita umat beriman, melainkan juga membuka mata kita sehingga kita dapat melihat apa yang boleh kita harapkan. Setiap orang yang meninggal dalam cinta akan Allah, diangkat ke surga, tidak hanya sebagian atau separoh saja, melainkan dengan seluruh pribadinya.

Mengapa kita masih merasa heran bahwa Maria diangkat ke surga tidak hanya jiwa melainkan juga dengan raga? Seluruh dirinya telah ia persembahkan kepada Allah. Ketika ia diberi kabar oleh Malaikat Tuhan, ia menyediakan tubuhnya bagi karya Roh Kudus. Ketika Roh Kudus menaungi dia, tubuhnya menjadi Bait Allah. Roh Kudus bekerja dalam Maria sepanjang hidupnya. Dan ketika hidupnya di bumi ini hendak berakhir, ia dikuasai oleh kekuatan Roh Kudus yang tak terkalahkan. Seakan-akan ia ditarik ke surga dalam taufan ilahi. Dengan spontan kita ingat kembali akan Nabi Elia, yang diangkat dengan kereta berapi dan naik ke atas dalam angin taufan. Tubuh kita juga ditentukan untuk mengabdi kepada Allah. Tubuh itu telah menjadi kenisah Roh Kudus (1Kor: 6:19) dan dikuduskan dalam sakramen-sakramen, khususnya Sakramen Ekaristi, saat bersatu dengan Tubuh dan Darah Kristus. Maka, tubuh kita pun akan diangkat ke surga pada suatu ketika. Apa yang dipersembahkan kepada Allah tak akan hilang lenyap; semuanya akan diangkat dan dimuliakan.

Selama Maria masih hidup dalam tubuh fana, ia terikat pada ruang dan waktu. Berkat ganjaran sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut, Maria diangkat ke surga dengan seluruh pribadinya, termasuk raganya, dimuliakan dan semua keterbatasannya diatasi. Tubuh mulia tidak memiliki garis batas yang jelas, dapat hadir di beberapa tempat sekaligus, ya bahkan dapat berukuran seluas kosmos. Karena diangkat ke surga, kehadiran Maria, yang selama masih hidup di bumi terbatas, berubah menjadi kehadiran yang meliputi semesta. Di mana pun juga kita berada dan ke mana pun juga kita pergi, di mana-mana dan selalu Maria tinggal dekat. Dia �berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya� (Why 12:1). Kehadiran ini luas. Pada waktu siang atau malam, waktu berjalan atau bekerja, kita dapat menyapa Maria dengan mengatakan: �Salam Maria,� dan kata-kata ini tidak menghilang dalam udara. Maria dekat selalu. Mungkin di situ kita menemukan sumber sukacita yang baru dengan menjadi insaf bahwa dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, ia tidak dipisahkan dari kita; malahan ia bertambah dekat dengan kita, sebab sekarang ia hidup di tengah-tengah kita. Selama terang dan gelap masih berperang, Maria terlibat. Kita mengetahui bahwa Yesus �hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara kita� (Ibr 7:25) sambil menyiapkan tempat bagi kita (Yoh. 14:2). Di surga juga Maria hanya hidup bagi Puteranya serta karya penyelamatan-Nya bagi umat manusia sepanjang segala masa.

Rm. Yoseph Bukubala, SVD

Sumber :
http://yesaya.indocell.net/id815.htm

Sunday, July 28, 2013

Memahami Dogma SP Maria Diangkat ke Surga

oleh: P. William P. Saunders *

Seorang teman Protestan bertanya tentang keyakinan kita, umat Katolik, mengenai Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.
~ seorang pembaca di Sterling

Berbicara kepada khalayak gembira berjumlah lebih dari 500,000 orang yang memadati St Peter's Square, Paus Pius XII dengan khidmad memaklumkan dalam Munificentissimus Deus tanggal 1 November 1950, bahwa �Bunda Allah yang Tak Bernoda Dosa, Maria yang tetap perawan selamanya, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya.� Walau definisi khidmad baru dimaklumkan pada pertengahan abad keduapuluh, keyakinan akan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga menunjukkan dinamisme pewahyuan dan pemahaman Gereja yang terus-menerus mengenainya seperti dibimbing oleh Roh Kudus.

Memang, kata �Diangkat ke Surga� tidak ada dalam Kitab Suci. Sebab itu, banyak kaum fundamentalis yang menafsirkan Kitab Suci secara harafiah akan mengalami kesulitan dalam memahami keyakinan ini. Namun demikian, pertama-tama kita patut berdiam diri dan merenungkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan, sebab inilah yang menjadi dasar dari keyakinan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Kita percaya teguh bahwa sejak dari awal mula perkandungannya, karena kasih karunia istimewa dari Allah Yang Mahakuasa, Maria bebas dari segala noda dosa, termasuk dosa asal. Malaikat Agung St Gabriel mengenali Maria sebagai �penuh rahmat,� �terpuji di antara perempuan,� dan �bersatu dengan Tuhan.� Maria telah dipilih untuk menjadi Bunda Juruselamat kita. Dari kuasa Roh Kudus, ia mengandung Tuhan kita, Yesus Kristus, dan melalui dia, sungguh Allah menjadi juga sungguh manusia, �Sabda itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita� (Yoh 1:14).

Sepanjang masa hidupnya, walau catatan dalam Injil amat terbatas, Maria senantiasa menghadirkan Tuhan kita kepada yang lain: kepada Elisabet dan puteranya, Yohanes Pembaptis, yang melonjak kegirangan dalam rahim ibundanya atas kehadiran Tuhan yang masih berada dalam rahim BundaNya; kepada para gembala yang sederhana dan juga kepada para majus yang bijaksana; pula kepada warga Kana ketika Tuhan kita meluluskan kehendak BundaNya dan melakukan mukjizat-Nya yang pertama. Terlebih lagi, Maria berdiri di kaki salib bersama Putranya, memberi-Nya dukungan dan berbagi penderitaan dengan-Nya lewat kasihnya seperti yang hanya dapat diberikan oleh seorang ibunda. Dan akhirnya, Maria ada bersama para rasul pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus turun dan Gereja dilahirkan. Sebab itu, masing-masing dari kita dapat melihat serta merenungkan Maria sebagai hamba Allah yang setia, yang ikut ambil bagian secara intim dalam kelahiran, kehidupan, wafat dan kebangkitan Tuhan kita.

Suatu bukti penting lainnya dalam Kitab Suci yang menegaskan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu, �Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya� (12:1). Ayat ini merupakan bagian dari bacaan pertama dalam Misa Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Kendati aspek kronologis dari teks, Gereja telah menafsirkan ayat ini sebagai menunjuk kepada Bunda Maria yang telah diangkat ke dalam kemuliaan surga dan dimahkotai sebagai Ratu Surga dan Bumi, dan sebagai Bunda Gereja.

Karena alasan-alasan ini, kita percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan kepada setiap kita akan keikutsertaan dalam hidup yang kekal, termasuk kebangkitan badan, digenapi dalam diri Maria. Sebab Maria bebas dari dosa asal dan segala konsekuensinya (salah satunya adalah kerusakan badan setelah kematian), sebab ia ikut ambil bagian secara intim dalam hidup Tuhan dan dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, dan sebab ia ada saat Pentakosta, maka model dari pengikut Kristus ini sungguh pantas ikut ambil bagian dalam kebangkitan badan dan kemuliaan Tuhan di akhir hidupnya. (Patut dicatat bahwa definisi khidmad tersebut tidak menjelaskan apakah Maria wafat secara fisik sebelum diangkat ke surga atau langsung diangkat ke surga; hanya dikatakan, �Maria, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia �.�) Katekismus, dengan mengutip Liturgi Byzantine, memaklumkan, �Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Putranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain. `Pada waktu persalinan engkau tetap mempertahankan keperawananmu, pada waktu meninggal, engkau tidak meninggalkan dunia ini, ya Bunda Allah. Engkau telah kembali ke sumber kehidupan, engkau yang telah menerima Allah yang hidup dan yang akan membebaskan jiwa-jiwa kami dari kematian dengan doa-doamu'� (No 966).

Secara ringkas, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja dari Konsili Vatikan Kedua mengajarkan, �Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Putranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut� (No 59).

Keyakinan akan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga telah lama ada dalam Gereja kita. Kita patut ingat bahwa Gereja Perdana disibukkan dengan menanggapi pertanyaan-pertanyaan seputar Kristus, teristimewa Inkarnasi-Nya dan persatuan hipostatik-Nya (persatuan ke-Allah-an dan kodrat manusiawi-Nya). Namun demikian, dalam membahas pertanyaan-pertanyaan ini, Gereja secara perlahan-lahan memaklumkan gelar-gelar bagi Maria sebagai Bunda Allah dan sebagai Hawa Baru, pula keyakinan akan Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa, yang kesemuanya itu merupakan dasar dari Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Dalam Munificentissimus Deus, Paus Pius XII menyebutkan banyak Bapa Gereja dalam usaha menelusuri tradisi yang telah lama ada sehubungan dengan SP Maria Diangkat ke Surga - beberapa di antaranya St Yohanes Damaskus, St Andreas dari Crete, St Modestus dari Yerusalem dan St Gregorius dari Tours. Uskup Theoteknos dari Livias (� 550-650) menyampaikan salah satu dari khotbah awali yang paling mendalam mengenai SP Maria Diangkat ke Surga, �Sebab Kristus mengambil kemanusiaan-Nya yang tak bernoda dari kemanusiaan Maria yang tak bernoda; dan apabila Ia telah mempersiapkan suatu tempat di surga bagi para rasul-Nya, betapa terlebih lagi Ia mempersiapkannya bagi BundaNya; jika Henokh telah diangkat dan Elia telah naik ke surga, betapa terlebih lagi Maria, yang bagaikan bulan bercahaya cemerlang di antara bintang-bintang dan mengungguli segala nabi dan rasul? Sebab bahkan meski badannya yang mengandung Tuhan merasakan kematian, badan itu tidak mengalami kerusakan, melainkan dipelihara dari kerusakan dan cemar dan diangkat ke surga dengan jiwanya yang murni dan tak bercela.�

St Yohanes Damaskus (wafat 749) juga menuliskan suatu kisah yang menarik sehubungan dengan SP Maria Diangkat ke Surga, �St Juvenal, Uskup Yerusalem, dalam Konsili Kalsedon (451), memberitahukan kepada Kaisar Marcian dan Pulcheria, yang ingin memiliki tubuh Bunda Allah, bahwa Maria wafat di hadapan segenap para rasul, tetapi bahwa makamnya, ketika dibuka atas permintaan St Thomas, didapati kosong; dari situlah para rasul berkesimpulan bahwa tubuhnya telah diangkat ke surga.� Secara keseluruhan, para Bapa Gereja membela dogma SP Maria Diangkat ke Surga dengan dua alasan: Sebab Maria bebas dari noda dosa dan tetap perawan selamanya, ia tidak mengalami kerusakan badan, yang adalah akibat dari dosa asal, setelah wafatnya. Juga, jika Maria mengandung Kristus dan memainkan peran yang akrab mesra sebagai BundaNya dalam penebusan manusia, maka pastilah juga ia ikut ambil bagian badan dan jiwa dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya.

Kaisar Byzantine Mauritius (582-602) menetapkan perayaan Tertidurnya Santa Perawan Maria pada tanggal 15 Agustus bagi Gereja Timur. (Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa perayaan ini telah tersebar luas sebelum Konsili Efesus pada tahun 431.) Pada akhir abad keenam, Gereja Barat juga merayakan SP Maria Diangkat ke Surga. Sementara Gereja pertama-tama menekankan wafat Maria, secara perlahan-lahan terjadi pergeseran baik dalam gelar maupun substansinya, hingga pada akhir abad kedelapan, Sacramentarium Gregorian memiliki doa-doa bagi perayaan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga memberikan kepada masing-masing kita pengharapan besar sementara kita merenungkan satu sisi ini dari Bunda Maria. Maria menggerakkan kita dengan teladan dan doa agar bertumbuh dalam rahmat Tuhan, agar berserah pada kehendak-Nya, agar mengubah hidup kita melalui kurban dan penitensi, dan mencari persatuan abadi dalam kerajaan surga. Pada tahun 1973, Konferensi Waligereja Katolik dalam surat �Lihatlah Bundamu� memaklumkan, �Kristus telah bangkit dari mati; kita tidak membutuhkan kepastian lebih lanjut akan iman kita ini. Maria diangkat ke surga lebih merupakan suatu pengingat bagi Gereja bahwa Tuhan kita menghendaki agar mereka semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya dibangkitkan bersama-Nya. Dalam Maria diangkat ke dalam kemuliaan, ke dalam persatuan dengan Kristus, Gereja melihat dirinya menjawab undangan dari Mempelai surgawi.�

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Church in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : �Straight Answers: Understanding the Assumption� by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright �2004 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.�

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)