Showing posts with label Keselamatan Gereja. Show all posts
Showing posts with label Keselamatan Gereja. Show all posts
Friday, May 3, 2019
Sokoguru dan Penerus kelangsungan Gereja.
Sokoguru dan Penerus kelangsungan Gereja.
Orang yang sungguh mencintai dan mengasihi seseorang, pasti akan berusaha kuat untuk menyenangkan buah hatinya itu. Seorang ayah atau ibu yang mencintai anaknya, akan berusaha kuat agar anaknya tetap bertumbuh dengan sehat. Apa pun mereka kerjakan demi anak. Orang muda yang tengah dirundung cinta, akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk tampil menawan dan membuat kekasihnya selalu “happy”. BAPA kita di Sorga begitu besar cinta kasih-NYA kepada manusia, hingga mengutus ANAK TUNGGAL-NYA hadir di dunia ini dan menebus dosa kita semua dengan sengsara dan kematian serta kebangkitan-NYA.
Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Filipus dan Santo Yokobus. Keduanya adalah Rasul pilihan YESUS sendiri. Filipus, seorang nelayan muda,berasal dari Betsaida, kota asal dua kakak beradik Petrus dan Andreas. Filipus disapa dan diajak langsung oleh YESUS ketika dia asyik membenahi jalanya : “Ikutlah AKU” (Yoh. 1: 43). Dan tidak berselang lama, ia pun saking gembiranya telah bertemu dengan Orang yang disebutkan Nabi Musa itu, lalu mengajak kawannya Natanael (= Bartolomeus) untuk diperkenalkan kepada YESUS. Sementara Yakobus, yang sering juga disebut Yakobus Muda, untuk membedakan dengan Yakobus Tua, saudara Yohanes, anak Zebedeus, adalah saudara sepupu YESUS.
Filipus termasuk bilangan Rasul pertama. Karakternya spontan dan tanpa ragu. Ketika perjamuan malam terakhir, dialah yang bertanya kepada YESUS : “TUHAN, tunjukkanlah BAPA itu kepada kami, itu sudah cukup” (Yoh. 14: 8). Tidak banyak tulisan dalam Kitab Suci tentang Filipus, namun sesudah Pentekosta dia menjadi saksi Kebangkitan TUHAN dan mewartakan Injil sampai Frigia, Asia Kecil. Filipus pada masa akhir hidupnya disalib dengan kepala di bawah, seperti Petrus.
Yakobus Muda sebelum mengikuti YESUS adalah seorang petani. Ibunya bernama Maria, termasuk salah seorang perempuan yang selalu mengikuti dan melayani YESUS. Dialah yang mendampingi Bunda Maria yang berdiri di bawah kayu salib sampai YESUS dimakamkan. Ketika masa penganiayaan Yakobus Muda tetap berada di Yerusalem dan kelak diangkat sebagai Uskup di Yerusalem. Bersama Paulus ia berperan besar pada saat Konsili pertama di Yerusalem tahun 49. Paulus menyebut Yakobus Muda sebagai sokoguru umat di Yerusalem, sejajar dengan Petrus dan Yohanes (Gal. 2: 9). Ketika menjabat sebagai Uskup, ia dijuluki “Yang adil”, sebab ia sangat paham dan menghayati hukum Taurat, namun ia juga menghargai dan menjunjung tinggi hukum yang berkembang saat itu, yaitu bagi para pengikut KRISTUS bukan Yahudi tidak perlu mematuhi hukum Taurat, terutama kewajiban sunat. Cara hidupnya sangat keras kepada dirinya sendiri : ia tidak makan daging dan minum anggur; banyak doa dan matiraga; kakinya tanpa alas dan pakaiannya hanya selembar. Ia meninggalkan warisan satu Surat Yakobus dalam Kitab Suci. Dan Paulus secara eksplisit menyebut dalam Surat Pertama kepada jemaat Korintus (lihat Bacaan Pertama) bahwa sesudah Kebangkitan-NYA, YESUS menampakkan Diri kepada Yakobus selanjutnya kepada para Rasul lainnya (lihat 1Kor. 15: 7). Yakobus pada akhir hayatnya ditangkap dan dilemparkan dari menara Bait ALLAH lalu mayatnya dirajam.
Kedua Rasul yang kita rayakan hari ini, serta semua Rasul lainnya, telah mengalami dan merasakan perhatian, cinta dan kasih dari TUHAN yang begitu besar. Maka untuk membalas cinta kasih TUHAN itu, mereka pun rela dan berani mengorbankan waktu, keluarga, kepentingan pribadi bahkan jiwa raga mereka pertaruhkan untuk menjalani misi perutusan KRISTUS yang mereka cintai itu. Karena itu tidak mengherankan banyak murid dan pengikut-NYA yang setia menjadi martir. - Beranikah kita menjadi “martir modern” yang gigih memperjuangkan kebenaran, keadilan, kedamaian dan kejujuran?
Dan para Rasul itulah yang sungguh menghantar kita pada kebenaran sejati, yaitu bahwa “AKU- lah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada BAPA, kalau tidak melalui AKU” (Yoh. 14: 6). Kita patut bangga menjadi pengikut-NYA yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup yang sejati. Tetapi sebaik apa pun suatu jalan, kalau tidak pernah dijalani, maka jalan itu tidak ada maknanya sama sekali. Demikian juga kebanggaan iman kita kepada KRISTUS, tidak akan menghantarkan orang sampai pada kebenaran dan hidup, kalau seluruh hidup kita sendiri tercela, tidak terpuji dan jauh dari jalan TUHAN. Karena itu, kita dipanggil untuk memperhatikan dan melaksanakan nasihat Rasul Paulus : “Aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya....” (1Kor. 15: 1, 2). Dengan demikian iman dan kepercayaan kita tidak sia-sia. Kebanggaan “menjadi orang Katolik” harus kita wujudkan secara nyata dalam mengemban tanggung jawab kita masing-masing secara penuh - apa pun kedudukan, jabatan dan fungsi kita - baik sebagai warga Gereja maupun sebagai warga negara atau warga bangsa! Dengan demikian, motto “100% Katolik, 100% Indonesia” bukan slogan kosong! Dan dengan mewujud-nyatakan motto itu secara konsekuen dan konsisten, kita dapat meneladan kehidupan para Rasul untuk menjadi sokoguru dan penerus kelangsungan Gereja di Indonesia ini. - Cobalah buktikan!
Ya YESUS, terima kasih atas teladan hidup-MU dan para Rasul yang telah membalas cinta kasih-MU kepada mereka. Kuatkanlah imanku. Tularkanlah semangat korban dalam diriku. Bunda Maria, Santo Filipus dan Santo Yakobus, doakanlah aku. Amin.
RAGI Jumat 3 Mei 2019 Pesta Santo Filipus dan Yakobus, Rasul : 1Kor. 15: 1-8; Mzm. 19: 2-3, 4-5; Yoh. 14: 6-14. - Jumat Pertama.
Wednesday, January 2, 2019
Jadi Memang Ada Keselamatan di Luar Gereja: Ini Penjelasan Lengkapnya!
Apakah dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS) masih dipakai sampai sekarang dan apakah masih sesuai dengan konteks zaman ini?
Michelline, Jakarta
Pertama, ungkapan Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS), ‘di luar Gereja tidak ada keselamatan’, bukanlah sebuah dogma dalam arti modern. Ungkapan ini berasal dari St Siprianus dari Karthago pada abad ketiga dan muncul dalam dokumen resmi Konsili Lateran IV (1215). Ungkapan ini mengajarkan bahwa semua keselamatan datang dari Yesus Kristus sebagai Kepala, dan disalurkan melalui Gereja sebagai Tubuh Mistik-Nya.
Dalam perkembangan sejarah, banyak Bapa Gereja maupun orang kudus yang memberi komentar dan penafsiran atas ungkapan ini. Konsili Vatikan II tidak menganulir ajaran ini (LG Art. 14), tetapi memberikan penafsiran resmi dengan dua perubahan penting. Ajaran resmi ini kemudian dituangkan dalam Katekismus No. 846-848.
Kedua, perubahan pertama. Sampai sebelum Konsili Vatikan II, yang dimaksud sebagai Gereja Kristus itu tidak lain adalah Gereja Katolik, sehingga Gereja Katolik adalah satu-satunya sarana eklesial untuk keselamatan. Melalui konstitusi dogmatis Lumen Gentium (LG) dan Dekrit tentang ekumenisme Unitatis Redintegratio (UR), Konsili Vatikan II membuat suatu perubahan besar. Konsili mengajarkan bahwa Gereja Kristus tidaklah identik dengan Gereja Katolik, melainkan ada di dalam (subsistit in) Gereja Katolik (LG Art. 8).
Ini berarti bahwa Gereja Katolik mengakui adanya kenyataan eklesial di dalam Gereja-gereja dan komunitas Kristiani lainnya. Mereka ini berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik, sungguhpun tidak sempurna. Karena itu, ada unsur-unsur pengudusan dan kebenaran yang hadir dan bekerja di dalam Gereja atau komunitas Kristiani ini yang membawa kepada keselamatan (UR Art. 3). Namun demikian, tetap diakui bahwa kepenuhan sarana keselamatan hanya ditemukan di dalam Gereja Katolik, karena itu tetap berlaku panggilan untuk menyatukan diri dengan Gereja Katolik (LG Art. 14).
Ketiga, perubahan mendasar kedua berkaitan dengan mereka yang berada di luar (extra Ecclesiam). Konsili mengubah pengandaian dasarnya, yaitu dari pengandaian bersalah (seperti pada penafsiran-penafsiran di Abad Pertengahan) menjadi pengandaian tidak bersalah (bdk LG Art. 14 dan 16; GS Art. 22). Pengandaian tidak bersalah ini berlaku baik untuk Gereja-gereja Kristiani non-Katolik maupun untuk mereka yang bukan Kristiani. Jika mereka tidak bersalah, maka mereka akan diselamatkan, tetapi pasti haruslah melalui Yesus Kristus dan melalui Gereja. Bagaimana hubungan dengan Gereja ini?
Bagi anggota Gereja-gereja Kristiani non-Katolik, mereka terkait dengan Gereja Katolik karena adanya unsur-unsur pengudusan dan kebenaran yang
mereka emban. Untuk mereka yang berada di luar Gereja dan belum memeluk iman Kristiani maupun menerima Sakramen Baptis, Konsili mengatakan bahwa karena satulah asal dan tujuan hidup manusia, maka mereka ini “dengan aneka cara” (LG 13 dan 16; bdk GS 22) terkait dengan Gereja.
mereka emban. Untuk mereka yang berada di luar Gereja dan belum memeluk iman Kristiani maupun menerima Sakramen Baptis, Konsili mengatakan bahwa karena satulah asal dan tujuan hidup manusia, maka mereka ini “dengan aneka cara” (LG 13 dan 16; bdk GS 22) terkait dengan Gereja.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa keselamatan mereka itu terkait dengan Gereja Katolik yang di dalamnya berada Gereja Kristus (LG Art. 8). Dengan demikian ajaran Extra Ecclesiam nulla Salus membawa Gereja pada kesadaran akan kewajiban misionernya untuk mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya (LG Art. 1.9.48; GS Art. 45). Karena itulah Gereja Katolik sebagai lembaga tetap merupakan satusatunya lembaga (sakramen) yang ditetapkan oleh Allah dan diutus untuk mewartakan keselamatan. Rahmat Allah yang ditawarkan kepada semua umat manusia terkait dengan tujuan akhir keberadaan Gereja. Karena itu adalah panggilan Gereja untuk mewujudkan efektivitas kehadirannya.
Petrus Maria Handoko CM
http://majalah.hidupkatolik.com/2017/06/12/5804/keselamatan-di-luar-gereja-2/