Latest News

Showing posts with label Kesaksian. Show all posts
Showing posts with label Kesaksian. Show all posts

Tuesday, June 18, 2019

Video Kejadian Mistis Pohon Berisi Puluhan Teko di Sebuah Masjid di Afrika


Percaya Atau Tidak Percaya

Assalamualaikum.... Alkisah..Salah satu mesjid di Afrika... biasa menggunakan ceret air untuk berwudhu'... tapi herannya ceret air itu selalu hilang... dan senantiasa tetap diganti dengan yang baru... tapi tetap saja selalu hilang... Satu hari ada ulama ber'ilmu menyuruh tebang pohon besar yang ada didepan mesjid tersebut... tapi apa yg terjadi, semua ceret air yang selama ini hilang ternyata dicuri oleh Jin dan disembunyikannya didalam batang pohon tersebut...😱🤔👆
https://stand-under.blogspot.com/2019/06/video-kejadian-mistis-pohon-berisi.html

Thursday, January 10, 2019

7 Peninggalan Para Nabi yang Menggemparkan Arkeolog Dunia

Tuhan Allah Semesta Alam

Wednesday, January 8, 2014

[Kesaksian] Perjalanan dari gereja Episkopal ke Gereja Katolik

Perjalanan saya dari gereja Episkopal kepada Gereja Katolik

Rebecca Hoekstra dan keluarga
Saya dibesarkan di Protestan: non-denominasi dan kemudian Baptis. Saya hadir di Gereja setiap Minggu dan orang tua Saya yang berkomitmen untuk membaca Alkitab bersama kami di rumah. Ketika Saya berusia 19 tahun, seorang teman dan Saya memutuskan untuk pergi ke L'Abri di Inggris selama 6 bulan, terutama karena kami ingin melakukan perjalanan. L'Abri adalah pusat studi Kristen yang didirikan oleh Francis Schaeffer dan itu merupakan tempat yang baik bagi Saya, untuk mencoba mencari tahu apa yang Saya pikirkan tentang Tuhan. Saya tidak menggali terlalu dalam di bidang Teologi, tetapi sewaktu Saya berada di sana iman Saya malah diperkuat, membuat hal tersebut tidak hanya sekadar hadiah dari orang tua saya, tetapi suatu hal yang benar-benar saya pilih untuk percaya dengan diri Saya sendiri sebagai orang dewasa.

Ketika Saya berada di Inggris, Saya mulai menghadiri gereja Anglikan di seberang jalan dari L'Abri. Saya tidak pernah bertemu dengan liturgi sebelumnya dan menemukan suatu hal yang sangat indah. Ketika Saya pulang, meskipun Saya terdaftar di sebuah perguruan tinggi Baptis, Saya mulai mengunjungi gereja-gereja Episkopal (versi Amerika dari Gereja Anglikan) hanya karena Saya mencintai keindahan, kecantikan baik dalam desain gereja dan liturgi. Kencan pertama saya dengan calon suami saya, Duane, adalah untuk mendengar J.I Packer berkhotbah di gereja Episkopal di Dallas. Packer adalah seorang Anglikan, namun sangat populer dalam Evangelisasi dengan bukunya �Mengenal Tuhan�. Kami mulai menghadiri gereja Episkopal yang sama dan menikah sekitar delapan bulan kemudian.

Sulit untuk menjelaskan keindahan Ibadat Liturgi kepada siapa saja yang belum mengalaminya, tapi itu luar biasa dan sungguh menakjubkan. Liturgi adalah Trinitarian dan hormat, music nan megah dengan organ penuh, himne yang indah, dan kidungan Mazmur. Kami jatuh cinta dengan banyak hal lagi lebih sekadar satu sama lain dalam gereja Episkopal dan dikonfirmasi sekitar enam bulan setelah pernikahan kami.

Dalam gereja Episkopal ada beberapa gaya liturgi yang berbeda, yaitu yang disebut sebagai "gereja rendah" dan "gereja tinggi." Gereja rendah mungkin masih merasa "tinggi" untuk sebagian besar Protestan, tetapi memiliki cita rasa Protestan ketimbang gereja Tinggi . Gereja Tinggi juga disebut Anglo-Katolik dan telah mempunyai "bau dan lonceng," itu mungkin hal yang mendekatkan (keadaan) Surga di bumi yang pernah saya alami.

Empat tahun setelah kami menikah, kami memiliki anak pertama dan ia dibaptis di gereja yang sama di mana kami menikah. Sekitar setahun kemudian, meskipun kami pergi ke gereja Episkopal lain di Keuskupan Dallas untuk mendengarkan Thomas Howard, saudara Elisabeth Elliot dan konversi ke Gereja Katolik. Gereja ini menyebut dirinya Anglo-Katolik dan memiliki liturgi yang paling indah yang pernah saya hadiri - bahkan sampai titik ini.

Mencari Kebenaran
Mundur sedikit sekitar satu tahun setelah pernikahan kami, ketika sahabat saya dari perguruan tinggi Baptis mulai berkencan dengan seorang pria yang sedang mempertimbangkan untuk menjadi Katolik. Tanpa disadari, saya memiliki banyak normal, Amerika, selatan, prasangka Alkitab Belt terhadap Katolik dan benar-benar peduli bagi keselamatan dirinya. Jadi, saya mulai membaca buku-buku Katolik yang dia pinjamkan kepada saya dan cukup cepat menyadari bahwa segala sesuatu yang saya telah diajarkan tentang Gereja Katolik itu bohong: Gereja tidak dapat sesat setelah Kenaikan Yesus, semata-mata memiliki Injil sebenarnya setelah peristiwa Reformasi.

Saya membaca segala sesuatu yang tangan saya dapatkan tentang sejarah Gereja, tulisan-tulisan para Bapa Gereja, dan tulisan-tulisan dari umat Katolik lainnya yang mencintai Iman mereka dan menjelaskan dengan baik. Tidak butuh waktu banyak untuk meyakinkan Saya tentang kebenaran sejarah Gereja Katolik. Saya sudah mencintai Allah dan Firman-Nya, Kitab Suci, namun Saya juga mencintai Gereja Katolik. Salah satu hal yang paling mengetuk saya adalah posisi Gereja pada kesucian hidup (satu-satunya gereja yang 100% pro-life) dan tidak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa Dia adalah benar dari segala sesuatu.

Saya sudah memiliki pemahaman yang benar tentang sakramen-sakramen, yaitu baptisan regenerasi dan transubstansiasi, di tahun-tahun saya di gereja Episkopal, tapi setelah saya menyadari bahwa hanya iman dan Alkitab saja tidaklah alkitabiah dan tak pernah diajarkan oleh Gereja, segala perlawanan saya terhadap Gereja Katolik jatuh. Pada saat itu, saya benar-benar ingin menjadi Katolik, tetapi gereja Anglo-Katolik benar-benar sudah dijalan saya. Kami Anglo-Katolik dan memiliki semua doktrin Katolik tanpa benar-benar menjadi Katolik, sehingga mudah untuk tinggal dan merasa bahwa saya "cukup dekat." Terutama karena Duane senang menjadi Anglikan dan tidak merasa sekuat tarikan yang saya lakukan untuk Gereja Katolik.

Martabat Kehidupan Manusia
Kami pindah dari Dallas ke Chicago pada tahun 2008, dan tidak pernah benar-benar menemukan sebuah gereja baru. Kami menghadiri sebuah gereja Lutheran selama sekitar satu tahun, di mana anak keempat kami dibaptis, dan kemudian melaju sekitar 80 mil ke gereja Episkopal kecil, namun masih belum merasa nyaman. Pada tahun 2010, setelah tak terduga, 18-minggu keguguran, saya punya sedikit gangguan dan pada dasarnya meminta Duane untuk mengantarkan saya pulang ke Dallas. Kami kembali ke Dallas dan kembali ke gereja Anglo-Katolik, tapi tidak merasa seperti di rumah lagi. Aku mulai menyadari betapa teologi - atau ketiadaan - di gereja Episkopal akhirnya memiliki dampak negatif pada saya.

Gereja Episkopal tidak memiliki kenyataan, teologi yang satu. Tentu saja, ada tiga puluh sembilan artikel, tetapi mereka tidak mengikat individu Anglikan dan saya bahkan tidak percaya banyak dari mereka sejak saya masih Anglo-Katolik (dan artikel-artikel yang berbau Protestan). Dalam gereja Episkopal bisa ada imam dan uskup wanita, imam dan uskup gay, dukungan keuangan untuk aborsi, dll. Sementara beberapa orang duduk-duduk meremas-remas tangan mereka yang bersifat progresif, tidak ada yang berubah karena tidak ada infrastruktur untuk melindungi kebenaran. Hanya satu Gereja yang memiliki itu dan itu adalah Gereja yang ingin kutinggali.

Anak kelima kami lahir di Dallas dan hal itu benar-benar sulit untuk pergi ke gereja yang sangat pro-kontrasepsi sementara mengerucutkan panggilan Tuhan bagi kita untuk terbuka terhadap kehidupan. Cukup banyak orang kecuali seorang imam muda yang membaptis dia dan berpikir bahwa kami gila untuk memiliki lebih dari dua anak dan entah secara sopan tidak mendukung atau terang-terangan mengejek kami. Sampai saat ini, teman Baptis yang memberikan saya baby shower  setelah anak kami yang tertua lahir telah menjadi satu-satunya baby shower saya. Bukan berarti saya butuh sesuatu, itu menjadi suatu hal yang menyenangkan untuk bersama orang lain merayakan karunia hidup dengan kami.

Meskipun saya senang berada kembali dengan keluarga saya dan teman-teman di Dallas, itu sulit karena suami saya masih bekerja di Chicago dan menghubungi dia sesering mungkin, seperti yang disebutkan, saya menjadi kecewa dengan gereja kami. Pada tahun 2012, kami akhirnya memutuskan akan lebih baik bagi kita untuk kembali ke Chicago. Saya bilang suami saya bahwa jika kita lakukan, saya akan menjadi Katolik, sesuatu yang telah di hati saya selama hampir dua belas tahun pada saat itu. Aku terdaftar di RCIA dan diterima ke dalam Gereja Katolik pada Malam Paskah 2013. Saya mencintai ajaran Gereja Katolik dan saya senang ketika orang benar-benar bahagia ketika saya mengumumkan bayi lain (nomor enam diperkirakan sekitar Natal 2013)! Terima kasih, Tuhan, karena telah membawa saya pulang!

Dua anak laki-laki tertua kami, Calvin umur 9 tahun dan Patrick 8 tahun, juga diterima dalam Gereja Katolik dan dikonfirmasi dengan saya di Malam Paskah dan semua anak-anak di kelas CCD. Duane belum dikonversi, tapi dia setia menghadiri Misa dengan keluarga kami dan saya diberkati untuk memiliki rasa penghargaan dan dukungan pada setiap langkah perjalanan saya.
Rebecca Hoekstra adalah seorang yang sibuk, homeschooling ibu dari lima, segera menjadi enam. Dia tinggal di daerah Northwest Indiana, dekat Chicago, dan senang membaca, memasak dan menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ia terlibat dalam paroki setempat, St Augusta, di Lake Village, IN, di mana dia akan mengajar kelas CCD di musim gugur. 

Artikel ini diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia
Vivit Dominus in cuius conspectu sto.

Sunday, June 2, 2013

Mukjizat Ekaristi Di Faverney


Pada tahun 1608, Prancis menjadi sebuah saksi nyata penyebaran sekte Protestan dan Kalvinis yang begitu menjalar cepat di kota yang terkenal akan menara Eiffel tersebut. Kaum bangsawan dan rohaniwan Katolik diiming-imingi banyak imbalan materi bila mau memeluk kedua sekte yang dikutuk oleh Konsili Trente tersebut. 

Hal ini malah mereduksi goyahnya iman banyak orangdan menyebabkan ketidakpastian bahkan sampai ke dalam biara-biara. Di kota Faverney ada sebuah biara Benediktin yang para anggotanya sudah banyak menyimpang dari aturan hidup yang telah ditentukan oleh Santo Benediktus dari Nursia, selaku pendiri ordo Benediktin.

Untungnya, mereka masih tetap berdevosi pada Bunda Maria dari Salju, yang terkenal ajaib dan menjadi perantara banyak mukjizat. Bahkan sudah banyak yang diakui Gereja, diantaranya adalah hidupnya kembali dua orang bayi yang belum sempat dibaptis. Pada malam harinya, sebelum Hari Raya Pentakosta tahun 1608, para rahib memutuskan untuk menyiapkan sebuah Altar untuk pentakhtaan dan adorasi Sakramen Mahakudus. Karena luneta (tempat untuk menjepit Hosti Kudus) pada monstran tersebut terlalu besar, maka para rahib berpikir, bahwasanya untuk meletakkan dua buat Hosti saja kedalam monstran tersebut. Saat Ibadat Vesper sudah selesai, para rahib segera meninggalkan monstran tersebut, dan mereka mentakhtakannya di sebuah altar yang terletak disamping Gereja.

Lalu keesokan harinya, saat matahari mulai tampak diufuk timur. Seorang koster membuka Gereja dan seketika melihat Gereja dipenuhi oleh asap dan altar disamping sudah habis terbakar. Tanpa berpikir panjang, sang koster segera berteriak untuk memohon bantuan para biarawan dan para warga yang bermukim disekitar Gereja Basilika Minor tersebut. Para biarawan dan beberapa orang lainnya pun segera masuk kedalam Gereja dan mulai membersihkan abu sambil berharap agar dapat menemukan beberapa bagian dari monstran. 

Interior bagian dalam Gereja
Seketika itu pula, asap mulai menipis dan mereka terkejut menyaksikan monstran kudus sedang melayang diudara. Kerumuman orang makin bertambah dan berkumpul untuk melihat kejaiban Ekaristi itu.

Kedua Tubuh Tuhan selamat tidak tersentuh sama sekali oleh nyala api. Para biarawan terpana sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Mereka meminta nasihat dari para biarawan Kapusin di Veseoul. Para Kapusin bergegas untuk menyiapkan sebuah Altar baru dan merayakan Misa Kudus disana. Ketika Hosti kudus diangkat, dengan perlahan-lahan monstran pun turun ke atas Altar baru tersebut.

Peristiwa tersebut pun segera diteliti kebenarannya oleh Keuskupan setempat. Saat proses penyelidikan kanonik selesai, pada tanggal 10 Juli, Uskup Agung Keuskupan Besancon menyatakan bahwa mukjizat itu asli. Dan pada tangga 13 September pun, Uskup Agung Keuskupan Rodi, yang waktu itu berkedudukan sebagai Duta Paus di Brussels, bergegas untuk menyampaikan kejadian tersebut kepada Sri Paus Paulus V, yang kemudian menganugerahkan Bulla Indulgensi.

Mukjizat luar biasa ini mengobarkan kembali Iman banyak orang. Pada tahun 1862, Kongregasi Pemujaan Ilahi dan Disiplin Sakramen mengesahkan perayaan Mukjizat tersebut. Pada tahun 1908, perayaan tiga abad mukjizat tersebut pun diperingati dengan hikmat dalam suatu Kongres Ekaristi Nasional. Relikui salah satu dari Hosti kudus tersebut tetap utuh dan masih dapat dilihat serta dihormati sampai hari ini. Sayangnya Hosti yang satunya lagi diberikan pada Gereja di Dole dan telah dihancurkan oleh kaum revolusioner pada tahun 1974.

Sebuah kaca patri yang melukiskan peristiwa tersebut

Doa: Tuhan aku bersumpah bahwa aku percaya dengan segenap hatiku yang paling dalam, bahwa Engkau betul-betul hadir didalam Perayaan Ekaristi ini, tambahkanlah imanku agar aku semakin percaya bahwa Engkau betul-betul hadir dalam Perayaan Ekaristi. Buatlah aku mencintai Engkau dan takut terhadap Engkau. Tuhan hanya satu yang kupinta daripadaMu, aku hanya ingin memberikan hatiku sepenuhnya kedalam Kerahimanmu yang begitu dalam itu. Tuhan hadirlah didalam hatiku, aku ingin merasakan sepenuhnya kedamaian dan sukacita bersama Engkau. Amin.

Dominus illuminatio mea!

Silahkan juga baca artikel-artikel berikut:

Tuesday, May 14, 2013

Kesaksian Katolik - Dari Islam Ke Katolik


Kisah Daniel Ali - mewartakan Kristus yang tersalib

Pada tahun 1959 saya dilahirkan dalam sebuah keluarga Muslim di Kurdistan di Irak utara. Saya adalah anak kelima dari sebuah keluarga besar. Budaya Arab dan agama Islam adalah pengaruh yang amat dominan, yang menaungi tiga negara di Irak, namun negara yang terbesar adalah Kurdistan. Saya memulai belajar secara formal bahasa Arab pada saat usia saya menginjak dua belas tahun. Seiring berjalannya waktu, pada saat saya berusia enam belas tahun, saya menulis puisi dalam bahasa Arab, yang beberapa di antaranya telah diterbitkan pada awal tahun 1976.

Kegiatan politik saya, di oposisi Kurdistan untuk melawan Saddam Hussein, sebagian besar terjadi di Irak. Saddam Hussein, dari salah satu begitu banyaknya invasi kepada masyarakat Kurdi, adalah memindah secara paksa masyarakat dari kampung halaman mereka, mengusir mereka ke negara bagian lain, dan untuk merampas sekaligus dan mengamankan kekuasaannya atas ladang minyak di Kurdi. Sehingga mulai tahun 1975, upaya aktif saya adalah untuk membebaskan orang-orang Kurdi dengan menyatukan mereka secara politis.

Dan untuk ini, saya telah mengalami begitu banyak penderitaan di penjara dan juga telah disiksa beberapa kali oleh Saddam. Dengan menutup pertemuan saya dengan ��kematian�, hal ini bisa dipandang sebagai  sebuah �keberuntungan" karena pada saat itu beberapa tentara telah menyerang Kurdistan dan menghabisi nyawa beberapa rekan saya. Telah berkali-kali Tuhan menyelamatkan hidup saya, dari kematian yang tampaknya datang begitu dekat melalui keputusan hakim, pada sebuah bom kimia yang jatuh seperti hujan di Kurdistan. Namun, saya tetap tidak menyadari bahwa itu adalah pertolongan dari tangan Tuhan.

Di kemudian hari, saya terus menerus memperjuangkan hak kebebasan di negara saya, saya sering menghabiskan beberapa bulan di pegunungan, dengan didampingi hawa dingin, rasa lapar, ketakutan yang begitu mendera, dan beberapa kolega saya yang merasa telah ditinggalkan oleh bangsa-bangsa di dunia. Lalu pada tahun 1988, saya melihat didepan mata saya, teman-teman yang begitu saya cintai mati menggenaskan dalam serangan bom kimia di kota Halabja. Saya mulai memahami kelemahan dari setiap orang karena dosa-dosanya dengan keputusasaan hidup tanpa naungan Tuhan.

Ketertarikan awal saya pada Iman Kristiani
Sejak awal hidup saya, hati saya begitu tertarik pada cara hidup orang Kristen, terutama dari kenangan saya yang paling awal dari tetangga Kristen saya, banyak hal dari mereka yang telah memberikan sebuah contoh yang indah dari kasih Kristus. Mengingat mereka, telah meninggalkan saya, maka saya sadar sebuah relasi nyata bahwa Allah telah memanggil saya, bahkan sejak masa kecil saya.

Suatu hari, seorang Katolik Armenia memberikan kepada saya sebuah buku tentang para martir dari Gereja awal. Saya membacanya dan terinspirasi untuk membela secara hidup dan mati kebebasan teman-teman saya di Kurdistan. Saya mempunyai kebiasaan senang membaca, selama masa mudaku dengan membaca secara luas ilmu teologi, filsafat, dan sejarah. Karena hal tersebut, saya telah menjadi seorang yang fasih dalam berbahasa Inggris yang juga dipengaruhi dengan membaca karangan Voltaire, Hegel, dan Dickens, dan beberapa nama terkenal lainnya.

Akhirnya saya melanjutkan studi saya pada iman Kristen kepada Santo Thomas Aquinas. Dengan investigasi yang konsisten dan perbandingan teologi antara Islam dan Kristen, saya mulai mengenali kebenaran agama Kristen pada awal tahun 1982. Tapi hal ini hanya pengakuan secara intelektual saja. Saya hanya mengakui bahwa Yesus adalah seorang Mesias, namun saya tidak mengenal Ia secara pribadi.

Beberapa saat setelah Perang Teluk Persia, saya menikah dengan Sara, seorang Kristen dari Amerika, lalu saya mengatakan kepada istri saya, bahwa saya percaya Yesus adalah Mesias. Namun dia sama sekali tidak mempunyai niat apapun untuk mengubah saya menjadi seorang Kristen. Saya melakukan hal ini dengan fakta bahwa saya mengakui dan percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah seorang Mesias.

Muslim memahami istilah-istilah ini dengan perbedaan yang signifikan dari cara Kristen memahami mereka. Istri saya tahu bahwa hal ini adalah kesepakatan serius dan tidak main-main, kami telah bertahan selama dua tahun kedepan, dari semua badai yang menggeluti hubungan pernikahan kami yang berbeda budaya dan agama. Melalui banyak argumen dan ketidaksepakatan yang pahit, saya perlahan-lahan mulai melihat bahwa Sara terus memaafkanku, mencintai saya, dan ingin saya menjadi diri saya sendiri.

Lalu tanpa sepengetahuan istri saya, saya mulai menyadari bahwa istri saya adalah kesaksian hidup nyata dari Pribadi Kristus dalam perjuangan pernikahan kita. Pada akhirnya, saya mulai bangun pada malam hari untuk membaca Kitab Perjanjian Baru secara diam-diam. Hal ini semakin mendekatkan kepada Tuhan, karena saya telah bertemu dengan-Nya didalam SabdaNya yang kudus, Alkitab.

Di kemudian hari, kami berangkat ke Amerika Serikat pada awal tahun 1993 untuk melanjutkan usaha kecil Sara, yang telah berjalan pada saat itu. Dan saat itu juga, saya telah menyisihkan sebagian besar hidup saya untuk mempelajari Teologi Islam dan Kekristenan. Observasi ini membawa saya pada sebuah perjalanan, yang akhirnya telah membawa saya kepada Yesus Kristus, yang saya akui secara intelektual sebagai seorang Mesias. Namun pada saat itu, bagaimanapun juga saya belum membuat komitmen untuk segera di Baptis.

Baptisan, Konversi, dan Gereja Katolik
Suatu hari saya didekati oleh dokter gigi saya, Doktor Blevins, yang berdoa bersama dengan saya yang pada akhirnya membawa iman saya kepada Kristus selama musim panas tahun 1995. Saya kemudian dibaptis didalam Kristus pada tanggal 17 September 1995. Dan mulai hari itu semua yang ada didalam hidup saya berubah.

Saya segera memberitahu teman-teman Muslim saya, dengan menceritakan mengapa saya menjadi seorang Kristen dan ini merupakan sebuah upaya besar untuk menginjili mereka. Saya mempelajari Alkitab dan saya sudah mulai bisa mengutip beberapa bab dan ayat, dan mulai bersaksi kepada semua orang yang mau mendengarkan. Banyak memang yang mendengarkan, dan benar, beberapa orang mulai tertarik kepada Kristus dan Alkitab.

Saya sadar, bahwa saya saat ini saya telah memiliki apa yang diperlukan oleh bangsa saya, dan juga kepada orang Muslim seluruh dunia. Saya punya Injil, dan tidak ada seorang pun yang bisa mencegah saya untuk mewartakan Firman Tuhan.

Beberapa tahun ke depan atau lebih, saya telah membaca selama berjam-jam setiap hari, menyaksikan ratusan orang yang datang ke tempat kerja saya, yang menemukan saya bahwa saya memiliki karunia untuk membawa orang kepada iman didalam Kristus dan untuk menguatkan kembali Iman mereka. Dalam pekerjaan kecil saya ini, di lingkungan saya, di antara orang asing dan teman-teman saya, saya tidak menemukan apa-apa lagi selain Yesus Kristus.

Sekarang, pertobatan saya telah menginjak umur 8 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, Tuhan telah menggunakan saya sebagai saksiNya untuk membawa banyak orang kepada-Nya, beberapa dari mereka Muslim, beberapa dari mereka ada orang murtad, adapula seorang dari mereka yang Atheis. "Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Markus 8:38)

Segera setelah pembaptisan saya, Sara dan saya memulai studi Alkitab dalam ruang lingkup lingkungan, dan setiap orang dari berbagai denominasi bisa datang. Suatu saat, pada saat kami sedang studi Alkitab, datanglah seorang bocah (tetangga saya) berumur sembilan tahun, namanya adalah Joe Sobran, yang membacakan kepada kami, pertanyaan dan jawaban dari Katekismus Baltimore. Sara dan saya sempat terkejut, pada beberapa pertanyaan unik yang juga disambut dengan sebuah jawaban sederhana dan begitu mendalam darisetiap bab.

Si Joe kecil pun tidak menyerah, ia bertanya kepada kami, mengapa tidak menjadi seorang Katolik saja. Dia berjanji akan menanam setiap benih, setiap kali ia berbicara kepada kami berkaitan dengan iman Katolik.

Suatu malam, Sara dan saya sedang menonton televisi,  dan saa itu ada siaran Misa disebuah stasius televisi yang bernama EWTN, dan tepat sekali, pada momen saat itu yaitu konsekrasi. Ketika Immam itu mengangkat Hosti. Kami terkejut karena hormat yang begitu indah dari umat kepada Yesus. Dan kemudian imam mengangkat piala, yang juga merupakan sebuah keindahan bagi kami. Keindahan dari jubah Imam, menunjukkan kepada saya sebuah arti, bahwa hanya yang terbaiklah yang bisa kita berikan kepada Allah. Sara dan saya tiba-tiba mengerti bahwa keindahan dalam Gereja Katolik berada di sana karena itu benar-benar Rumah Tuhan.

Pada tahun 1996, Sara dan saya diperkenalkan dengan teolog Katolik bernama Pastor William G. Most, yang juga mengajarkan kami berdua, teologi Katolik. Dia dengan murah hati memberikan waktu setiap hari Minggu selama satu tahun setengah, untuk membawa kami berdua kedalam Gereja Katolik. Kami diterima ke dalam Gereja Katolik pada tanggal 13 Juli 1998 dengan sebuah Misa khusus.

Pastor William kemudian meninggal pada bulan Januari tahun 1999. Hal itu bagi saya adalah sebuah berkat kekal, dimana dengan duduk di kakinya dan belajar iman Katolik, mendorong saya untuk berbuat sesuatu di mana Kristen dan Muslim bisa berdialog.

Setelah kematiannya, saya terus melanjutkan misi hidup saya untuk mencapai Muslim. Dan misi ini berbuah kesuksesan namun dengan urgensi yang baru, setelah peristiwa mengerikan pada tanggal 11 September 2001. Ini jelas menjadi menjadi sebuah pilihan bagi banyak orang, bahwa Muslim dengan begitu agresif akan "menginjili" Barat melalui berbagai bentuk jihad mereka, atau kita yang akan menginjili mereka dengan Kabar Baik Yesus Kristus.

Saya telah meminta untuk berbicara beberapa kali sejak tragedi itu. Pembicaraan ini berbicara tentang realitas Islam, strategi mereka untuk mengubah kita menjadi Islam, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mendengar dan menerima mereka dalam pangkuan Gereja.

Di masa lalu, orang-orang Kristen telah tergantung pada Alkitab untuk menginjili umat Islam. Namun strategi ini telah diketahui secara pasti oleh kaum Muslim. Karena mereka percaya bahwa orang Kristen dan Yahudi telah merusak Alkitab. Namun sebaliknya! Kita harus mengembangkan bukan sebuah metode untuk menjangkau umat Islam dengan menggunakan sumber mereka, seperti Al-Qur'an dan berbagai tradisi tentang Muhammad. Namun semua dari kita di Barat harus belajar sekarang, untuk belajar bagaimana, melibatkan agama dan budaya yang sama sekali asing bagi budaya Yahudi-Kristen.

Peristiwa ini menyerukan kepada kita sebuah strategi baru. Semoga Tuhan membimbing dan memberdayakan kita untuk tugas ini dengan kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Putra-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus.

Tambahan: Berikut sebuah kesaksian hidup pertobatan seorang Islam menjadi Katolik, disini kita belajar bahwa rahmat Allah tidak hanya ada terus menerus didalam Gereja Katolik, namun rahmat Allah ada didalam hati nurani setiap orang, sehingga memampukan setiap orang untuk menemukan Allah benar didalam Yesus Kristus dan juga Gereja para Rasul, Gereja Katolik. Sehingga kini kita diajak mengerti bahwa kita harus membedakan antara rahmat dan keselamatan, Gereja Katolik mengakui bahwa di luar Gereja Katolik ada rahmat Allah yang bila ditanggapi �ya� oleh manusia akan membawa mereka ke dalam Gereja Katolik sehingga beroleh keselamatan.

Dogma Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan (Extra Ecclesiam Nulla Salus) sama sekali tidak menyangkal adanya rahmat Allah di luar Gereja. Kalau tidak ada rahmat di luar Gereja; tidak mungkin Scott Hahn (eks Protestan), Kardinal Manning (eks Anglikan) dan Daniel Ali (Islam) mau pulang ke pangkuan Bunda Gereja yang kudus ini. Sekian dari kesaksian ini, semoga bermanfaat.

Dominus illuminatio mea!

Sunday, February 10, 2013

Mukjizat Ekaristi di Regensburg


Pada Hari Kamis Putih tanggal 25 Maret 1955 di sebuah kota di negara Jerman bernama Regensburg, alkisah ada seorang Imam yang sedang bergegas pergi untuk memberikan viaticum (komuni terakhir bagi orang yang hampir mendekati ajal) bagi seorang yang sedang terbaring hampir mati. Ketika Ia hampir tiba di kota, Imam tersebut  malah dihadang oleh sebuah sungai yang meluap karena badai. Penduduk setempat biasanya menggunakan sebuah papan kayu untuk dapat menyeberangi sungai tersebut, sehingga mau tidak mau imam tersebut harus menggunakan papan kayu untuk menyeberangi sungai! Karena tidak ada lagi kesempatan untuk berpikir 2 kali karena orang yang akan diberi komuni hampir mati! 

Dengan berhati-hati sang Imam mulai melewati papan kayu, namun karena suatu kecerobohan, sang Imam malah tergelincir dan menumpahkan sibori yang berisi hosti-hosti kudus yang sudah dikonsekrasi, lalu dengan menyesal imam tersebut bergegas ke kota. Seketika sampai di kota sang Imam mengajak seluruh umat untuk mendirikan sebuah kapel disungai tersebut sebagai tindakan silih hari itu juga.

Pada tanggal 8 September 1255 Bapak Uskup meresmikan kapel tersebut dan sejak saat itu, kapel tersebut sering dikunjungi banyak umat untuk beradorasi dan berdoa. Hingga pada suatu saat ketika seorang Imam sedang merayakan Misa Kudus di kapel tersebut, hatinya mulai diliputi keraguan-raguan akan Kristus yang hadir secara nyata pada saat itu juga. Sehingga Imam tersebut menunda untuk mengangkat Piala Kudus, dan tiba-tiba ia mendengar suara yang amat lembut yang berasal dari Salib di Altar. Dan seketika itu juga tangan Tuhan yang terpaku dikayu salib mengambil Piala dari tangan sang Imam lalu mengangkat Piala tersebut agar umat yang hadir dapat menyembah DarahNya yang amat suci. Sang Imam kemudian dengan menyesal dan berlutut menyembah Allah untuk memohon pengampunanNya atas keragu-raguan sang Imam dan Tuhan kemudian mengembalikan Piala kepada sang Imam sebagai tanda pengampunan. Hingga saat kini kapel tersebut semakin ramai dikunjungi oleh banyak orang tiap tahunnya.

Dan dari kisah ini apa yang bisa kita pelajari? Untuk apa kita ragu terhadap kehadiran nyata Kristus didalam perayaan Ekaristi? Kristus sungguh-sungguh hadir didalam perayaan Ekaristi! Dia bukan lagi Allah yang tidak kelihatan namun mau merendahkan diri serendah-rendahnya hingga menjadi sama dengan manusia. Hingga mau hadir didalam Perayaan Ekaristi dalam rupa seorang Imam dan mengorbankan Tubuh dan DarahNya diatas altar agar kita bisa meresapi cinta kasihNya yang luar biasa bagi umat manusia.

Dominus illuminatio mea

Sunday, October 28, 2012

Kesaksian Dari Orthodox Koptik Menjadi Katolik Koptik


Diterjemahkan dari
Catholic Answer Forum: My Witness by mardukm

Berikut ini adalah kesaksian dari mardukm seorang anggota Catholic Answers Forum yang berasal dari Gereja Ortodoks Koptik dan kemudian menemukan kembali persatuannya dengan Gereja Katolik. Kesaksian marduk tidak bernada polemis (menunjukkan bahwa Ortodoksi Oriental khususnya Koptik adalah salah) melainkan menunjukkan bahwa perbedaan antara Gereja Katolik khususnya tradisi Latin dengan saudara-saudara terpisah di Timur sebenarnya tidaklah sebesar apa yang kerap kali nampak. Marduk menunjukkan bahwa pembelajaran yang serius menunjukkan bahwa perbedaan yang ada seringkali lebih mengarah kepada kesalahpahaman yang selama berabad-abad menjadi semakin parah karena kurangnya komunikasi dan semakin menebalnya prasangka. Harapan kami kesaksiannya dapat membantu kita semua melihat persamaan dan perbedaan menjadi lebih jernih, dan membantu kita semua menghayati Kekatolikan kita secara lebih baik lag


Keterangan Istilah:
Ortodoks Timur= Gereja-gereja Ortodoks yang mengakui 7 Konsili Oikumenis pertama dan berada dalam persekutuan dengan Patriarkh Konstantinopel, serta baru memisahkan diri dari Gereja Katolik sejak tahun 1054.


Ortodoks Oriental= Gereja-gereja Ortodoks yang memisahkan diri sejak Konsili Chalcedon, dan karenanya juga disebut sebagai non-Chalcedonian. Termasuk ke dalam Gereja-gereja ini adalah Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Syria.



Katolik Koptik= Salah satu dari 22 gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik. Gereja ini terdiri dari orang-orang Koptik yang kembali ke dalam persekutuan Katolik.


Kristos Anesti!

(Kristus Bangkit!)


Saudara-saudari dalam Kristus

Beberapa waktu lalu, saya telah menerima beberapa permintaan untuk menceritakan pengalaman perpindahan Gereja saja. Saya selalu merasa enggan melakukannya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk itu. Bagaimanapun juga, perhatian utama saya adalah saya khawatir orang-orang akan berpikir mengenai sesuatu yang salah dengan iman Ortodoks Koptik saya. Namun, sejak saya kembali online sekitar dua minggu yang lalu, saya telah menerima sejumlah permintaan melalui pesan pribadi atau e-mail (kebanyakan adalah orang yang tak pernah saya temui di Catholic Answers Forum; saya menduga mereka memiliki status �sekedar pembaca� atau saya hanya tidak berjumpa dengan mereka), mereka ini adalah orang-orang Timur, Oriental, dan Barat yang ingin agar saya memberikan kesaksian tentang perpindahan saya. 

Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.


Sebelum mulai, saya ingin menyampaikan suatu pengamatan bahwa salah satu permintaan itu ada yang menyatakan �Saya belum pernah menemui seorang Oriental yang berpengetahuan dan tampak Romawi seperti Anda.� Dalam tradisi Koptik saya, belajar dipuji sebagai sarana yang penting untuk mengenal Allah, secara istimewa adalah mempelajari Kitab Suci, Bapa-bapa Gereja, dan kehidupan para kudus. Saya selalu berusaha untuk menjadi seorang pelajar yang serius (sayangnya belakangan ini tidak, karena tanggung jawab dunia nyata saya meningkat dengan sangat dramatis). 

Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terlihat �Romawi�. 

Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.

Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH. 

Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik. 

Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- �Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?�

Hal semacam ini memiliki dampak yang besar dalam perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik. Saya tak pernah melihat usaha seorang Koptik Katolik untuk membujuk seorang Ortodoks Koptik berpindah Gereja, namun saya telah menemui orang Ortodoks Timur melakukannya terhadap orang Koptik, DAN bahkan seorang Ortodoks Timur yang berpindah ke Ortodoksi Oriental, justru berusaha memaksakan pandangan Timur tertentu kepada saudara-saudara non-Chalcedonian saya, khususnya mengenai pandangan yang berkaitan dengan (walaupun tidak terbatas pada) penebusan, kesederhanaan Allah, dan padangan non-ekumenis mereka terhadap Gereja Katolik. 

Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.


Ortodoksi Timur telah memiliki terlalu banyak anggota yang menunjukkan intoleransi, ketidaktahuan, dan kesombongan, daripada buah-buah rohani kebaikan, pengertian, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Saya memiliki kesan ini sejak saya masih seorang Ortodoks Oriental sebelum perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik; sedih memang, hanya sedikit bukti yang berkebalikan dengan hal itu telah saya lihat sebagai seorag Ortodoks Oriental yang memiliki persekutuan dengan Roma.


Jadi apa yang memulai perjalanan saya kepada Kekatolikan? Awalnya hanya perubahan sederhana dalam Liturgi Koptik yang hampir tidak dirasakan perubahannya, yaitu penghapusan frase �kepala para Rasul� dari gelar St. Petrus dan Paulus. saya ingin tahu alasan perubahannya, jadi saya menyelidiki Bapa-bapa Gereja. Hal ini dimulai sebagai sekedar penelitian ilmiah terhadap frase �kepala para Rasul� dalam Gereja perdana yang akhirnya mengantar kepada penerimaan yang nyata dna penuh akan Kebenaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik.


Tentu saja ada hal-hal doktrinal yang memisahkan Ortodoksi Koptik dari Gereja Katolik- berbeda dari Kekatolikan, dan lebih dekat dengan Ortodoksi Timur, saya dapat menyebutkan sejumlah hal seperti: Pengandungan Tanpa Noda Bunda Allah, Filioque, Api Penyucian, dan Kepausan (sebagai masalah berbeda dari eklesiologi, karena eklesiologi Oriental lebih serupa dengan eklesiologi Katolik daripada eklesiologi Ortodoks Timur)- saya hanya menyebutkan hal ini karena hanya hal-hal itulah yang benar-benar bisa disebut masalah (hal lain seperti ikon, penggunaan roti tak beragi untuk Ekaristi, co-Mediatrik, dst. TIDAK TERMASUK). 

Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.


1) Pertama dan terutama, dalam memahami masalah-masalah tertentu, hendaklah selalu memilih penjelasan dari mulut kuda dan bukan dari mulut sapi. Bedakan antara interpretasi yang mungkin dengan apa yang pada dasarnya dimaksud oeh ajaran itu. Dengan kata lain, terimalah ajaran-ajaran ini SEBAGAIMANA MEREKA ADA, bukan berdasarkan karikatur yang dikenakan kepada ajaran-ajaran itu oleh para polemis. Hal ini membutuhkan banyak pembelajaran dan pemahaman. Misalnya, mengenai masalah Filioque, keberatan umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran ini mengaburkan pembedaan antara Pribadi Bapa dan Putera (beberapa polemic bahkan lebih jauh mengatakan bahwa ajaran ini mengaburkan SEMUA Pribadi Trinitas). Bagaimanapun, penafsiran semacam ini tidak dapat ditemukan dalam ajaran Gereja Katolik. Sebaliknya, Gereja Katolik malahan SECARA TEGAS mengajarkan pembedaan diantara Pribadi-pribadi Ilahi.


2) Dalam memahami sebuah masalah khusus, hendaklah selalu membiarkan argumen mengalir sampai selesai. Pada satu titik , pihak lain tidak akan dapat menjawabnya. Terimalah kata akhir, terutama JIKA hal itu logis. Misalnya, berkaitan dengan kepausan, tidak perduli dalam hal apa diskusi (atau argumen) mengenai kepausan dimulai, hal itu selalu berakhir dengan argumen dimana saya tidak pernah mendapatkan jawaban, �Kamu percaya akan prinsip apostolik tentang kerekanan (i.e. sebuah badan yuridis dengan kepala yuridis). lalu, apa yang membuatmu berpikir bahwa prinsip ini harus berhenti pada tingkat Kepatriarkan? Tidakkah hal itu juga harus diterapkan pada Gereja sebagai keseluruhan dan bukannya hanya pada Gereja-gereja lokal?� (Tentu, saya mengakui bahwa retorika semacam itu akan gagal untuk meyakinkan seorang Ortodoks Timur yang memiliki paradigm eklesiologi yang berbeda).


3) Saat menfsirkan suatu latar belakang sejarah, pilihlah yang mengakomodasi SEMUA fakta. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan. Mislanya, dalam hal pendudukan Konstantinopel, biasanya orang-orang non-Katolik akan menyalahkan Paus atas seluruh kejadian ini. Para polemis ini tidak pernah memperdulikan bahwa Paus secara eksplisit melarang para prajurit perang salib untuk pergi ke Konstantinopel sebelum pergi ke tanah suci, dan bahwa penyebab langsung dari kehadiran tentara salib di Konstantinopel adalah seorang Yunani dari Konstantinopel sendiri.


4) Pelajarilah para Bapa Gereja awal. Hal ini memerlukan kesetiaan. Pembelajaran yang mendalam akan sejarah Gereja awal pada millennium pertama akan menunjukkan kebenaran yang menuntun kita menjadi satu sebagai Tubuh Kristus lagi. Pembelajaran ini akan menunjukkan semua Tradisi Aposolik yang kita miliki bersama daripada apa yang umumnya kita pahami atau salah pahami sebagai hal yang memisahkan kita.


5) Selalu menunda penilaian dan selalu mau untuk mendekati suatu masalah sebagai murid. Hal ini membutuhkan pengendalian diri dan kerendahan hati.


6) Selalu mau untuk mengakui bahwa Anda salah ketika fakta-fakta menunjukkan kita salah. Hal ini memerlukan kerendahan hati.


7) Pastikan hati nurani bersih dari segala tanda-tanda kemunafikan saat seseorang menuduh pihak lain atau semacanya. Hal ini membutuhkan pengertian dan kerendahan hati. Inilah pendekatan batin yang sungguh membantu saya. Semakin saya mampu melihat ke dalam dengan mata saya, saya semakin memahami bahwa saya tidak memiliki dasar yang kuat untuk sebagian besar, atau malah semua, kesalahpahaman saya mengenai Gereja Katolik. Misalnya, mengenai Maria dikandung tanpa noda. Saya dulu (sebelum perpindahan saya) pernah mengatakan kepada teman Katolik saya, �Jika pengandungan Maria tanpa noda menghindarkan Maria dari kemampuan berdosa, maka hal itu menghindarkannya dari kehendak bebas.� Ia menjawab, �Yesus tidak punya kemampuan berbuat dosa. Apakah kamu juga mempercayai bahwa Yesus tidak punya kehendak bebas? Hal ini tidak dapat dibantah adalah sesuatu yang sangat logis bagi saya. Sekarang saya sering menggunakan retorika itu, dan hasilnya selalu sama, entah pengakuan, atau kebungkaman. Tentu saja, cara berpikir ini tergantung pada poin 6 di atas- kemauan dan kerendahan hati untuk mengakui saat seseorang bersalah.


8) Mengampuni. Dalam pembelajaran saya akan Katolisisme, saya menerapkan setiap poin-poin ini, menghidupinya dengan banyak doa, dan menghasilkan buah-buah Roh. Saya mengakui bahwa momentum dari lahirnya sudut pandang ini adalah pengalaman saya sebagai seorang Arab-Amerika yang sejak masih kecil telah menerima banyak prasangka. Ketika saya tumbuh besar, saya dihadapkan pada pilihan: 1) Menyerah kepada kebencian, dan melakukan kepada orang lain seperti yang mereka lakukan padamu; 2) Menyerah pada apatisme; 3) Mencari kebaikan terlebih dahulu daripada menerima kejahatan, atau lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin mereka lakukan padamu. Berkat rahmat Allah, saya memilih pilihan yang terakhir. Contoh: Saat Bapa Suci Paus Yohanes Palus II dalam kenangan terberkati ingin mengunjungi Russia dengan Ikon dari Kazan (seingat saya itulah namanya), seorang pengamat Ortodoks Timur memberi dua kemungkinan: 1) Melihat kebaikan, dan memandang pemberian itu sebagai tindakan kerendahan hati; 2) Melihat yang jelek, dan melihat hadiah itu sekedar sebagai semacam sogokan. Saya menemukan banyak orang Ortodoks Timur yang memilih pilihan 1, tetapi yang memilih pilihan 2 lebih heboh dan menerima perhatian media. Karena pengalaman saya dengan prasangka, saya mencela kemunafikan dan ketidaktahuan.. Saya lebih bisa menerima keidaktahuan, dan selalu ingin mengoreksinya dengan pengetahuan yang disertai kesabaran, tetapi saat saya berhadapan dengan kemunafikan, saya aku, saya mendapat lebih banyak gairah untuk mempertahankan Gereja Katolik.


Saya juga sering ditanya mengenai perasaan saya tentang perubahan Liturgi di Gereja Barat. Bukankah ini suatu tanda bahwa Gereja Katolik mengkhianati tradisinya dan seharusnya mencegah saya dari menjadi Katolik? Hal ini, sekali lagi, menunjukkan kesamaan antara paradigma Katolik dan Koptik. Bagi orang Koptik, Uskup adalah penjaga jiwa kita, sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Suci, dan dalam otoritas mereka ada kekuasaan untuk mengikat dan melepaskan untuk menentukan cara dan sarana yang melaluinya kita diilahikan; bentuk Liturgi ada dibawah pengawasan Uskup. Bagi orang Koptik dan Katolik, Liturgi terutama diarahkan untuk mendekatkan kita dengan Kristus., dan puncak dari Liturgi adalah Ekaristi, semua unsur lain dalam Liturgi diakui hanya sebagai sarana untuk menyiapkan diri atau merenungkan Ekaristi dengan cara yang layak. Dengan memperhatikan dua hal ini, sebagai orang Koptik saya tidak punya urusan untuk menilai Liturgi Barat. Dan jika saya harus menilainya, maka penilaian saya didasarkan pada dua kriteria di atas- 1) Apakah perubahan Liturgi ini dilakukan oleh otoritas yang berwenang; 2) apakah perbuahan ini untuk mempermudah atau meingkatkan persatuan dengan Kristus? Saya menemukan bahwa Gereja Katolik Barat telah memenuhi kedua kriteria ini (tentu saja perubahan ini tidak mengabaikan bahwa ada unsur-unsur tertentu dalam Misa/Liturgi yang mutlak harus ada agar Misa/Liturgi menjadi valid). Tuduhan sensasionalis terhadap gereja lokal yang melakukan ini dan itu jelas bukan kesalahan Magisterium Katolik, karena kesalahan-kesalahan ini muncul pada tingkat paroki (i.e. praktek-praktek ekstrim ini juga tidak diadakan oleh Uskup lokal).


Mungkin saja bahwa banyak orang Kristen Oriental terhelenisasi secara berlebihan. Hal ini terjadi karena kebanyakan literatur berjudul �Ortodoksi� yang dapat diperoleh datang dari Ortodoks Timur. Juga dipahami, bahwa orang-orang Kristen Oriental kerapkali melihat Ortodoksi Timur sebagai acuan bagi pemahaman spiritualitas, makna Liturgi, eskatologi, eklesiologi, dll. Hal yang menyedihkan adalah bersamaan dengan semua ini datanglah suatu cara pandang anti-Latin yang kuat. Segala sesuatu yang tampak dan berbau Latin, harus dianggap sebagai penyusupan terhadap tradisi Timur/Oriental yang �asli�. Hal ini JAAAAUHHH dari kebenarannya saudara-saudariku dalam Kristus. Orang Timur memiliki tradisi mereka sendiri yang terhormat, dan sebagai orang Oriental kita juga memiliki identitas khas kita sendiri, tanpa dipengaruhi oleh polemik Timur dan Barat dari abad 12 sampai abad 15.


Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan dan seringkali saya ulangi: Saya tidak datang ke dalam persekutuan Katolik dengan pandangan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ortodoksi Koptik. Saya tidak menolak apapun dari warisan Koptik saya untuk menjadi Katolik; saya hanya menolak kesalahpahaman dan ketakutan tentang Gereja Katolik yang dulu saya pegang. Inilah sebabnya saya tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap keputusan saya menjadi Katolik sebagai suatu pertobatan, tetapi perpindahan. Perpindahan ini jelas merupakan suatu berkat khusus yang hanya dapat ditemukan dalam Gereja Katolik diantara keluarga Gereja-gereja Apostolik. Dan saya mengundang setiap orang untuk mempelajari Gereja Katolik dan menikmati damai Kristus yang tidak dapat dipahami.


Saya berdoa agar tulisan ini mencukupi sebagai jawaban bagi mereka yang meminta saya untuk memberikan kesaksian tentang harapan yang ada pada saya. Maafkanlah saya jika saya telah menyinggung seseorang. Dan silahkan menghubungi saya untuk pertanyaan lebih jauh.


Berkat,

Marduk.


Dominus illuminatio mea!

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)