Latest News

Sunday, March 30, 2014

Praktek Devosi Diselipkan Kedalam Perayaan Ekaristi?


Kini telah menjadi hal yang lumrah terutama didalam Masa Prapaskah ini, praktek Devosi dicampuraduk dengan Perayaan Ekaristi. Sebagai contoh, ketika Ibadat Jalan Salib dijadikan sebagai pengganti Pembukaan dan Liturgi Sabda; melihat kondisi dimana Ibadat Jalan Salib diselipkan didalam Perayaan Ekaristi merupakan praktek yang jelas sangat salah. Karena dengan dihilangkannya bagian Pembukaan dan Liturgi Sabda, malah membuat Perayaan Ekaristi menjadi tidak valid dan membuat Perayaan Ekaristi seolah-olah menjadi lumpuh. Analogi yang dapat digunakan ialah bahwa kita manusia memiliki 2 kaki, bayangkan saja kaki kanan kita adalah Liturgi Ekaristi dan kaki kiri kita adalah Liturgi Sabda, ketika kaki kiri kita dipotong apakah kita mampu berjalan seperti biasanya? Miris mungkin bila melihat beberapa paroki telah menerapkan praktek yang keliru ini, namun hendaklah kita berprinsip membiasakan yang benar ketimbang membenarkan kebiasaaan.

Praktek Devosi yang kemudian dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi sebenarnya memiliki dua interpretasi yang berbeda. Pertama, ketika praktek Devosi yang dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi namun menghilangkan bagian Pembukaan dan Liturgi Sabda, hal ini adalah perbuatan yang salah; namun ketika praktek Devosi yang dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi dan format Perayaan Ekaristi tetap utuh, ini adalah penerapan praktek yang sangat terpuji bahkan begitu dianjurkan untuk diterapkan oleh tiap paroki. Hingga sekarang, paroki yang saya ketahui menerapkan praktek yang benar ini ialah Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus, Keuskupan Banjarmasin.

Secara umum, pencampuran keliru antara praktek Devosional kedalam Perayaan Ekaristi didasari oleh dua hal:
  1. Demi menarik minat umat untuk hadir dalam praktek Devosional.
  2. Demi mempersingkat waktu yang ada.
Dua argumen yang saya kemukakan diatas, didasari pada kebiasaan dan minat umat yang pada umumnya tertarik pada Perayaan Ekaristi apalagi durasi Perayaan Ekaristi telah dipersingkat dengan dihilangkannya Pembukaan dan Liturgi Sabda.

Romo Edward McNamara, L.C., Professor Liturgi Universitas Regina Apostolorum dalam sebuah artikel tanya jawab di situs Zenittelah mengutip Dokumen Gereja yang berjudul DIRECTORY ON POPULAR PIETY AND THE LITURGY PRINCIPLES AND GUIDELINES (silahkan klik link untuk membaca dokumen ini lebih lengkap)� yang isinya sbb:

�DIRECTORY ON POPULAR PIETY AND THE LITURGY PRINCIPLES AND GUIDELINES� 

13. The objective difference between pious exercises and devotional practices should always be clear in expressions of worship. Hence, the formulae proper to pious exercises should not be commingled with the liturgical actions. Acts of devotion and piety are external to the celebration of the Holy Eucharist, and of the other sacraments.

On the one hand, a superimposing of pious and devotional practices on the Liturgy so as to differentiate their language, rhythm, course, and theological emphasis from those of the corresponding liturgical action, must be avoided, while any form of competition with or opposition to the liturgical actions, where such exists, must also be resolved. Thus, precedence must always be given to Sunday, Solemnities, and to the liturgical seasons and days.

Since, on the other, pious practices must conserve their proper style, simplicity and language, attempts to impose forms of "liturgical celebration" on them are always to be avoided.
Terjemahan bebas:
13. Perbedaan tujuan antara latihan kesalehan dan praktik-praktik devosional harus selalu jelas dalam ekspresi ibadah. Oleh karena itu, formula yang tepat untuk praktik kesalehan dan devosional tidak boleh dicampurkan dengan tindakan Liturgi. Tindakan devosi dan kesalehan adalah eksternal terhadap Ekaristi Kudus dan Sakramen-sakramen lainnya.

Di satu sisi, melapisi praktek kesalehan dan devosional kedalam Liturgi sehingga untuk membedakan bahasa mereka, ritme tentu saja, dan penekanan teologis dari orang-orang dari tindakan liturgis yang sesuai haruslah dihindari, sementara segala bentuk kompetisi dengan atau oposisi terhadap tindakan liturgis, dimana bila hal itu telah eksis, juga harus diatasi. Dengan demikian, hal yang lebih utama harus lebih diberikan kepada hari Minggu, Hari Raya, dan untuk Musim Liturgi dan hari.

Karena, disisi lain, praktek kesalehan harus melestarikan bentuk yang tepat, kesederhanaan dan bahasa, upaya untuk memaksakan bentuk �Perayaan Liturgi� pada mereka harus selalu dihindari.
Maka dari itu, konklusi/kesimpulan yang dapat ditarik adalah TIDAK TEPAT untuk menyelipkan/menggabungkan praktik devosional kedalam Perayaan Ekaristi dengan tujuan seperti dua argumen diatas. Praktik Devosional seperti doa Rosario atau Jalan Salib amat disarankan dilakukan sebelum atau sesudah Perayaan Ekaristi. Namun apabila dilakukan sebelum Perayaan Ekaristi, hendaklah praktik Devosi tetap berada pada bentuk yang tepat dan sama sekali tidak dicampurkan atau menghapus bagian yang pada umumnya adalah Pembukaan dan Liturgi Sabda yang ada didalam Perayaan Ekaristi. Paroki-paroki lain dapat pula mencontoh penerapan yang telah dilakukan oleh Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus, Banjarmasin.

Dominus illuminatio mea!

Saturday, March 29, 2014

Cara Melaksanakan Tugas Liturgi sebagai Organis Gereja

Menjadi Organis di Gereja berarti menjadi petugas liturgi. Kita menjalankan tugas pertama-tama untuk melayani Tuhan dan umat-Nya, demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan. Saya sangat tidak setuju dengan kasus di mana ada anggota koor yang menyewa organis yang bukan beragama Katolik untuk mengiringi Misa/Ibadat devosi lainnya.

Catatan ini berasal dari pengalaman saya sebagai organis. Saya sharingkan di sini untuk mengingatkan kembali kita semua, terutama bagi para organis pemula, tentang bagaimana menjadi organis Gereja yang baik, dan yang tidak bertentangan dengan pedoman Liturgi Gereja.

1. Datang lebih dahulu sebelum misa/ibadat dimulai. Akan sangat mengganggu kalau umat sudah memulai dengan ibadat dan petugasnya muncul dengan tergopoh-gopoh, langsung mengejar nyanyian umat dengan iringan organ. Sambil menunggu waktu mulainya ibadat, Anda bisa memainkan lagu-lagu instrumental.

2. Berdoa sebelum memainkan organ. Tak perlu panjang-panjang. Saya suka menyapa St Caecilia, pelindung koor dan Organis Gereja.

3. Kenali tema dan corak ibadat yang mau dirayakan. Misa atau ibadat devosional (Rosario, jalan Salib)? Masa Adven dan Prapaskah tentu berbeda dengan Natal dan Paskah. Demikian juga, misa/ibadat syukur dengan misa/ibadat arwah. Hal ini akan membantu dalam pemilihan register dan lagu-lagu. Menurut pengalaman saya, kadang-kadang kita juga harus menjadi dirigen sekaligus. Dalam hal ini, aba-abanya berdasar pada tekhnik memainkan organ.

3. Selalu ingat bahwa tugas kita adalah mengiringi nyanyian umat dan nyanyian koor. Usahakan agar bunyi organ tidak menutupi suara umat atau koor. Waktu memberi intro, volumenya bisa lebih keras namun setelah umat ikut bernyanyi, segera turunkan volume suara organ. Dalam hal ini, organ dengan pedal volume akan lebih efektif daripada organ dengan pengaturan volume manual.

4. Memberikan nada dasar yang tepat untuk pemimpin ibadat. Dalam kegiatan ibadat beberapa bagian dinyanyikan oleh pemimpin ibadat: misalnya Tanda Salib, Ajakan Berdoa, Prefasi Misa, dsb. Berikan intro singkat dengan nada dasar yang sesuai. Untuk pemimpin/ imam, nada dasar biasanya berkisar pada E � G. Untuk itu bila dirasa perlu hubungi pemimpin ibadat sebelum ibadat dimulai.

5. Ketika Misa/ibadat selesai, bisa dimainkan lagu-lagu intrumental mengiringi keluarnya umat dari Gereja. Ini sangat membantu untuk menutupi kebisingan atau crowd noise. Yah, lagu instrumentalia gerejawi/rohani, bukan yang dari Gun�s Roses.

Selain itu kita juga perlu berlatih secara tetap dan teratur. Jangan merasa semuanya sudah selesai setelah kita dipercaya untuk mengiringi dalam ibadat. Di luar jam ibadat, sediakan waktu luang untuk berlatih. Asah dan kembangkan terus kemampuan yang kita miliki. Bukankah ketrampilan bermain organ itu suatu talenta? Sebenarnya ketika kita berhenti memainkan organ, saat itu kita BUKAN organis.

Nah, saya pikir cukup dulu beberapa hal ini. Bagaimana menurut Anda?

Sumber :
http://romopatris.blogspot.com/2013/11/cara-melaksanakan-tugas-liturgi-sebagai.html

Monday, March 24, 2014

Doa, Puasa dan Belas Kasih - St. Petrus Krisologus


Salah satu pengkotbah terbesar dari Gereja Perdana menjelaskan kunci praktek pertobatan dari doa pra-paskah, berpuasa dan beramal atau berbelas kasih. Santo Petrus Krisologus  menyatakan bahwa doa mengetuk pintu, puasa mendapatkan, belas kasih menerima. Dia menunjukkan bagaimana doa, belas kasih dan puasa adalah satu, dan mereka memberikan hidup satu sama lain. Bacaan ini digunakan oleh Gereja Katolik Roma untuk bacaan hari Selasa pada dari minggu ke tiga pra-paskah dan mengutip dari Homili 43: PL 52, 320, 322. St. Petrus Krisologus adalah seorang Uskup dari Ravenna, Italia di pertengahan abad ke lima. Homilinya sangat menginspirasi sehingga dia diberi gelar �Chrysologus� (bhs. Yunani artinya perkataan emas) dan juga dideklarasikan sebagai �Doktor Gereja.�

Ada tiga hal, saudaraku, dimana iman teguh berdiri, devosi tetap konstan, dan kebajikan bertahan. Mereka adalah doa, puasa dan belas kasih. Doa mengetuk pintu, puasa mendapatkan, belas kasih menerima. Doa, belas kasih dan puasa: tiga hal ini adalah satu, dan mereka memberikan hidup satu sama lain.

Puasa adalah jiwa dari doa, belas kasih adalah sumber hidup dari puasa. Jangan ada satu orang pun mencoba untuk memisahkan mereka; mereka tidak dapat dipisahkan. Jika anda hanya memiliki satu dari mereka atau tidak semuanya bersamaan, anda tidak memiliki apa-apa. Jadi bila anda berdoa, berpuasa; jika anda berpuasa, tunjukkan belas kasih; jika anda ingin permohonan anda didengar, dengarlah permohonan orang lain. Jika anda tidak menutup telinga anda kepada orang lain, anda membuka telinga Tuhan kepada diri anda sendiri.

Ketika anda berpuasa, tengoklah puasa orang lain. Bila anda ingin Tuhan mengetahui bahwa anda lapar, ketahuilah bahwa orang lain juga lapar. Bila anda mengharapkan belas kasihan, tunjukkan belas kasihan. Jika anda mencari kebaikan, tunjukkan kebaikan. Bila anda ingin menerima, berilah. Jika anda bertanya pada diri sendiri apa yang anda tolak pada orang lain, pertanyaan anda adalah suatu ejekan.

Jadikanlah ini pola untuk setiap orang ketika mereka mempraktekan belas kasih: tunjukkan belas kasih kepada orang lain dengan cara yang sama, dengan kemurahan hati yang sama, dengan ketepatan yang sama, seperti halnya ada berkeinginan orang lain menunjukkan belas kasihan kepada anda.

Oleh karena itu, biarlah doa, belas kasih dan puasa menjadi salah satu permohonan tunggal kepada Tuhan atas nama kita, satu berbicara sebagai pembela kita. Doa tiga kali lipat bersatu dalam kebaikan kita.

Marilah kita menggunakan puasa untuk menebus apa yang telah kita hilangkan dengan memandang rendah orang lain. Mari kita tawarkan jiwa kita didalam pengorbanan dengan berpuasa. Tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan yang dapat kita tawarkan kepada Tuhan, seperti pemazmur ucapkan dalam nubuatan: Pengorbanan kepada Tuhan adalah jiwa yang hancur; Tuhan tidak memandang rendah, hati yang remuk redam.

Tawarkan jiwa anda kepada Tuhan, buatlah puasamu sebagai persembahan kepada Tuhan, sehingga jiwa anda dapat menjadi tawaran yang murni, pengorbanan yang kudus, korban yang hidup, menyisakan dirimu sendiri dan pada saat yang sama diciptakan untuk Tuhan. Barang siapa yang gagal untuk memberikan ini kepada Tuhan tidak akan dimaafkan, untuk itu jika anda memberi diri anda sendiri kepada-Nya, pemberian anda tidak akan terasa sia-sia.

Untuk membuat ini bisa diterima, belas kasih harus ditambahkan. Puasa tidak menghasilkan buah kecuali diairi oleh belas kasih. Puasa menjadi kering ketika belas kasih menjadi kering. Belas kasih untuk puasa sama seperti hujan untuk bumi. Bagaimanapun banyaknya anda mengolah hatimu, menyiapkan tanah untuk kodratmu, membasmi sifat buruk, menabur kebajikan, jika anda tidak melepaskan mata air belas kasihan, puasamu tidak akan menghasilkan buah.

Ketika anda berpuasa, jika belas kasihanmu tipis hasil panenmu akan tipis; ketika anda berpuasa, apa yang anda curahkan didalam belas kasih mengalir kedalam lumbungmu. Maka dari itu, tidak hilang dengan menyimpan, tapi dikumpulkan dalam jumlah kecil. Berikan kepada yang miskin, dan anda beri kepada diri anda sendiri. Anda tidak akan diijinkan untuk menyimpan apa yang telah anda tolak untuk diberikan kepada orang lain.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto!

Saturday, March 22, 2014

Teknik Berlatih Paduan Suara part.3

10 TIPS UNTUK SUARA YANG SEHAT oleh NORMAN HOGIKYAN
1. Banyak minum air, hindari alcohol dan kafein. Pita suara kita bergetar dengan kecepatan tinggi, dan banyak minum membuat pita suara tetap basah. Makanan yang memiliki kadar air yang tinggi juga baik, seperti apel, pir, semangka, melon, anggur, dsb.

2. Lakukan istirahat berbicara beberapa kali setiap hari, terutama jika telah dipergunakan secara ekstensif. Misalnya guru sebaiknya menghindari atau mengurangi berbicara diantara waktu mengajar.

3. Jika anda merokok, segera berhenti. Merokok sangat meningkatkan resiko kanker organ pernapasan. Termasuk menghirup asap dapat menyebabkan iritasi pita suara. Selain itu rokok juga dapat memperpendek kekuatan menghirup udara.

4. Jangan menyalahgunakan suara. Hindari berteriak, juga berbicara keras di ruangan yang rebut. Suara serak merupakan pertanda pita suara mengalami iritasi.

5. Biarkan otot leher dan tenggorokanmu rileks meskipun sedang menyanyi nada tinggi atau rendah. Beberapa penyanyi mengangkat kepala ketika menyanyikan nada tinggi dan menunduk jika menyanyi nada rendah untuk menghindari tegangan yang berlebihan [ada otot. Jika terjadi tegangan berlebih untuk waktu yang lama dapat menyebabkan turunnya jangkauan nada suara.

6. Perhatikan cara berbicaramu setiap hari. Sekalipun orang yang memiliki kebiasaan menyanyi yang baik bisa mengalami luka saat berbicara, karena banyak penyanyi yang tidak memperhatikan cara berbicara, apakah menyebabkan iritasi pita suara atau tidak.

7. Jangan batuk terlalu sering. Ketika kita batuk (bukan sakit batuk, tapi aktivitas batuk), itu sama seperti melakukan tegangan pada semua otot pernapasan dan pita suara sekaligus. Melakukan batuk terlalu sering bisa melukai otot tersebut dan menyebabkan suara serak. Cobalah untuk minum air untuk menghindari rasa gatal di tenggorokan. Jika batuk tidak bisa ditahan, cobalah hubungi dokter untuk pemerikasaan lebih lanjut.

8. Ketika sakit, hemat suaramu. Jangan banyak berbicara saat anda bersuara serak karena demam atau infeksi. Perhatikan suaramu.

9. Ketika berbicara pada kelompok besar di luar gedung pertimbangkan untuk menggunakan pengeras suara. Berbicara keras tanpa pengeras suara bisa menyebabkan ketegangan berlebihan pada otot suara. Jadi lebih baik pergunakan pengeras suara.

10. Lembabkan udara rumah dan ruang kerjamu. Karena kelembaban udara baik untuk suara.

PEMANASAN SUARA
1. Lakukan senam mulut dan lidah di pagi hari untuk pernafasan dan sirkulasi udara yang lebih baik. Bisa dilakukan di kamar mandi atau saat dalam perjalanan ke tempat kerja.
2. Lakukan humming (menyanyi dengan bibir terkatup alias bersenandung) atau cooing (menyanyikan nada vokal A, E, I, O, U) untuk pemanasan suara di pagi hari.
3. Jika hendak melakukan aktivitas suara yang kompleks ataupun pemanasan teknik bernyanyi yang kompleks, lakukan pemanasan yang sederhana dulu.
4. Ulangi pemanasan beberapa kali dalam sehari untuk menghindari ketegangan otot leher, bahu, dan rahang.

1. TEKNIK PERNAPASAN (merupakan motor penggerak)
Seperti pada part1, dalam bernyanyi, pernafasan sangat penting karena bernafas dengan baik akan sangat membantu dalam membentuk suara serta dapat memenuhi prasering atau panjang pendeknya suatu kumpulan nada.

CARA MELATIH PERNAFASAN
Pernapasan yang buruk akan mengakibatkan produksi suara yang buruk, teknik pernapasan yang tidak benar akan menghasilkan suara yang tidak berkualitas. Menghirup napas yang baik untuk menyanyi adalah menggunakan mulut dan hidung secara bersama-sama, terutama pada waktu menghirup dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.

BERNAPAS YANG BAIK PADA SAAT MENYANYI
a. Jangan menggunakan cara pernapasan di mana pada waktu menghirup udara, dada dan bahu terangkat, ini membuat leher menjadi tegang dan mengganggu produksi suara.
b. Pada waktu bernapas, daerah sekitar lingkar perut mengembang dan pada waktu membuang napas mengempis. Pada waktu menghembuskan napas untuk memproduksi suara, otot-otot di sekitar pperut mengencang dan secara konstan mendorong ke dalam (mengempis) dengan perlahan-lahan dan terus-menerus sampai kalimat lagu habis. Hal ini disebut SUPPORT dan SUSTAIN
c. Untuk berlatih, tarik napas dalam-dalam selama 8 ketuk -> tahan napas saudara selama 4 ketuk -> keluarkan napas dengan berdesis dalam 8 ketukan. Lakukan latihan ini secara berulang-ulang, dang anti nada desis ngan mengucapkan no atau na atau ni, dsb. (untuk melatih diafragma, gunakan kata ho ho ho ho ho).

2. INTONASI
Pada bagian ini, saya akan lebih memperdalam dari pengertian intonasi yang sudah saya postingkan pada part1. Cekidoood! ^^ Intonasi adalah pembidik nada yang tepat atau menyanyikan nada dengan tepat. Membidik nada tinggi dengan tepat. Membidik nada rendah dengan tepat. Intinya membidik dengan tepat deh.. heheheh.. :-P untuk bisa memiliki intonasi yang baik, kita sebaiknya berlatih dengan alat music seperti piano atau keyboard. Bagi temen2 yang punya stemflute juga bisa digunakan lho.. pokoknya yang berhubungan dengan music deh.. ^^, hal ini dimaksudkan agar kita dapat membandingkan nada kita dan nada dari alat music tersebut.. (nyocokin). Kalaupun tidak bisa, kita juga bisa merekam suara alat music tersebut pada hp kita. Atau banyak cara lain lagi deh..

Setelah itu kita latih ketepatan menembak nada kita tersebut, misalnya dengan menyanyikan nada-nada sbb: o Ascending: Do Re mi Fa Sol La Si Do (dan sebaliknya) o Ascending: Do Mi Re Fa Mi Sol Fa La Sol Si La Do Si Re Do (dan sebaliknya) o Ascending: Do Re Mi Fa Re Mi Fa Sol Mi Fa Sol La Si Sol la Si Do (dan sebaliknya) Dan lain sebagainya. Jika memungkinkan, naikkan terus nada dasar. Contoh, setelah kita bernyanyi pada nada dasar C, naikkan menjadi D, lalu menjadi E, dan seterusnya.

3. SIKAP TUBUH DAN KONDISI SAAT MENYANYI
Selain hal di atas, ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu sekip tubuh dalam bernyanyi, baik dalam latihan maupun pada saat kita sedang tampil. Mengapa sikap tubuh ini sangat penting? Karena sikap tubuh dapat mempengaruhi sirkulasi pernapasan, di mana hal ini sangat sangat penting dalam bernyanyi. Sikap yang benar harus di latih agar dapat menjadi kebiasaan.

Pada saat menyanyi, tubuh harus dalam kondisi yang rileks (bukan santai). Tubuh yang rileks dimaksudkan agar suara yang dihasilkan juga rileks dan tidak tegang. Untuk menciptakan suasana yang rileks sebelum bernyanyi diperlukan suatu relaksasi atau pelemasan tubuh dengan cara pernapasan, dll.

Relaksasi perlu dilakukan pada saat latihan dan juga pada setiap sebelum penampilan, apalagi pada saat berlomba. Mental yang tegang mengakibatkan tubuh menjadi tegang pula, sehingga suara yang dihasilkan tidak maksimal. Posisi tubuh dalam menyanyi harus mendapat perhatian. Posisi yang paling baik adalah berdiri dengan membagi beban yang sama pada dua kaki dan menempatkan kaki sedemikian rupa sehingga menjadi seimbang, terutama agar tubuh juga dapat ikut bergerak mengekspresikan lagu yang dinyanyikan.

Pada posisi menyanyi sambil duduk, posisi tubuh pada bagian pinggang ke atas harus dalam kondisi yang sama dengan posisi tubuh bagian pinggang ke atas pada saat sedang berdiri. Posisi tubuh yang gagah sangat dibutuhkan. Ekspresi wajah pada saat menyanyi juga sangat menentukan. Pada saat mengambil nada-nada yang tinggi perlu konsentrasi dalam menyanyikannya, maka alis dapat dinaikkan, serta pipi seperti orang yang sedang tersenyum dan jangan lupa untuk membuka mulut yang lebar sesuai dengan ketentuan yang biasa dilakukan dalam menyanyi. (rahang terbuka ke bawah, bukan ke samping & dan bila memungkinkan rahang dibuka selebar buah apel.)

Pada saat menyanyi memang Nampak wajah akan terlihat jelek, namun suara yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan kalau kita menyanyi hanya ingin menampilkan penampilan saja.

Sumber :
http://sonora-ecclesia.blogspot.com/2010/12/teknik-berlatih-paduan-suara-part3.html

Monday, March 17, 2014

7 Karya Belas Kasih Jasmani dan Rohani

�Apabila kasih tidak ada lagi didunia maka Tuhan telah siap untuk datang� mungkin ini adalah suatu ungkapan yang tepat untuk menanggapi salah satu ayat pada surat pertama Santo Paulus kepada Jemaat di Korintus �Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berhenti; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap (13:8).� Kasih merupakan suatu hal yang utama dalam hidup Kristiani bahkan Kristus sendiri menyatakan bahwa Hukum Kasih merupakan hukum yang terbesar dan mendapat tempat teratas dari segala hukum taurat. Kristus mengajarkan kita bahwa �Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13).� Hal ini menunjukkan bahwa Kristus adalah sentral dari kasih itu sendiri, dengan kasih-Nya yang begitu besar; Ia rela untuk membungkuk ke dunia, menjadi sama dengan manusia dan akhirnya mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Kristus sendiri memberi perintah baru kepada murid-murid-Nya �Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi (Yoh 13:34).� Yang secara eksplisit pula mengarah kepada kita untuk saling mengasihi satu sama lain sebagai murid-murid Kristus, sebagai sesama manusia.


Berbicara mengenai kasih; perlu diketahui bahwa ada pembagian secara tradisional didalam Gereja Katolik. Pembagian ini terdiri dari 14 karya belas kasih dan terbagi menjadi dua yaitu karya belas kasih jasmani dan rohani (KGK 2447).

7 karya belas kasih jasmani
1. Memberi makan kepada orang yang lapar.
2. Memberi minuman kepada orang yang haus.
3. Memberi perlindungan kepada orang kepada orang asing.
4. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang.
5. Melawat orang sakit.
6. Mengunjungi orang yang dipenjara.
7. Menguburkan orang mati.

7 karya belas kasih rohani
1. Menasihati orang yang ragu-ragu.
2. Mengajar orang yang belum tahu.
3. Menegur pendosa.
4. Menghibur orang yang menderita.
5. Mengampuni orang yang menyakiti.
6. Menerima dengan sabar orang yang menyusahkan.
7. Berdoa untuk orang yang hidup dan mati.

Pembagian yang ada diatas sama sekali tidak membatasi bahwa perbuatan kasih hanya berjumlah 14 contoh saja, namun pembagian diatas hendak menunjukkan bahwa perbuatan belas kasih tertentu dapat digolongkan sebagai karya belas kasih jasmani atau rohani. Dengan membaca pembagian yang ada diatas, bagaimana pemahaman kita mengenai kasih itu sendiri? Pemahaman terhadap kasih pada umumnya cenderung sentimental, hal ini justru membuat kita membayangkan bahwa kasih selalu identik dengan perbuatan cinta. Memberi sedekah terhadap orang miskin, memberikan kata-kata peneguhan kepada orang yang sedang down. Kedua perbuatan ini kita anggap sebagai perbuatan kasih, namun bagaimana respon kita terhadap seseorang yang menegur sesamanya karena ia telah berbuat dosa dan mengajarkan ajaran Iman Katolik yang benar. Apakah kedua perbuatan ini merupakan perbuatan kasih?

Ketika kita menegur sesama kita yang berbuat dosa, kerap kali kita dituduh sedang menghakimi orang tersebut. Kenyataannya yang perlu disadari bahwa kita tidak sedang menghakimi sesama kita namun karena kita mengasihi sesama kita. Tak lepas pula dengan perbuatan mengajarkan ajaran dan praktik Iman Katolik yang benar, kerap kali kita dituduh terlalu fanatik terhadap Iman Katolik dan seolah-olah sedang menggurui seseorang. Kita mengasihi sesama  kita; maka dari itu kita mempunyai tanggung jawab untuk mewartakan Iman Katolik. Hal itu disebabkan karena kita mengasihi sesama kita dan bukan sedang menggurui sesama kita.

Contoh paling konkrit dari ajaran Iman Katolik adalah bahwa seseorang yang telah berbuat dosa berat dilarang untuk menerima Komuni Kudus. Mengapa hal ini bisa terjadi? Saat seseorang menerima Komuni Kudus dengan keadaan berdosa berat, ia telah berbuat dosa yang lebih berat lagi yaitu dosa sakrilegi. Seturut dengan yang diajarkan oleh Santo Paulus �Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti dan minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. (1 Kor 11:27). Bukanlah rahmat pengudusan yang didapat namun semakin jatuh didalam dosa. Maka Gereja melarang seseorang untuk menerima Komuni Kudus dalam keadaan berdosa berat, bukan karena Gereja tidak memiliki kasih terhadap orang yang berdosa malahan karena Gereja mengasihi orang berdosa. Gereja melarang seseorang yang dalam keadaan berdosa berat untuk menerima Komuni Kudus, untuk menghindari diri orang tersebut dari dosa yang melecehkan kesucian atau dosa sakrilegi.

Barangsiapa sadar telah melakukan dosa berat wajib melakukan suatu pertobatan batin dan kemudian menerima pengampunan dan absolusi melalui Sakramen Tobat. Hingga ia mengakukan dosanya dengan baik dan menerima absolusi sakramental. Namun bagaimana seandainya seseorang yang dalam keadaan berdosa berat, tidak mengetahui adanya larangan untuk menerima Komuni Kudus dalam keadaan berdosa berat namun tetap menerimanya? Disinilah terletak kewajiban untuk menegur sesama kita yang telah menerima Komuni Kudus dalam keadaan berdosa berat dengan mengajarkan ajaran Iman Katolik dengan dasar yang jelas sebagai bentuk perbuatan kasih terhadap sesama. 
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.� (Mat 18:15)

Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.� (Mat 18:16)

Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.� (Mat 18:17)
Dominus illuminatio mea!

Sunday, March 16, 2014

Teknik Berlatih Paduan Suara Part.2

Waaaah, ketemu lagi nih.. akhirnya saya ada waktu untuk nulis bagian ke-2 dari teknik berlatih paduan suara.. wkwkwk.. so langsung aja ya.. Ceketot..

Kalo di postingan yang lalu saya menulis mengenai Teknik Vokal dan Nada. Kali ini saya akan melanjutkannya dengan Pokok pembicaraan kita, yaitu Paduan Suara. So, to the point aja yaw..

PADUAN SUARA adalah penyajian music vocal yang terdiri dari 10 orang atau lebih yang memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menampakkan jiwa (soul.. wkwkwk) lagu yang dibawakan.

JENIS PADUAN SUARA
Paduan Suara UNISONO, yaitu paduan suara dengan menggunakan satu suara saja.
Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang menggunakan 2 suara manusia sejenis. Contohnya: suara sejenis wanita, suara sejenis pria, suara sejenis anak-anak.
Paduan Suara 3 sejenis S-S-A, yaitu paduan suara sejenis dengan menggunakan suara Sopran 1, Sopran 2, dan Alto.
Paduan Suara 3 sejenis T-T-B, yaitu paduan suara 3 suara sejenis pria dengan suara Tenor 1, Tenor 2, Bass.
Paduan Suara 3 suara Campuran S-A-B, yaitu paduan suara yang menggunakan 3 suara campuran, Sopran, Alto Bass.
Paduan Suara 4 Suara Campuran, yaitu paduan suara yang menggunakan suara campuran pria dan wanita dengan suara S-A-T-B. Sopran, Alto, Tenor, Bass.

Sebuah lagu tercipta dengan latar belakang tertentu dan bermaksud menceritakan sesuatu kisah ataupun hal, dan untuk menemukan makna yang tersirat dari lagu terebut, maka paduan suara harus dapat membawakan sesuai dengan sesuai tanda-tanda yang telah tertulis di dalam lagu. Inilah yang disebut dengan tanda dinamik.

TANDA DINAMIK
Tanda dinamik adalah tanda untuk menyatakan keras / lembutnya sebuah lagu yang dinyanyikan. Beberapa tanda Dinamik dari yang paling keras ke yang paling lembut adalah:

fff : forte fortissimo = sekeras mungkin
ff : fortissimo = sangat keras
f : forte = keras
mf : mezzo forte = setengah keras
fp : forte piano = dimulai dengan keras dan diikuti lembut
mp : mezzo piano = setengah lembut
p : piano = lembut
pp : pianissimo = sangat lembut
ppp : piano pianissimo = selembut mungkin

TANDA TEMPO
Tanda tempo adalah tanda yang digunakan untuk menunjukkan cepat atau lambatnya sebuah lagu harus dinyanyikan.

A. TANDA TEMPO CEPAT
1. Allegro : cepat
2. Allegrato : agak cepat
3. Allegrissimo : lebih cepat
4. Presto : cepat sekali
5. Presstissimo : secepat-cepatnya
6. Vivase : cepat dan girang

B. TANDA TEMPO SEDANG
1. Moderato : sedang
2. Allegro moderato : cepatnya sedang
3. Andante : perlahan-lahan
4. Andantino : kurang cepat

C. TANDA TEMPO LAMBAT
1. Largo : lambat
2. Largissimo : lebih lambat
3. Largeto : agak lambat
4. Adagio : sangat lambat penuh perasaan
5. Grave : sangat lambat, sedih
6. Lento : sangat lambat berhubung-hubungan

PERMATA / CORONA adalah tanda untuk menambah hitungan menurut selera.

KLASIFIKASI PADUAN SUARA

Level � 1 (Penguasaan Materi)
Kriteria: Anggota mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan notasi yang tertulis pada partitur.
Tips:
- Nyamyikan panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur
- Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di partitur.
- Akan lebih baik jika anggota hafal dengan syairnya.

Level � 2 (Interpretasi)
Kriteria: anggota mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan interpretasi lagu yang diinginkan oleh komponis ataupun arenger lagu tersebut.
Tips:
- Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamika pada partitur. Kalau tidak tercantum pada partitur, dinamika disesuaikan dengan makna syair atau karakter alur melodi.
- Latih artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalkan pengucapan konsonan �r�,�ng�,�s�, dan vokal a,i,u,e,o. hal ini bertujuan agar pengucapan syair terdengar jelas, sehingga pendengarpun dapat ikut memahami lagu yang dinyanyikan.
- Perhatikan pengkalimatan agar sesuai dengan kalimat yang benar. Hal ini dapat tercapai jika didukung dengan teknik pernapasan yang baik.
- Lakukan pemanasan vokal yang cukup sebelum menyanyi, agar diperoleh Timbre atau warna suara yang menyatu, sehingga tidak ada suara yang menonjol sendiri. Ingat karena ini adalah PADUAN SUARA.

Level � 3 (Ekspresi)
Kriteria: level1 dan 2 telah mampu dilewati, dan anggota mampu menyanyikan lagu/materi dengan penghayatan total dan dikeluarkan melalui ekspresi. Percaya atau tidak, bahwa ekspresi mampu membuat sebuah lagu yang dinyanyikan benar-benar terasa jiwanya.
Tips:
- Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang.
- Perhatikan tanda-tanda perubahan tempo, agar lagu dapat dinyanyikan dengan tepat sehingga mendukung ekspresi.
- Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Jadi tempatkan anggota pada posisi central dan banjar terluar (samping kanan/kiri), karena posisi ini berpengaruh terhadap penampilan secara keseluruhan.

PEMBAGIAN SUARA PADA PADUAN SUARA
Paduan suara umumnya terdiri dari 4 kelompok suara, yaitu Sopran, Alto, Tenor, dan Bass. Namun ada juga yang membagi menjadi Sopran, Meso, Alto, Tenor, Bariton, Bass. Untuk mendapatkan balance yang baik, perlu pembagian yang tepat untuk masing-masing kelompok. Dengan kata lain kelompokkan masing-masing jenis suara pada satu kelompok. Dengan tujuan agar dapat berkonsentrasi penuh dan tidak terpengaruh dengan suara lain. Namun jika masing-masing anggota telah benar-benar dapat berdiri sendir (tidak nggandol dengan temannya), anggota dari tiap kelompok dapat disebar, hal ini dimaksudakan selain melatih kemandirian not, juga agar padua suara yang didengar terdengar rata (tidak berat sebelah) (kalau tidak pakai mic lhooo� kalau pakai mic ya gak ada beda.. wkwkwk).

Selain itu komposisi S:A:T:B yang ideal adalah 3:2:2:3. Namun perlu DIINGAT, bahwa komposisi tersebut dapat diubah sesuai dengan power dari penyanyi yang ada. Namun perlu DIINGAT lagi bahwa, paduan suara ini adalah kita bernyanyi dengan bersama-sama, jadi usahakan tidak ada suara yang dominan sendiri, karena akan merusak keindahan dari lagu/materi yang dibawakan.

DIRIGEN
Dirigen dalam paduan suara sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penampilan Paduan Suara (selain dari anggotanya sendiri nih). Idealnya Dirigen Paduan Suara merangkap sebagai pelatih Paduan Suara sejak awal program latihan dilaksanakan, agar secara emosional akan terjalin komunikasi yang lebih dekat. Sehingga timbul perasaan �krasan�.. wkwkwk

Paduan Suara dipimpin oleh seorang Conductor/Dirigen. Untuk menjadi seorang conductor tidak sembarangan. Seorang conductor dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dari anggota paduan suara yang lain.

SYARAT MENJADI SEORANG CONDUCTOR
Memiliki sifat kepemimpinan
Memiliki ketahanan jasmani yang tangguh
Mengerti Notasi
Kritis terhadap Notasi
Simpatik
Sebaiknya sehat jasmani dan rohani
Menguasai cara efektif
Memiliki daya imajinasi yang tinggi.

TIPS:
- Pilihlah Dirigen yang memiliki wawasan paduan suara lebih daripada anggota paduan suara lainnya, jangan berdasarkan senioritas saja.
- Fungsi dirigen memadukan suara dari anggotanya sehingga menjadi satu komposisi yang padu dan harmonis. Untuk itu dirigen harus menguasai materi dengan baik dan benar, sebelum ia memadukan (memimpin) kelompok paduan suaranya.
- Dirigen jangan memulai aba-aba jika seluruh anggotanya masih belum memperhatikan. Karena kontak mata sangat penting untuk menjalin komunikasi antara dirigen dan anggota paduan suara.

Nah sampai sini dulu ya postingan mengenai paduan suara, semoga postingan ini dapat bermanfaat bagi kawan-kawan semua, agar terbentuk sebuah tim paduan suara yang solid, kokoh, dan bermutu.. Kita sambung lagi di part uang ke-3.. hehehehe.. Selamat Berlatih.. Tuhan memberkati.

Sumber :
http://sonora-ecclesia.blogspot.com/2010/10/teknik-berlatih-paduan-suara-part2_21.html

Tuesday, March 11, 2014

Teknik Berlatih Paduan Suara Part.1

Halo kawan, saya ingin berbagi untuk kawan-kawan semua agar memiliki pengetahuan yang cukup berarti dalam paduan suara. Untuk menjadi anggota paduan suara yang hebat, tentunya diperlukan sedikit pengetahuan mengenai materi-materi paduan suara. Nah untuk lebih jelasnya, lihat tips dan trik yang ada di bawah yaw.. semoga ini dapat membantu kawan-kawan semua untuk tetap semangat memuji dan memuliakan Tuhan dengan cara bernyanyi.. GBU.

Sebelum kita membahas apa itu paduan suara dan semua yang terkait, kita akan memulainya dari pengertian dasar, salah satu diantaranya adalah mengenai teknik vocal. Teknik vocal, sebenarnya merupakan dasar yang paling dasar, yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang. Biasanya, orang hanya sekedar berkumpul, sedikit pemanasan, lalu langsung menyanyi. Kadang kala ada yang menganggap, bahwa dalam paduan suara yang terpenting adalah �power�. Padahal, jika suatu lagu dinyanyikan dengan teknik, maka kita secara tidak langsung dapat menjiwai apa maksud lagu itu, sehingga orang yang mendengarkannya pun dapat pula merasakan apa yang menjadi maksud dari lagu yang tengah dinyanyikan tersebut. Jika hal itu telah dipenuhi, maka saya yakin, baik yang menyanyikan maupun yang mendengarkan, akan lebih paham, lebih mendalami secara lebih dalam dan lebih dekat sehingga pesan yang ada dalam lagu tersebut dapat disampaikan dengan sempurna.

TEKNIK VOKAL

Teknik vokal adalah cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar akan terdengar lebih jelas, lebih indah, lebih merdu, dan tentunya akan lebih nyaring.

UNSUR-UNSUR TEKNIK VOKAL

1. Artikulasi
Artikulasi adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas.

2. Pernafasan
Pengertian pernafasan terkait dengan teknik vokal adalah usaha untuk menghirup udara sekuat-kuatnya, kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit - demi sedikit sesuai dengan keperluan.
Pernafasan ini dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Pernafasan Dada: cocok untuk nada-nada rendah, penyanyi mudah lelah.
b. Pernafasan Perut: cocok digunakan dalam menyanyi, namun tidak sekuat pernafasan diafragma.
c. Pernafasan Diafragma: adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk menyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, dan juga memiliki power dan stabilitas vokal yang paling baik.

3. Phrasering
Phrasering adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

4. Sikap Badan
Sikap badan dalam teknik vokal adalah posisi badan ketika seseorang sedang menyanyi, bisa sambil duduk, atau berdiri, yang paling penting adalah tidak mengganggu jalannya saluran pernapasan. Namun sikap badan yang paling tepat saat menyanyi adalah berdiri tegak, tidak bungkuk dan tidak terlalu condong ke belakang (berdiri tegap).

5. Resonansi
Resonansi adalah usaha untuk memperindah suara dengan memfungsikan rongga-rongga udara yang turut bervibrasi/bergetar di sekitar mulut dan tenggorokan.

6. Vibrato
Vibrato adalah usaha untuk memperindah lagu dengan cara memberi gelombang / suara yang bergetar teratur. (Tidak boleh digunakan saat bernyanyi paduan)

7. Improvisasi
Improvisasi adalah usaha memperindah lagu dengan merubah / menambah sebagian melodi lagu dengan professional, tanpa merubah melodi pokok (Tidak boleh digunakan saat bernyanyi paduan).

8. Intonasi
Intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat. Syarat terbentuknya intonasi yang baik adalah pendengaran yang baik, control pernapasan gak boros dan �rasa musikal�.. hehehehe..

Bagi yang masih belum kenal apa itu nada, di sini saya juga post.kan sekalian nih.. wkwkwk

NADA adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap detiknya.

NADA MEMILIKI 4 SIFAT YANG KHAS, YAITU:
1. FITCH : yaitu ketepatan jangkauan nada.
2. DURASI : yaitu lamanya sebuah nada dibunyikan.
3. INTENSITAS : yaitu keras � lembutnya nada yang dibunyikan
4. TIMBRE : yaitu warna suara yang tiap orang berbeda.

AMBITUS SUARA adalah luas wilayah nada yang mampu dijangkau oleh seseorang. Seorang penyanyi professional harus mampu menjangkau nada-nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sesuai dengan kemampuannya.

CRESENDO adalah suara dari pelan berangsur-angsur keras.
DECRESENDO adalah suara dari keras berangsur-angsur pelan. (kebalikannya Cresendo nih.. )
STACATO adalah suara dalam bernyanyi yang terpatah-patah.

TIPE SUARA MANUSIA ADA 3, YAITU:

1. Suara Wanita Dewasa
Sopran (suara tinggi wanita)
Messo Sopran (suara sedang wanita)
Alto (suara rendah wanita)

2. Suara Pria Dewasa
Tenor (suara tinggi pria)
Bariton (suara sedang pria)
Bas (suara rendah pria)

3. Suara Anak-anak
Tinggi
Rendah

Nah.. untuk part 1 saya rasa cukup di sini yah.. nanti saya akan posting lagi yang part 2 mengenai paduan suara.. tunggu yaw.. thing thing.. GBU..

Sumber :
http://sonora-ecclesia.blogspot.com/2010/10/teknik-berlatih-paduan-suara-part1.html

Wednesday, March 5, 2014

Sejarah Rabu Abu (dies cinerum)

Rabu Abu yang awalnya dikenal dengan nama dies cinerum (hari abu) adalah hari pertama masa Pra-Paskah, yaitu 40 hari sebelum Paskah (hari Minggu tidak dihitung) atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum Jumat Agung. Pada Rabu Abu dan setiap hari jumat selama 40 hari tersebut umat Katolik berusia 18�59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.

Pada Pada hari Rabu Abu, umat katolik datang ke Gereja dan diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini pada dahinya. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel pada jaman dahulu di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan (Ester 4:1, 3). Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan."

Yesus juga menyinggung soal penggunaan abu: kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka meskipun mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat dan mendengar kabar gembira, Kristus berkata, �Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.� (Mat 11:21)

Memang jika melihat sumber-sumber dalam kitab suci, begitu banyak referensi penggunaan abu. Tetapi dalam dokumen gereja, catatan tentang penggunaan abu pada awal-awal sejarah Gereja tidaklah banyak. Dalam bukunya �De Poenitentia�, Tertulianus (sekitar 160-220) menulis bahwa pendosa yang bertobat haruslah �hidup tanpa bersenang-senang dengan mengenakan kain kabung dan abu.� Eusebius (260-340), sejarahwan Gereja perdana yang terkenal, menceritakan dalam bukunya �Sejarah Gereja� bagaimana seorang murtad bernama Natalis datang kepada Paus Zephyrinus dengan mengenakan kain kabung dan abu untuk memohon pengampunan. Juga, dalam masa yang sama, bagi mereka yang diwajibkan untuk menyatakan tobat di hadapan umum, imam akan mengenakan abu ke kepala mereka setelah pengakuan.

Sekitar abad kedelapan, mereka yang menghadapi ajal dibaringkan di tanah di atas kain kabung dan diperciki abu. Imam akan memberkati orang yang menjelang ajal tersebut dengan air suci, sambil mengatakan �Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.� Setelah memercikkan air suci, imam bertanya, �Puaskah engkau dengan kain kabung dan abu sebagai pernyataan tobatmu di hadapan Tuhan pada hari penghakiman?� Yang mana akan dijawab orang tersebut dengan, �Saya puas.�

Dalam contoh-contoh di atas, tampak jelas makna abu sebagai lambang perkabungan, ketidakabadian dan tobat. Kemungkinan kebiasaan mengolesi abu pada dahi atau ubun-ubun baru dirayakan secara liturgis pada tahun 900-an. Sebelumnya, abu hanya digunakan sebagai suatu tanda para pentobat yang mau mengaku dosa. Barulah pada awal abad ke-11, ada catatan yang menggambarkan pengolesan abu pada hari Rabu sebelum memasuki Masa Prapaskah dan pada akhir abad tersebut, Paus Urbanus II menitahkan penggunaan abu secara umum pada hari tersebut.

Awalnya, para klerus dan kaum pria menerima penaburan abu di atas kepala mereka. Sementara itu kaum wanita menerima tanda salib abu di dahi mereka. Sekarang, seperti yang kita ketahui bersama, semua menerima tanda salib abu di dahi.

Pada abad ke-12 dikeluarkanlah sebuah aturan bahwa abu harus terbuat dari cabang dan daun palma dari Minggu Palma tahun sebelumnya. Di beberapa paroki masih ada kebiasaan untuk mengumpulkan daun-daun tersebut dari semua umat untuk dibakar dalam upacara bersama sebelum masa Prapaskah dimulai.

Demikian sedikit informasi yang dihimpun dari berbagai sumber tentang sejarah Rabu abu yang setiap tahun kita peringati menjelang masa paskah. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.

Sumber :
http://belajarliturgi.blogspot.com/2011/03/sejarah-rabu-abu-dies-cinerum.html

[Katekese] Iman Sebagai Warisan dari Benediktus XVI

�Benediktus XVI memiliki devosi yang besar kepada Bunda Maria, terutama kepada Bunda Maria Lourdes, karena penampakannya yang sejernih kristal. Oleh karena itu, tidaklah mungkin hanya suatu kebetulan dirinya telah memilih tanggal 11 Februari sebagai hari untuk mengumumkan pengunduran dirinya�. Vittorio Messori, penulis asal Italia yang buku-bukunya paling laris diterjemahkan di dunia, telah banyak mempelajari penampakan Maria di Lourdes yang memiliki sintesis pertama dalam bukunya yang terakhir �Bernadette non ci ha ingannati� (Bernadette tidak mengelabui kita). Messori kenal baik dengan Joseph Ratzinger, Paus emeritus BenediktusXVI, persahabatan diantara keduanya itu lahir dalam kesempatan pembuatan buku wawancara dengan mantan Kepala Kongregasi Doktrin Iman itu berjudul �Rapporto sulla Fede� (Ulasan tentang Iman).
Oleh: Shirley Hadisandjaja

Messori dan Ratzinger sering membicarakan tentang Lourdes, dan kebetulan mereka berdua berbagi tanggal kelahiran yang sama: 16 April, dies natalis dari Santa Bernadette.

Menurut Messori, pemilihan tanggal 11 Februari bukanlah sesuatu yang kasual. �Jawaban yang kutemukan terletak pada diri pendahulunya, Beato Yohanes Paulus II. Tanggal 11 Februari sejak dari jaman kepausan Leo XIII sudah masuk ke dalam kalender universal Gereja sebagai Pesta Bunda Maria Lourdes, dan adanya ikatan antara Santuari ini dengan penyakit tubuh, maka Yohanes Paulus II mengabdikan hari itu sebagai Hari Orang Sakit Sedunia. Oleh karena itu Paus Benediktus XVI bermaksud untuk berbicara tentang penyakitnya.�   

Namun, Padre Lombardi, Juru bicara Vatikan tidak mengatakan alasan pengunduran diri Paus Benediktus adalah karena penyakit. Messori menjelaskan, �Senectus ipsa est morbus�, artinya: masa tua itu sendiri juga merupakan suatu penyakit. Pada usia 86 tahun, meskipun nyatanya kau tidak sakit, tetapi ada penyakit yag berkaitan dengan usia. Paus merasakan sakit karena sudah amat lanjut usia, maka aku yakin bahwa ia telah memilih hari itu justru untuk mengakui dirinya yang sakit di antara orang-orang sakit lainnya. Dan juga untuk membaktikan dirinya secara total kepada Bunda Maria: bukan hanya Bunda Maria Lourdes tetapi kepada diri Bunda Maria sendiri.�
Messori melanjutkan, �Tentang Lourdes kita telah membicarakan selama 25 tahun dan pastinya Benediktus XVI telah mengambil kesempatan dalam rangka 150 tahun penampakan Bunda Maria untuk berkunjung ke sana (September 2008). Untuk memberikan ide mengapa Lourdes sangat penting baginya, kita cukup berpikir bahwa pada satu setengah hari itu, diperkirakan ada 3 kotbahnya yang besar. Ternyata, Paus Benedikus telah berbicara sebanyak 15 kali, hampir setiap kali tanpa teks dan sering kali ia tampak terharu. Ia selalu terlihat memiliki devosi yang besar kepada Maria dan kepada sosok Santa Bernadette, kepada penampakan Bunda Maria di Lourdes yng sejernih kristal: di sana tidak ada rahasia, semuanya jelas, jernih.�

Kemudian Messori menjelaskan bahwa kemunduran diri Paus Benediktus yang dipandang oleh banyak pengamat sebagai suatu sikap menyerah di hadapan kesulitan-kesulitan, sebaliknya justru pada kenyataannya merupakan sebuah tanda ketegaran dan kerendahan hati. Kebebasan dalam agama Katolik itu jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dipikirkan orang. Ada bebagai karakter yang berbeda, kisah-kisah berbeda, karisma-karisma yang berbeda dan kesemuanya itu dihormati karena turut mengambil bagian dalam kehendak bebas yang suci dari setiap umat beriman. Pada diri Yohanes Paulus II ada sisi mistik, ia adalah seorang mistik dari Timur. Sementara pada diri Benediktus XVI ada sisi rasional Barat, dari seorang yang modern. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan pilihan: yang mistik, dari Paus Wojtyla, yang alot dan bertahan sampai akhir; atau pilihan rasional, seperti Paus Ratzinger: yaitu mengakui tidak lagi memiliki kekuatan fisik dan bahwa Gereja justru memerlukan seorang pemimpin dengan tenaga yang besar. Maka, demi kebaikan Gereja lebih baik mengundurkan diri. Pilihan-pilihan itu keduanya berdasarkan pada Kitab Suci.     

Paus Benediktus telah selalu menakjubkan kita dengan kerendahan hatinya. Dan memang, pilihan yang diambilnya ditandai dengan sikap kerendahan hati yang besar, sebuah bakti yang selalu nyata dalam dirinya. Kata Messori, �Aku ingat kembali akan sebuah episode pada tahun 1985 yang batik sangat menakjubkan: setelah 3 hari keseluruhan melakukan wawancara untuk buku �Rapporto sulla Fede�, sebelum ditutup aku bertanya kepadanya: �Yang Mulia, dengan segala sesuatu yang Anda ceritakan kepada saya tentang situasi Gereja (pada saat itu banyak pertentangan) ijinkan saya bertanya: apakah Anda masih bisa tidur di malam hari?� Dan ia menjawab dengan wajah dan mimiknya yang kekanakan dan mata kerangnya: �Saya tidur nyenyak sekali, karena saya menyadari bahwa Gereja bukan milik kita, tetapi milik Kristus, kita ini hanya pelayan-pelayanNya yang bersahaja: setiap malam saya melakukan latihan kesadaran diri, apabila saya melihat telah melakukan dengan kehendak baik apa saja yang dapat  saya kerjakan, maka saya tidur dengan nyaman�.

Begitulah seorang Ratzinger yang selalu memiliki keyakinan yang jelas bahwa kita bukan dipanggil untuk menyelamatkan Gereja, tetapi untuk melayani Gereja, dan apabila tidak sanggup lagi maka kita melayani Gereja dengan cara lain, yaitu berlutut dan berdoa. Keselamatan adalah perkara Kristus. Maka, dengan kemunduran dirinya ini, kita dipanggil untuk �belajar untuk melakukan tugasmu sebaik mungkin dan ketika kau menyadari tidak mampu lagi mengemban tugas itu, tidak ada lagi tenaga untuk mengemban tugas, maka kau ingat bahwa Gereja bukanlah milikmu dan serahkan tugas itu kepada orang lain dan lakukanlah karya bagi Gereja yang di dalam perspektif iman jauh lebih besar, jauh lebih berharga: karya berdoa dan menyandarkan penderitaanmu kepada Kristus.� Messori melihat ini sebagai suatu sikap dari kerendahan hati yang besar, dari kesadaran diri bahwa menjadi tugas Kristus untuk menyelamatkan Gereja, bukanlah kita manusia-manusia yang hina untuk menyelamatkannya, meskipun engkau seorang Paus sekalipun.

Ketika Paus Benediktus XVI berbicara kepada para seminaris Roma ia berkata bahwa saat orang berpikir bahwa Gereja hampir punah, kenyataannya Gereja justru selalu membaharui dirinya. Messori menjelaskan bahwa orang sering kali melupakan bahwa pada awal masa kepausannya, Benediktus XVI mengatakan: program kerja saya adalah tidak memiliki program-program. Dalam pemahaman menempatkan diri kembali di hadapan kejadian-kejadian yang telah ditempatkan di depan oleh Sang Ilahi. Rancangan strategi yang besar, pada dasarnya, terdapat di sini, mengukuhkan domba-domba di dalam iman. Messori melanjutkan, �Mengenai ini, aku selalu merasakan keselarasan dengannya, Benediktus XVI selalu telah menjadi seorang Paus yang meyakini perlunya mengangkat kembali Apologetik dan menemukan kembali rasio-rasio dari iman. Ia juga yakin, seperti halnya diriku, bahwa banyak masalah Gereja yang disebut parah pada kenyataannya adalah masalah sekunder: masalah kelembagaan, masalah gerejawi, administrasi, masalah-masalah moral dan liturgi, tentu saja amat penting; tetapi di sekelilingnya ada sebuah pertengkaran klerus yang � seperti yang dikatakannya sendiri di dalam dokumen indikasi Tahun Iman � menerima iman begitu saja, padahal tidak harus begitu. Untuk apa kita saling bertengkar tentang bagaimana mengatur lebih baik lembaga-lembaga vatikan, dan bahkan tentang prinsip-prinsip yang tidak dapat dikompromi, untuk apa kita bertengkar dan juga mengatur pembelaan diri jika kita sendiri tidak lagi percaya bahwa Injil itu benar? Jika kita tidak lagi percaya akan Keilahian Yesus Kristus maka segala sesuatu menjadi omong kosong. Dan memang bukan kebetulan, karya Benediktus yang terakhir dan besar adalah menetapkan Tahun Iman: tetapi dari iman yang tekun dalam arti apologetik, mencoba menunjukkan bahwa seorang kristen bukan orang yang bodoh, mencoba menunjukkan bahwa kita tidak percaya akan sebuah dongeng, mencoba menunjukkan alasan-alasan apa saja untuk percaya. Jalur-jalur strateginya yang besar hanya terdapat dalam hal ini: menegaskan kembali alasan-alasan untuk bertaruh pada kebenaran Injil. Persoalan-persoalan lainnya dihadapi hari demi hari. Dan ini telah dilakukannya dengan amat baik.�

Dengan penjelasan dari Messori ini maka benarlah mengatakan bahwa Iman adalah warisan sejati dari Paus Benediktus, dan warisan ini harus kita ambil dengan serius. Dalam Gereja, di dalam perspektif masa depan, apologetik harus memiliki sebuah peranan inti, karena jika dasarnya tidak benar, maka segala sesuatunya tidak masuk akal. Benediktus XVI telah meninggalkan kepada kita kesadaran bahwa kita harus menemukan kembali alasan-alasan untuk percaya.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)