Video singkat ini menjelaskan mengapa perayaan Natal tidak ada hubungannya dengan perayaan kaum pagan sebagaimana yang sering dituduhkan sebagaian orang. -------------------------- Anda dapat membantu pengembangan channel Crusader Network dengan memberikan donasi sukarela Informasinya ada disini: http://crusadernetwork.blogspot.com/p... Atau hubungi josephinerambe@gmail.com
Showing posts with label Perayaan Natal. Show all posts
Showing posts with label Perayaan Natal. Show all posts
Monday, December 23, 2019
Sunday, December 30, 2018
INDAHNYA TOLERANSI WARGA LERENG MERBABU SAAT NATAL
Perayaan Natal di lereng Gunung Merbabu tepatnya di Dusun Thekelan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang berlangsung berbeda dari yang lainnya.
Pagi hari puluhan umat Kristiani dari beberapa gereja di Dusun Thekelan melakukan ibadah bersama di GPdi Thekelan, Rabu (26/12/18).
Tak lama berselang, sekitar pukul 08.00, umat Islam dan Budha berbondong-bondong menuju sekitar gereja dan menunggu para umat kristiani.
Usai umat Kristiani melaksanakan ibadah, mereka berjajar di samping kanan dan kiri jalan. Perwakilan dari setiap umat pun memberikan sambutan, mengucapkan selamat natal dan memberikan doa bagi para umat kristiani.
“Selamat natal. Semoga memberi kedamaian lahir dan batin,” tutur Sukhadhamma Sukarmin, seorang perwakilan tokoh agama buddha.
Perwakilan tokoh agama islam pun demikian. Mewakili umat islam, Satiman mengucapkan selamat natal kepada para umat kristiani.
“Selamat Natal bagi umat Kristiani. Semoga Natal ini membawa berkah,” tuturnya.
Umat Kristiani pun membalas dengan senyuman dan ucapan doa-doa.
Umat Kristiani pun membalas dengan senyuman dan ucapan doa-doa.
“Terimakasih, semoga Gusti memberkati,” jawabnya.
Isak tangis pun tak terbendung ketika mereka saling bersalaman dan memberi ucapan.
Seorang pendeta GPdI Thekelan, Pdt Petrus Sukiman menyambut positif ucapan Natal dari umat Islam dan Buddha.
Kehadiran umat Islam dan Buddha membuat para jemaat dapat beribadah dengan tenang dan tidak ada hal yang ditakutkan.
“Indonesia sebagai negara yang beragam suku, ras, dan agama, cara ini positif sekali,” ungkapnya.
Menurutnya, adanya toleransi antarumat yang ada di Thekelan, masyarakat dapat membangun desa bersama-sama tanpa ada perselisihan.
Dusun Thekelan juga dapat menjadi miniatur negara Indonesia yang beragam agama namun toleransi tetap terjaga.
“Mungkin di tempat lain tidak ada hal semacam ini. Ini perlu menjadi contoh bentuk toleransi bagi masyarakat lain,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Thekelan, Supriyo mengatakan, Dusun Thekelan berpenduduk sekitar 720 jiwa. Mereka menganut berbeda agama yang didominasi umat buddha.
“Satu rumah beda agama disini sudah biasa,” ungkapnya.
Meski berbeda, toleransi antar umat di Dusun Thekelan sangat terjaga.
Ucapan memberi selamat saat hari besar merupakan bentuk toleransi antar umat dalam rangka menjaga kerukunan warga Thekelan yang beragam agama.
Acara ini dilakukan oleh warga Thekelan tidak hanya saat Natal, namun setiap perayaan hari besar agama.
“Setiap hari besar, entah Natal, Waisak, Idul Fitri, kami selalu melakukan tradisi ini,” ungkapnya.
Menurutnya, meski berbeda keyakinan hubungan antar warga harus terus dijaga.
“Urusan kami sama Tuhan memang masing-masing, tapi urusan dengan sesama harus kita jaga,” tuturnya.
Toleransi di Dusun Thekelan tidak hanya ditunjukkan saat perayaan hari besar.
Saat ramadhan tiba, umat Islam juga mengundang umat non islam untuk berbuka bersama.
“Bahkan, ketika ada pengajian, yang mengaji tidak hanya satu umat saja. Semua ikut,” tambahnya.
Supriyo juga menanamkan tradisi tersebut kepada anak-anak Dusun Thekelan agar toleransi antar umat di Dusun Thekelan selalu terjaga.
“Kami tidak hanya menjalankan saja, tapi kami mengajari anak-anak generasi milenial karena era mereka berbeda dengan agar mereka menjaga toleransi,” katanya.
Sumber berita Indahnya Toleransi Warga Lereng Merbabu saat Natal : tribunjateng
Thursday, December 23, 2010
Merayakan Natal Sebelum 25 Desember ?
Kebiasaan merayakan Natal pada 25 Desember adalah suatu tradisi sejak abad IV, karena pada tanggal tersebut orang-orang Romawi (kafir) biasa merayakan kelahiran �Sol Invincibilis� (=Matahari yang tak terkalahkan).
Tanggal tersebut bertepatan dengan peralihan musim gugur ke musim dingin serentak saat dimulainya siang yang lebih panjang daripada malam. Suatu kemenangan matahari atas kegelapan, karena dalam 6 bulan sebelumnya siang lebih pendek daipada malam. Oleh orang-orang Kristen, Yesus dianggap Sang Matahari Sejati yang memberi terang atas manusia.
Sistem Kalender Masehi yang kita pakai sampai sekarang, yang menetapkan bahwa tahun kelahiran Yesus adalah tahun 1 Masehi, didasarkan pada perhitungan Diakon Dionisius pada tahun 525. Sebelumnya, belum ada sistem Kalender Masehi, karena tiap-tiap suku bangsa mempunyai sistem kalender sendiri sebagai cara untuk mencatat suatu peristiwa penting yang terjadi di dalam hidup. Semisal, orang Yunani mencatat, ��tahun sebelum Olympiade� atau �� tahun sesudah Olympiade; orang Romawi mengungkapkan �� tahun sejak kota Roma didirikan�; orang Yahudi mengungkapkan, �dalam tahun � sesudah mereka keluar dari Mesir� (Bil 1: 1) atau dalam tahun ke � raja � (1Raj 15: 1 atau pada waktu � menjadi Imam Agung (Luk 3:2), dan karena Yesus adalah orang Yahudi, maka sejarah hidup-Nya dicatat menurut perhitungan waktu bangsa Yahudi.
Dalam Injil Lukas 3:1 kita tahu bahwa Yohanes membaptis Yesus bersama orang banyak dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius. Menurut perhitungan Dionisius, Kaisar Tiberius mulai memerintah tahun 767 sejak kota Roma didirikan. Maka, tahun ke lima belas pemerintahannya adalah tahun 782 sejak kota Roma didirikan. Baptisan Yesus merupakan awal karya publik Yesus, yang menurut Lukas 3:23 Yesus berumur kira-kira 30 tahun. Jadi, tahun kelahiran Yesus, menurut perhitungan Dionisius, adalah tahun 782 sejak kota Roma didirikan, dikurangi 29 tahun (jumlah tahun yang sudah pasti dijalani Yesus), yakni tahun 753 sejak kota Roma didirikan, yang sama dengan tahun 1 Masehi.
Perayaan Natal
Hal merayakan Natal pada 25 Desember telah menjadi tradisi dan tanggal tersebut ditradisikan sampai sekarang dalam kalender liturgi Gereja Katolik. Rupanya yang mau diangkat untuk dihayati demi pengembangan iman selanjutnya ialah, pertama, nilai tradisi yang terkandung pada tanggal tersebut; kedua, Yesus yang lahir adalah �Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita� (Yoh 1:14. Dengan kenyataan ini Yesus tidak mempertahankan keallahan-Nya dan telah mengambil rupa sebagai manusia (Fil 2:6-7). Ketiga, kegelapan dunia hanya bisa dikalahkan dengan cara demikian yang telah ditunjukkan oleh Yesus dan bekerjasama dengan kerendahan hati, kesetiaan, menyimpan perkara Allah dalam hati seperti Maria beserta denga ketulusan hati yang ada pada Yosef; keempat, ketiga nilai ini harus kita persiapkan..
Oleh karena itu di dalam kalender liturgi Gereja Katolik disediakan suatu masa sebagai persiapan yakni masa Adven. Masa Adven itu membuka tahun liturgi yang baru, dan bagi umat Katolik mempunyai arti khusus, yakni sebagai masa untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Yesus Kristus. Seruan Yohanes Pembaptis mengajak kita agar bertobat. Pertobatan membuat kerendahan hati, kesetiaan, hal menyimpan perkara Allah dan kelurusan hati bersedia dimurnikan dalam diri kita agar layak dan pantas menyambut kelahiran Yesus Kristus Tuhan. Dan lebih dari itu, pertobatan ini membuat pengampunan Allah sungguh menjadi keselamatan bagi kita. Karena itu sebelum tanggal 25 Desember, kita belum merayakan natal, tetapi masih mempersiapkannya.
Namun bagaimana sikap kita (apabila ada dalam suasana hidup kekristenan dengan Gereja-Gereja Kristen lainnya), kalau diundang untuk menghadiri perayaan Natal sebelum tanggal 25 Desember?
Pertama, kita perlu menjelaskan bagaimana umat katolik mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Natal sepanjang masa Adven.
Kedua, kalau kita menimbang perlu, dalam rangka kebersamaan dalam hidup masyarakat, baiklah kita terima undangan untuk ikut hadir pada perayaan Natal yang sudah dipersiapkan.
Ketiga, kita ikut hadir sebagai penghargaan atas undangan yang ada, tetapi tidak ikut aktif menyelenggarakan-nya.
Keempat, seandainya toh kita diminta untuk ambil bagian dalam menyumbangkan nyanyian atau memberi renungan, hendaknya kita menyanyikan lagu masa Adven yang bernada penantian, demikian juga dengan renungan yang kita berikan.
Kelima, dalam segala hal kita berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik, dengan sikap yang bijaksana dan terbuka dalam pergaulan dan dialog di tengah masyarakat.
Sumber : http://paroki-sragen.or.id/
Tanggal tersebut bertepatan dengan peralihan musim gugur ke musim dingin serentak saat dimulainya siang yang lebih panjang daripada malam. Suatu kemenangan matahari atas kegelapan, karena dalam 6 bulan sebelumnya siang lebih pendek daipada malam. Oleh orang-orang Kristen, Yesus dianggap Sang Matahari Sejati yang memberi terang atas manusia.
Sistem Kalender Masehi yang kita pakai sampai sekarang, yang menetapkan bahwa tahun kelahiran Yesus adalah tahun 1 Masehi, didasarkan pada perhitungan Diakon Dionisius pada tahun 525. Sebelumnya, belum ada sistem Kalender Masehi, karena tiap-tiap suku bangsa mempunyai sistem kalender sendiri sebagai cara untuk mencatat suatu peristiwa penting yang terjadi di dalam hidup. Semisal, orang Yunani mencatat, ��tahun sebelum Olympiade� atau �� tahun sesudah Olympiade; orang Romawi mengungkapkan �� tahun sejak kota Roma didirikan�; orang Yahudi mengungkapkan, �dalam tahun � sesudah mereka keluar dari Mesir� (Bil 1: 1) atau dalam tahun ke � raja � (1Raj 15: 1 atau pada waktu � menjadi Imam Agung (Luk 3:2), dan karena Yesus adalah orang Yahudi, maka sejarah hidup-Nya dicatat menurut perhitungan waktu bangsa Yahudi.
Dalam Injil Lukas 3:1 kita tahu bahwa Yohanes membaptis Yesus bersama orang banyak dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius. Menurut perhitungan Dionisius, Kaisar Tiberius mulai memerintah tahun 767 sejak kota Roma didirikan. Maka, tahun ke lima belas pemerintahannya adalah tahun 782 sejak kota Roma didirikan. Baptisan Yesus merupakan awal karya publik Yesus, yang menurut Lukas 3:23 Yesus berumur kira-kira 30 tahun. Jadi, tahun kelahiran Yesus, menurut perhitungan Dionisius, adalah tahun 782 sejak kota Roma didirikan, dikurangi 29 tahun (jumlah tahun yang sudah pasti dijalani Yesus), yakni tahun 753 sejak kota Roma didirikan, yang sama dengan tahun 1 Masehi.
Perayaan Natal
Hal merayakan Natal pada 25 Desember telah menjadi tradisi dan tanggal tersebut ditradisikan sampai sekarang dalam kalender liturgi Gereja Katolik. Rupanya yang mau diangkat untuk dihayati demi pengembangan iman selanjutnya ialah, pertama, nilai tradisi yang terkandung pada tanggal tersebut; kedua, Yesus yang lahir adalah �Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita� (Yoh 1:14. Dengan kenyataan ini Yesus tidak mempertahankan keallahan-Nya dan telah mengambil rupa sebagai manusia (Fil 2:6-7). Ketiga, kegelapan dunia hanya bisa dikalahkan dengan cara demikian yang telah ditunjukkan oleh Yesus dan bekerjasama dengan kerendahan hati, kesetiaan, menyimpan perkara Allah dalam hati seperti Maria beserta denga ketulusan hati yang ada pada Yosef; keempat, ketiga nilai ini harus kita persiapkan..
Oleh karena itu di dalam kalender liturgi Gereja Katolik disediakan suatu masa sebagai persiapan yakni masa Adven. Masa Adven itu membuka tahun liturgi yang baru, dan bagi umat Katolik mempunyai arti khusus, yakni sebagai masa untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Yesus Kristus. Seruan Yohanes Pembaptis mengajak kita agar bertobat. Pertobatan membuat kerendahan hati, kesetiaan, hal menyimpan perkara Allah dan kelurusan hati bersedia dimurnikan dalam diri kita agar layak dan pantas menyambut kelahiran Yesus Kristus Tuhan. Dan lebih dari itu, pertobatan ini membuat pengampunan Allah sungguh menjadi keselamatan bagi kita. Karena itu sebelum tanggal 25 Desember, kita belum merayakan natal, tetapi masih mempersiapkannya.
Namun bagaimana sikap kita (apabila ada dalam suasana hidup kekristenan dengan Gereja-Gereja Kristen lainnya), kalau diundang untuk menghadiri perayaan Natal sebelum tanggal 25 Desember?
Pertama, kita perlu menjelaskan bagaimana umat katolik mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Natal sepanjang masa Adven.
Kedua, kalau kita menimbang perlu, dalam rangka kebersamaan dalam hidup masyarakat, baiklah kita terima undangan untuk ikut hadir pada perayaan Natal yang sudah dipersiapkan.
Ketiga, kita ikut hadir sebagai penghargaan atas undangan yang ada, tetapi tidak ikut aktif menyelenggarakan-nya.
Keempat, seandainya toh kita diminta untuk ambil bagian dalam menyumbangkan nyanyian atau memberi renungan, hendaknya kita menyanyikan lagu masa Adven yang bernada penantian, demikian juga dengan renungan yang kita berikan.
Kelima, dalam segala hal kita berpegang teguh pada ajaran Gereja Katolik, dengan sikap yang bijaksana dan terbuka dalam pergaulan dan dialog di tengah masyarakat.
Sumber : http://paroki-sragen.or.id/
Sekilas Sejarah Perayaan Natal
Natal diartikan telah lahir atau telah dilahirkan, kata Natal ini berasal dari kata Latin Natus. Pada konteks Kristiani, Natal berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang lebih sempit, Natal adalah perayaan kelahiran Yesus di Bethlehem duaribu tahun yang lalu.
Hampir di semua negara, hari Natal (25 Desember) menjadi hari libur nasional. Menurut penanggalan Gereja Katolik Roma sendiri, Natal adalah satu dari enam hari Pesta utama di samping : Sikumsisi (tahun baru), Kenaikan Tuhan, Pesta Maria diangkat ke Surga (15 Agustus), Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November) dan Perayaan Santa Maria dikandung tanpa noda (8 Desember)
Mengapa Natal sedemikian penting?
Menurut buku tahunan Encyclopedia Britannica, pada tahun 1994 terdapat 1,8 milyar umat Kristen dari sekitar 5,5 milyar populasi dunia. Hal ini membuat Kristen menjadi agama terbesar dalam hal jumlah penganut. Karena umat Kristiani mengikuti Yesus, perayaan kelahiran Yesus menjadi sangat penting bagi mereka dan bagi sebagian besar wilayah di dunia.
Menurut informasi, di Amerika, minggu sebelum Natal adalah minggu tersibuk dalam dunia perbelanjaan sepanjang tahun Toko-toko besar meraup 70% keuntungan tahunannya hanya selama sebulan yaitu satu bulan menjelang Natal. Natal menjadi penting bukan hanya karena alasan-alasan keagamaan melainkan juga karena alasan ekonomi dan budaya.
Apakah tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus? (Awal Mula Perayaan Natal)
Dulunya, 25 Desember merupakan peringatan tradisional masyarakat Romawi untuk mempertingati Saturnus (Dewa Panen) dan Mithras (Dewa petir) sekaligus titik balik matahari di musin dingin. Di saat kekaisaran Roma dikuasai orang-orang Kristen, Gereja mengambil alih tanggal tersebut dari pesta kafir bangsa Romawi ini yang terkenal dengan ungkapan "Dies Natalis (Solis) invicti." : Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari yang terkalahkan. Pemujaan terhadap dewa Matahari yang amat kuat di masa itu dan dirayakan secara khusus pada saat titik balik peredaran matahari.
Adapun tujuannya, untuk menjauhkan umat beriman dari gagasan yang kafir itu dan Gereja menggantikannya dengan misteri kelahiran Kristus Yesus sebagai Sang Matahari sejati yang menrangi setiap insan. Ini adalah proses inkulturasi.
Mula-mula, hari itu dirayakan dengan misa sederhana. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya agama Kristen, Natal menjadi semakin penting dan mengalahkan perayaan-perayaan tradisional yang telah ada sebelumnya, sekaligus mempertegas dan memperteguh iman akan misteri Allah yang menjelma menjadi manusia.
Di beberapa negara di wilayah Eropa Utara, sekitar pertengahan bulan Desember, biasanya diadakan pesta panen. Pada saat itu, rakyat yang baru saja mengakhiri masa panennya menghiasi rumah mereka dengan hijau-hijauan, memasak makanan yang istimewa, berkumpul untuk bernyanyi bersama dan saling membagi hadiah. Lama-kelamaan, tradisi rakyat ini menjadi bagian dari perayaan Natal.
Tradisi berbagi hadiah
Tradisi ini mungkin diilhami dari kisah Kitab Suci tentang orang-orang Majus dari Timur. Para Majus memberikan hadiah kepada bayi Yesus berupa emas, kemenyan dan mur. Selain merupakan adopsi dari tradisi, kebiasaan ini juga didukung oleh adanya kisah Sinterklas yang terkenal suka membagi hadiah kepada anak-anak.
Pohon Natal
Tradisi memasang pohon Natal kemungkinan besar berasal dari Jerman dan diawali pada tahun 1.000(?). Tradisi ini kemudian menyebar ke Inggris dan Amerika. Pada zaman Victoria, orang mulai menghiasi pohon Natal dengan permen dan kue-kue serta pita-pita. Martin Luther, pada abad ke 16 dianggap sebagai orang pertama yang memasang lilin pada pohon Natal.
Tahun 1880, hiasan Natal pabrikan mulai diproduksi dan dipasarkan. Dan, lampu natal elektronis muncul di tahun 1882. Sampai sekarang bentuk dan jenis hiasan pohon natal semakin bagus dan beragam.
Hampir di semua negara, hari Natal (25 Desember) menjadi hari libur nasional. Menurut penanggalan Gereja Katolik Roma sendiri, Natal adalah satu dari enam hari Pesta utama di samping : Sikumsisi (tahun baru), Kenaikan Tuhan, Pesta Maria diangkat ke Surga (15 Agustus), Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November) dan Perayaan Santa Maria dikandung tanpa noda (8 Desember)
Mengapa Natal sedemikian penting?
Menurut buku tahunan Encyclopedia Britannica, pada tahun 1994 terdapat 1,8 milyar umat Kristen dari sekitar 5,5 milyar populasi dunia. Hal ini membuat Kristen menjadi agama terbesar dalam hal jumlah penganut. Karena umat Kristiani mengikuti Yesus, perayaan kelahiran Yesus menjadi sangat penting bagi mereka dan bagi sebagian besar wilayah di dunia.
Menurut informasi, di Amerika, minggu sebelum Natal adalah minggu tersibuk dalam dunia perbelanjaan sepanjang tahun Toko-toko besar meraup 70% keuntungan tahunannya hanya selama sebulan yaitu satu bulan menjelang Natal. Natal menjadi penting bukan hanya karena alasan-alasan keagamaan melainkan juga karena alasan ekonomi dan budaya.
Apakah tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus? (Awal Mula Perayaan Natal)
Dulunya, 25 Desember merupakan peringatan tradisional masyarakat Romawi untuk mempertingati Saturnus (Dewa Panen) dan Mithras (Dewa petir) sekaligus titik balik matahari di musin dingin. Di saat kekaisaran Roma dikuasai orang-orang Kristen, Gereja mengambil alih tanggal tersebut dari pesta kafir bangsa Romawi ini yang terkenal dengan ungkapan "Dies Natalis (Solis) invicti." : Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari yang terkalahkan. Pemujaan terhadap dewa Matahari yang amat kuat di masa itu dan dirayakan secara khusus pada saat titik balik peredaran matahari.
Adapun tujuannya, untuk menjauhkan umat beriman dari gagasan yang kafir itu dan Gereja menggantikannya dengan misteri kelahiran Kristus Yesus sebagai Sang Matahari sejati yang menrangi setiap insan. Ini adalah proses inkulturasi.
Mula-mula, hari itu dirayakan dengan misa sederhana. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya agama Kristen, Natal menjadi semakin penting dan mengalahkan perayaan-perayaan tradisional yang telah ada sebelumnya, sekaligus mempertegas dan memperteguh iman akan misteri Allah yang menjelma menjadi manusia.
Di beberapa negara di wilayah Eropa Utara, sekitar pertengahan bulan Desember, biasanya diadakan pesta panen. Pada saat itu, rakyat yang baru saja mengakhiri masa panennya menghiasi rumah mereka dengan hijau-hijauan, memasak makanan yang istimewa, berkumpul untuk bernyanyi bersama dan saling membagi hadiah. Lama-kelamaan, tradisi rakyat ini menjadi bagian dari perayaan Natal.
Tradisi berbagi hadiah
Tradisi ini mungkin diilhami dari kisah Kitab Suci tentang orang-orang Majus dari Timur. Para Majus memberikan hadiah kepada bayi Yesus berupa emas, kemenyan dan mur. Selain merupakan adopsi dari tradisi, kebiasaan ini juga didukung oleh adanya kisah Sinterklas yang terkenal suka membagi hadiah kepada anak-anak.
Pohon Natal
Tradisi memasang pohon Natal kemungkinan besar berasal dari Jerman dan diawali pada tahun 1.000(?). Tradisi ini kemudian menyebar ke Inggris dan Amerika. Pada zaman Victoria, orang mulai menghiasi pohon Natal dengan permen dan kue-kue serta pita-pita. Martin Luther, pada abad ke 16 dianggap sebagai orang pertama yang memasang lilin pada pohon Natal.
Tahun 1880, hiasan Natal pabrikan mulai diproduksi dan dipasarkan. Dan, lampu natal elektronis muncul di tahun 1882. Sampai sekarang bentuk dan jenis hiasan pohon natal semakin bagus dan beragam.
Sunday, December 19, 2010
Mengapa Pesta Natal dirayakan 25 Desember?
oleh: P. Victor Hoagland, C.P.
Tidaklah mudah untuk menentukan dengan tepat asal-mula Pesta Natal, yang sekarang menjadi perayaan yang paling penting dalam masa Natal di sebagian besar Gereja-gereja Ritus Barat. Kita hanya dapat mengatakan dengan pasti bahwa kelahiran Yesus Kristus mulai dirayakan di Roma sekitar tahun 336 A.D. (Anno Domini = Tahun Masehi); kemudian Pesta Natal dirayakan juga di gereja-gereja Kristiani lainnya di seluruh dunia.
Mengapa Pesta Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember? Tidak ada catatan mengenai tanggal kelahiran Yesus yang dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru. Kitab Suci jauh lebih mementingkan �Siapakah Yesus?� daripada tanggal kelahiran-Nya. Perkiraan Gereja Perdana akan tanggal kelahiran-Nya dipengaruhi oleh tanda-tanda perubahan musim, yang kemudian diterima dalam pemikiran religius, yang dengan seksama memperhatikan equinox (di mana waktu siang dan malam sama lamanya) dan titik balik matahari. Para ilmuwan Kristiani memperkirakan bahwa Yesus dikandung pada equinox musim semi (25 Maret) dan oleh karenanya dilahirkan pada tanggal 25 Desember, tanggal titik balik musim dingin.
Di banyak gereja Kristiani, tanggal 25 Maret masih tetap dirayakan sebagai Hari Raya Kabar Sukacita, yaitu ketika Malaikat Gabriel menyampaikan kabar kepada Maria bahwa ia akan menjadi bunda Yesus.
Pesta Natal mungkin juga berasal dari perayaan kafir �Dewa Matahari yang tak terkalahkan� yang ditetapkan oleh Kaisar Aurelius pada tahun 274 A.D. dan dirayakan pada tanggal 25 Desember, yaitu pada hari terjadinya titik balik musim dingin, di Roma dan di seluruh wilayah kekaisaran. Umat Kristiani mengambil alih perayaan tersebut untuk merayakan pesta �Surya Kebenaran� (Maleakhi 4:2), yaitu Yesus Kristus, yang menyebut Diri-Nya �Terang Dunia� (Yohanes 8:12).
sumber : �The Feast of Christmas� by Fr Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1996, 1997, 2000 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.�
Tidaklah mudah untuk menentukan dengan tepat asal-mula Pesta Natal, yang sekarang menjadi perayaan yang paling penting dalam masa Natal di sebagian besar Gereja-gereja Ritus Barat. Kita hanya dapat mengatakan dengan pasti bahwa kelahiran Yesus Kristus mulai dirayakan di Roma sekitar tahun 336 A.D. (Anno Domini = Tahun Masehi); kemudian Pesta Natal dirayakan juga di gereja-gereja Kristiani lainnya di seluruh dunia.
Mengapa Pesta Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember? Tidak ada catatan mengenai tanggal kelahiran Yesus yang dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru. Kitab Suci jauh lebih mementingkan �Siapakah Yesus?� daripada tanggal kelahiran-Nya. Perkiraan Gereja Perdana akan tanggal kelahiran-Nya dipengaruhi oleh tanda-tanda perubahan musim, yang kemudian diterima dalam pemikiran religius, yang dengan seksama memperhatikan equinox (di mana waktu siang dan malam sama lamanya) dan titik balik matahari. Para ilmuwan Kristiani memperkirakan bahwa Yesus dikandung pada equinox musim semi (25 Maret) dan oleh karenanya dilahirkan pada tanggal 25 Desember, tanggal titik balik musim dingin.
Di banyak gereja Kristiani, tanggal 25 Maret masih tetap dirayakan sebagai Hari Raya Kabar Sukacita, yaitu ketika Malaikat Gabriel menyampaikan kabar kepada Maria bahwa ia akan menjadi bunda Yesus.
Pesta Natal mungkin juga berasal dari perayaan kafir �Dewa Matahari yang tak terkalahkan� yang ditetapkan oleh Kaisar Aurelius pada tahun 274 A.D. dan dirayakan pada tanggal 25 Desember, yaitu pada hari terjadinya titik balik musim dingin, di Roma dan di seluruh wilayah kekaisaran. Umat Kristiani mengambil alih perayaan tersebut untuk merayakan pesta �Surya Kebenaran� (Maleakhi 4:2), yaitu Yesus Kristus, yang menyebut Diri-Nya �Terang Dunia� (Yohanes 8:12).
sumber : �The Feast of Christmas� by Fr Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1996, 1997, 2000 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org/prayer
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.�