Latest News

Monday, March 30, 2020

Exodus II


Percayalah,Tuhan zaman Adam,zaman Musa,zaman Yesus,zaman Now tetap satu SATU DAN SAMA.Tuhan tidak berubah walau tdk kita lihat Dia tetap berkarya di tengah-tengah kita.Manusia 100% masih di bawah kendali Tuhan.Inget pemazmur mengatakan manusia itu hanya sebesar debu,seperti pasir di pinggir laut.Manusia diciptakan menurut gambarnya Tuhan.Walau manusia keciiiil di hadapan Tuhan,namun karena manusia miliki Tubuh-Jiwa-dan Roh manusia menjadi berharga di hadapan Tuhan.

Karena Roh yang ada pada Manusia,manusia jadi berharga.Tuhan mengatakan,sehelai rambut saja tdk bisa jatuh ke tanah dari kepala manusia tanpa seizin Tuhan.Percayalah,semua manusia percaya atau pendosa masih dalam pantauan dan kendali Tuhan.Tuhan tidak mungkin mangkir akan janjiNya.

Roh sebagai unsur kekekalan(keabadian) sudah dianugrahkan Tuhan kepada seluruh umat manusia tampa kecuali.Roh yg kita miliki itulah membedakan manusia dengan binatang.Dengan Roh yang kita miliki menjadikan kita ADA AWAL DAN TIDAK ADA AKHIR.

Karena Roh kekekalan yang ada pada manusia itu membuat diri kita menjadi BERHARGA.Manusia menjadi beda dari segala ciptaan yg ada di dunia ini.Yang harus kita jaga adalah unsur kekekalan itu,yang kita jaga adalah barang yang berharga, bukan barang murahan,yg tidak memiliki unsur kekekalan.

Apa hubungannya dengan peristiwa mencekam sekarang dengan adanya Covid-19 ini ?

Peristiwa sekarang ini, Tuhan mau memperlihatkan kuasaNya kembali.Manusia itu kecil,lemah,tdk punya kuasa.Harta,kekuasaan,pengetahuan yang dimiliki manusia hampir tidak berati lagi di dalam kondisi sekarang ini.

Tuhan mau mengajak kita keluar (Exoduse II) dari kemunafikan penguasa duniawi dan agamawi sekarang ini.Tidak terkecuali,apa yang dianggap manusia tanah suci,tanah subur bekelimpahan harta,semua tanpa kecuali di babat oleh wabah.Sekali lagi tanpa seijin Tuhan tidak ada segala sesuatunya.

Tuhan mau mangajak kita exoduse,keluar,berjalan bersama Tuhan menuju Tanah Perjanjian,yaitu Yerusalem Surgawi,Tanah Kanaan Modern harapan dunia Modern bertehnologi tinggi yang sesungguhnya.

Bahwa Tuhan tidak mau karena kemajuan tehnologinya manusia meninggalkanNya.Manusia modern ini,karena penemuannya,tdk mau lagi dekat dengat Tabut Perjajian dalam perjalanan hidupnya.Manusia sudah tidak terkendali oleh penemuannya.Unsur penyelamat,seperti citraNya tidak lagi sejalan harmonis:Tubuh,Jiwa,dan Roh.Tabut Roh dalam diri manusia itu TERABAIKAN dalam perjalanan kemajuan tehnologi zaman now.

Menjadi menarik,mengapa dimulai dari Wuhan ? Patut Anda dan saya renungkan.Ingaaaat saudaraku sekalian,manusia yang memulai tapi segalanya Tuhan yang MENGAKHIRI.

Kita dalam perjalan,Exoduse II,dalam perjalanan ini,manusia,pemimpin,para penguasa saling mempersalahkan.Satu dgn yang lain saling mengclaim,persis ketika umat Israel di padang gurun di bawah pimpinan Musa.Percayalah,bersama Musa ada Tabut Perjajian,yang memberi kita perlindungan dan pengharapan.

Mari kita menjaga tetap harmoni,tabut kita,Tubuh Jiwa dan Roh,kita jaga kesucianNya selama perjalanan kita di dunia yang fana ini.Tetap waspada. Amin (jmg)
https://stand-under.blogspot.com/2020/03/exodus-ii.html
[stand-under.blogspot.com]

Saturday, March 21, 2020



IMAN DAN CORONAVIRUS*

Untuk teman-teman seiman, mari kita ikuti dan taati anjuran pemerintah. Jangan pakai Firman Tuhan out of context untuk membenarkan diri.

Coba renungkan skenario (parodi) ini:

Misalkan nih Anda orang yang imannya kuaaat sekali. Bisa mindahin gunung dan lebih besar dari biji sesawi. Anda punya doa khusus penolak bala sakit penyakit . Jadi waktu terpapar virus apapun, virusnya tidak mempan masuk ke tubuh kamu. Oleh sebab itu, kamu kebal coronavirus, Puji Tuhan.

Tapi kemudian  coronavirus nempel di tangan dan baju kamu. Kemudian kamu jabat tangan orang lain yang imannya kurang besar dan tidak pernah berdoa. Akhirnya orang itu terinfeksilah dengan virus.

Temanmu itu masih muda dan kuat seperti kamu, jadi walaupun sakit cepat sembuhnya. Tapi temanmu masih tinggal serumah dengan papa mamanya yang sudah tua. Mamanya masih kuat jagain cucu meskipun punya riwayat asma kronik. Papanya juga masih punya semangat hidup yang tinggi meskipun jantungnya sudah dipasangi ring. Kedua orangtua yang tidak pernah kemana-mana itu akhirnya terjangkit juga virus.

Beberapa hari kemudian mereka pun jatuh sakit. Mereka kesulitan bernafas dan karena daya tahan tubuh melemah, terjadi sepsis (minjem istilah Dr. Terawan). Virus itu akhirnya mematikan mereka.

Sementara itu kamu melanjutkan hidup seperti biasa. Bertemu banyak orang kamu anggap pelayanan. Pulang ke rumah sudah malam, kamu  mandi dan tidak lupa sebelum tidur berdoa. Di doa kamu sebut-sebut lagi Maz 91, kamu juga berterima kasih pada Tuhan karena meski dunia heboh dan orang-orang panik kamu tetap tenang. Kamu memuji Tuhan karena kuasanya meluputkankan kamu dari penyakit. Tak lupa kamu pasang status di FB untuk mencela gereja online sebagai sesuatu yang sesat dan hanya untuk orang yang tidak beriman.

Pagi harinya Mbak di rumah ambil baju kotor yang kamu pakai kemarin dan dicucinya. Sebelum dicuci baju itu diraba-raba dulu untuk mencari jangan-jangan  ada uang  yang terselip. Si Mbak kebetulan punya diabetes dan darah tinggi yang tidak pernah diketahuinya. Uang terselip yang dicarinya ternyata gak ada karena kamu memang bokek, tapi virus yang tadinya nempel di baju itu pindah ke badan dia. Beberapa hari kemudian si Mbak jatuh sakit. Ia pun ngalamin komplikasi. Waktu ke rumah sakit, ia ditolak karena rumah sakit penuh. Ternyata BPJS si Mbak gak punya, dan kamu pun tidak pernah daftarin dia.

Kamu yang beriman terus optimis dan berkeliaran seakan-akan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu di pihak kamu. Tanpa sadar kamu telah menyebabkan kecelakaan bagi orang lain.

Mazmur 91:3 , berkata "Sungguh dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk..." Sayang, tidak lebih jauh menyebut tentang Mbak kamu yang punya kepercayaan lain, dan orangtua teman kamu yang belum percaya Tuhan.

Firman Tuhan bukanlah mantra yang bisa kita gunakan untuk menjustifikasi sikap ignorant kita. Firman Tuhan itu ada konteksnya dan tidak berlaku absolut. Hanya Tuhan yang tahu mengapa seorang sakit dan yang lain tidak, padahal doanya sama.

Mari anggap  kejadian luar biasa ini juga terjadi atas seijin Tuhan. Dari setiap masalah, kesulitan, tragedi, ada  rencana Tuhan dibalikknya. Tujuannya supaya kita lebih dewasa. Ujian akan membuat kita semakin kuat dan rendah hati.

Banyak sekali yang bisa kita pelajari lewat musibah global ini:
1. Kita berharap pada Tuhan dan menggantungkan hidup kita padaNya.
2. Hidup di dunia ini demikian rapuh. Hiduplah dengan baik dan jadi berkat.
3. Kita belajar solidaritas dan compassion. Kita bukan hanya orang beriman tapi kita juga adalah warga negara Indonesia. Itu adalah anugerah.
4. Kita belajar skills untuk bertahan hidup. Belajar masak untuk orang serumah walau bahan terbatas. Kreatifias muncul ketika sumber daya terbatas.
5. Kita akhirnya dekat dengan anggota keluarga lain yang jarang ketemu. Keluarin lagi tuh ular tangga dan monopoli.
6. Kita yang gaptek mau gak mau belajar untuk bisa hidup online. Puji Tuhan, inilah keahlian 21th Century yang harus kita kuasai, yang kalau tidak terpaksa kita gak mau belajar.
7. Kita belatih sabar dan self-regulation. Tadinya gak bisa diam, apa-apa maunya instan, eh sekarang harus nahan diri.
8. Dulunya gak ngerti tapi sekarang kita belajar tentang kebersihan dan menjaga kesehatan untuk menangkal penyakit.
9. Ilmu pengetahun kita tentang macam-macam virus, penyakit dan penularannya lebih luas lagi. Suatu saat nanti akan berguna.
10. ??? (Your own case)

Mari praktekkan iman kita bersama-sama dengan orang yang sepaham, dengan rekan seiman dan keluarga. Tapi ketika kita berada di tempat umum, jadikan iman kita antara kita dan Tuhan saja. Di public place pikirkan keselamatan orang lain. Jangan behenti berdoa tapi jauhi dulu orang banyak.

*Nancy Dinar Mewengkang*to

Tuhan Tolong Kami Dalam Kecemasan Ini


Renungan
Dalam Ancaman Virus Corona

Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya  dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur” (Mazmur 107:19-20).”

Tahun 2020 belum lama berjalan, namun dunia dikejutkan dengan kemunculan virus mematikan. Virus Corona Wuhan, atau virus n-CoV pertama kali merebak di kota Wuhan, Tiongkok dan menyebar dengan masif hingga ke berbagai negara. Hingga tanggal 3 Februari, tercatat angka kematian akibat virus ini mencapai 361 orang di daratan Tiongkok dari 17.238 kasus terkonfirmasi.

Virus yang masih satu keluarga dengan virus penyebab flu hingga MERS dan SARS ini sangat berbahaya. Kepala Program Penelitian Biosecurity dari Kirby Institute, Universitas New South Wales Australia, Raina MacIntyre menambahkan, semakin luas infeksi di bagian lain Tiongkok, semakin besar risiko penyebaran secara global.

Keadaan ini sungguh memprihatinkan dan mencemaskan. Wabah Corona telah menjadi ancaman serius yang perlu segera diantisipasi dan diatasi bagi banyak negara saat ini. Meskipun negeri kita Indonesia secara geografis letaknya jauh dari kota Wuhan, namun mungkin saja kita tetap merasa was-was. Pergerakan manusia dari wilayah yang terkontaminasi mungkin saja turut membawa masuk virus tersebut ke tanah air.

Di tengah situasi kelam, mungkin kita terdorong untuk bertanya, “Di manakah Allah?” Kita seakan berteriak seperti Daud dalam Mazmur 38, ketika ia merasa sangat menderita karena penyakit yang ia alami, “Aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup jantungku.”  Apakah Allah diam saja dalam epidemi Corona ini? Bahkan mungkin ada orang yang mulai bertanya, “Adakah ini suatu hukuman dari Tuhan?”

Pertanyaan ini wajar dan sangat mungkin bisa dipertanyakan oleh orang-orang yang saat ini sedang berjuang antara hidup dan mati di kota Wuhan. Saat mereka merasa terjebak dalam rumah sendiri dan mulai kekurangan makanan dan minuman sedangkan untuk ke luar rumah saja mereka tidak berani. Namun sebenarnya ini bukanlah kelalaian Allah, melainkan sebuah keniscayaan yang bisa terjadi dalam kehidupan yang fana ini. Situasi ini mendorong kita sebagai manusia untuk mengakui bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan pertolongan Tuhan dalam segala hal.

Firman Tuhan menegaskan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya (Ibrani 13:5b). Ia mengendalikan segala sesuatu dalam segala hal—masa lalu, masa kini, dan masa mendatang—dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kuasa Allah. Segala sesuatu yang terjadi, semua ada dalam kedaulatan-Nya atau karena Ia mengizinkan hal tersebut. Namun, “mengizinkan sesuatu terjadi” dan “menyebabkan sesuatu terjadi” adalah dua hal yang berbeda.

Kendati virus Corona berskala global, namun ini tidak berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita mungkin bukan ilmuwan yang mampu mengembangkan vaksin atau anti virus, pun kita tidak punya cukup sumber daya untuk menolong mereka yang terdampak secara langsung, tapi kita memiliki akses untuk datang kepada Allah dan menaikkan doa-doa kita kepada-Nya. Firman-Nya mengatakan, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:16).

Doakanlah agar para korban yang terdampak secara langsung memperoleh anugerah Allah dan kesembuhan; mereka yang dikarantina dapat tetap tenang dan mendapatkan suplai bahan makanan; paramedis dapat mengobati korban dengan efektif dan tubuh mereka dapat kebal dari paparan virus; para peneliti agar mampu menciptakan vaksin yang berguna bagi pengobatan dan pencegahan di masa depan; para pemangku kebijakan agar mereka segera membuat peraturan yang menjamin keamanan setiap warga dari ancaman virus.

Seraya berdoa, kita juga bisa menahan diri untuk tidak menyebarluaskan informasi-informasi terkait virus Corona yang belum bisa diklarifikasi kebenarannya. Meski mungkin maksud kita baik—untuk menginformasikan orang terkasih—namun bisa saja yang terjadi malah kepanikan. Inilah salah satu tindakan sederhana kita yang dapat kita lakukan untuk menolong membuat keadaan lebih baik. Dan, janganlah lupa pula untuk menerapkan pola hidup sehat, sebagaimana dikatakan oleh Menteri Kesehatan RI. Tubuh dan pola hidup yang sehat dapat menolong kita meminimalisir potensi terinfeksi virus Corona.

Karl Max and Virus Corona

So
https://triaskun.id/2020/03/20/sejarah-berulang/‎
(opens in a new tab)
*Sejarah Berulang*
*Oleh Trias Kuncahyono*

Bukan hanya Karl Marx yang mengatakan bahwa sejarah selalu berulang. Grup band rock, Santana—dengan Carlos Santana, musisi AS kelahiran Meksiko—pun meneriakkan hal yang sama.

 Marx mengatakan,  _“Histoire se répète toujours deux fois: la première fois comme tragédie, la deuxième fois comme farce;_ sejarah selalu mengulang dirinya sendiri: pertama sebagai tragedi, kedua sebagai lelucon.” Sementara Santana bertanya,  _Who says history doesn’t repeat itself?_ Siapa bilang sejarah tidak mengulang dirinya sendiri? Pertanyaan Santana mengawali lagunya _Oye 2014._

 Tetapi, sejarah yang kali ini berulang tidak seperti yang dikatakan Marx, “pertama sebagai tragedi, kedua sebagai lelucon.” Kali ini, sejarah berulang, tetap sebagai tragedi. Tragedi yang merenggut nyawa banyak orang di mana-mana, di banyak negara.


Lebih dari 600 tahun silam, dunia disapu wabah penyakit karena bakteri  Yersinia pestis  yang kemudian memunculkan istilah _Black Death_, atau _Great Pestilence_ atau _Great Plague,_ atau _Great Mortality._ Disebut _Great Mortality,_ misalnya, karena demikian banyaknya nyawa yang melayang akibat wabah penyakit itu. _Black Death_ diperkirakan membunuh 30 persen hingga 60 persen penduduk Eropa, sekitar 50 juta jiwa, pada waktu itu, abad ke-14; mengurangi penduduk dunia dari sekitar 450 juta menjadi antara 350 juta hingga 375 juta jiwa.

Yang menarik, dari mana penyakit itu berasal. Ole Beneditow dalam _History Today_ (Vol. 55, 3 Maret 2005) menulis, dulu diduga bahwa _Black Death_ berasal di China, tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa wabah penyakit itu mulai merebak pada musim semi 1346 di wilayah stepa, yang terbentang dari  pantai barat laut Laut Kaspia ke Rusia selatan. Pada waktu itu, daerah tersebut dikuasi orang-orang Mongol.

Akan tetapi, Nicholas Wade ( _The New York Times_, 31 Oktober 2010) berdasarkan kesimpulan para ahli genetika dari Universitas College Cork, Irlandia yang dipimpin Mark Achtman, menulis wabah penyakit itu berasal dari China dan Asia Tengah yang waktu itu dikuasai orang-orang Mongol.

Baik dalam tulisan Ole Beneditov maupun Nicholas Wade, sama disebutkan bahwa wabah sampai ke daratan Eropa lewat Jalur Sutera _(Silk Road)_ “dibawa” orang-orang Mongol ketika mereka menyerang kota pelabuhan  Kaffa (sekarang Feodosiya) di Krimea. Mereka mengepung kota pelabuhan dagang itu.

Pada musim gugur 1346 para pengepung terjangkit wabah _Black Death_ dan dari mereka manembus kota. Penduduk kota, antara lain, para pedagang dari Genoa, Italia melarikan diri naik kapal kembali ke Sisilia dan Eropa Selatan. Tanpa mereka ketahui, _Black Death_ terbawa serta, masuk ke daratan Eropa. Dan, masuk ke Afrika Timur “menumpang” armada kapal China—300 kapal—pimpinan Admiral Zheng dalam melakukan pelayaran dagang dari China ke Afrika, 1409.

Dari Kaffa, para pedagang Genoa membawa epidemi ke pelabuhan-pelabuhan di Mediterania (Laut Tengah) dan menyebar ke Sisilia (1347), daratan Italia, Spanyol, dan Perancis (1348); lalu Austria, Hongaria, Swiss, Jerman, dan sejumlah negara lain.

_Black Death_ adalah gelombang kedua dari tiga gelombang, pada masa lalu, yang menyerang Eropa. Yang pertama terjadi pada abad ke-6 di zaman Justinianus I (Flavius Justinianus),  menjadi Kaisar Byzantium (527-565). Ketika itu (542), ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, Konstanstinopel, menjadi korban lewat kapal dari Mesir.

Sejarawan Byzantium asal Procopius dari Caesarea (500-565) menulis wabah yang berasal dari China itu masuk ke Pelusium, muara Sungai Nil di Afrika Utara.  Menurut Wendy Orent, penulis _Plague_, penyakit menyebar ke dua jurusan: utara yakni ke Aleksandria dan timur ke Palestina. Penyebar penyakit ini adalah tikus hitam _(Rattus rattus)_ yang “menumpang” kapal dagang pengangkut gabah (John Horgan, _Ancient History Encyclopedia_, 2014).

Gelombang ketiga—wabah penyakit yang menyerang daratan Eropa—berasal dari Propinsi Yunan China (1894). Dari Yunan, masuk Hongkong kemudian menyebar ke seluruh dunia “membonceng” kapal-kapal dagang: menyerang Hawaii (1899), San Franciscko (1900).

Kini, setelah lebih dari enam abad, muncul wabah penyakit yang berasal dari Wuhan, China: Corana virus (Covid-19).  Sejarah telah berulang. Dan, Italia, seperti sebelumnya, menjadi negara terberat kedua setelah China.

Dahulu, wabah Justinian, menjadi titik awal kemunduran Kekaisaran Romawi Timur, karena merosotnya perekonomian dan pelemahan kekaisaran. Menurut Randolph Stilson, _Black Death_, pandemik kedua, mengakhiri abad feodalisme di Eropa.

Walter S Zapotoczny dalam _The Political and Social Consequences of the Black Death_, 1348 – 1351 (2006) menulis, _Black Death_ sangat mempercepat perubahan sosial dan ekonomi selama abad ke 14 dan 15.

Apa yang akan terjadi sekarang ini setelah wabah Covid-19, berakhir? Akan menjadi seperti apa negara-negara yang terkena wabah Covid-19 nanti, seperti China, Italia, Iran, Korea Selatan, dan Perancis, juga negara-negara lain, termasuk Indonesia?

Apakah pandemi Covid-19 akan mampu, misalnya di negeri ini, mengubah sifat mencari untung (entah politik maupun ekonomi, juga sektarian), lebih mementingkan diri sendiri di tengah penderitaan yang menghinggapi sementara orang bahkan elite politik, menjadi lebih solider, toleran, memiliki keutamaan berbela rasa _(compassion),_ tidak egoistik?

Apakah pandemi Covid-19 ini akan mampu mengubah sifat orang yang senang menari di atas penderitaan orang lain dan memunculkan sikap _beyond_ terhadap kepentingan diri dan seluruh kelompoknya?

Apakah pandemi  Covid-19, akan mampu mengubah orang di negeri ini, yang dalam bahasanya Syafii Maarif—larut dalam pragmatisme politik yang tunamoral dan tunavisi—menjadi bermoral dan bervisi?  Mampukah, “derita nasional” ini menyadarkan orang untuk membuang jauh-jauh pragmatisme politik yang cenderung menghalalkan segala cara termasuk transaksional dalam panggung politik?

Padahal, bukankah, pada dasarnya, manusia seperti dikatakan oleh Cecilius (230-168 SM), adalah _Homo homini deus est, si suum officium sciat_—manusia adalah dewa bagi manusia yang lain jika ia mengetahui kewajibannya. Mengapa demikian, sebab sifat _compassion_, welas asih, bela rasa tidak dapat dipisahkan dari kemanusiaan; alih-alih dimotivasi oleh kepentingan pribadi.

Orang yang benar-benar manusiawi, secara konsisten berorientasi pada orang lain, bukan selalu beroritentasi pada diri sendiri, kepentingan diri sendiri dalam segala macam bentuknya. Hanya orang-orang yang tunamoral, tuna-etika yang mengingkari semua itu. Mereka itu, golongan “Black Death” yang perlu dibasmi karena membawa dunia sekitar kita menjadi hitam kelam.

Sejarah akan selalu berulang. Demikian juga di setiap zaman akan selalu muncul manusia (orang-orang) yang mementingkan diri sendiri, yang mencari keuntungan di tengah kebuntungan orang lain, yang tidak memiliki nilai-nilai keutamaan seperti bela rasa. Mereka ini tidak peduli meski digolongkan sebagai bagian dari _Black Death._ Karena seperti dikatakan Plautus (251-184 SM), _homo homini lupus est,_ manusia adalah serigala bagi manusia lain. Padahal yang diperlukan saat ini adalah kebersamaan, solideritas, dan saling menolong. ***to

Friday, March 20, 2020

Kisah Nyata Dan Ekaristi Online.


Just share: Berikut ini sharing Frater Petrik Yoga yang sedang sekolah di Roma mengenai COVID 19 dan kondisi terkini Italia. Semoga bisa mengetuk hati saudara-saudara kita untuk menaati perintah "tinggal di rumah" . Tetap waspada dan jangan panik. Ikuti imbauan pemerintah dan Gereja.
___________________________

TINGGALLAH BERSAMA AKU!

Teman-teman terkasih,
sebelumnya perkenalkan saya Petrik Yoga, mahasiswa Indonesia dari Keuskupan Purwokerto yang sedang belajar di Roma. Saya tinggal di Collegio Urbano, dekat dengan Vatikan. Sudah sejak 5 Maret 2020 yang lalu, saya dan teman-teman memilih untuk tinggal di asrama.

 Ketika kami tahu bahwa kampus ditutup sampai tanggal 15 Maret, yang akhirnya diperpanjang sampai 3 April atau bahkan hingga usai Paskah, kami sadar bahwa situasi di Italia sudah parah. Lalu pada 9 Maret 2020, pemerintah Italia memutuskan untuk melakukan lockdown nasional. Salah satu keputusan yang diambil adalah menutup fasilitas publik, termasuk gereja. Vatikan, negara kecil di kota Roma, pun menutup seluruh akses dan seluruh kegiatan negara. Akibatnya adalah banyak muncul pengumuman tentang “misa online” dari paroki-paroki di Italia.

Mungkin teman-teman sempat melihat video yang viral tentang seorang imam di Milan yang meminta umatnya untuk mengirimkan foto mereka kepada imam tersebut. Dia bernama Romo Giuseppe Corbari. Romo Giuseppe  lalu mencetak foto-foto yang dikirim kepadanya lalu ditaruh di kursi di gereja. “Saya ingin melihat, mengingat, dan membawa mereka dalam Ekaristi yang saya persembahkan,” begitu katanya.

Saya melihat videonya di Twitter dan tiba-tiba mata saya berair. Saya sadar betul bahwa Ekaristi adalah perayaan umat, bukan perayaan imam saja. Inisiatif Romo Giuseppe sungguh menyentuh hati saya dan meyakinkan saya bahwa beliau adalah pastor yang baik, pastor yang mencintai umat.

Tetapi, ketika melihat di kolom komentar, perasaan miris ketika melihat komentar-komentar yang masih menganggap lucu Ekaristi, seperti mengatakan komuninya gofood, berkat online, dll. Komentar-komentar seperti itu yang rasanya kurang dewasa, kurang mencerminkan kedewasaan iman seseorang, dan jika saya boleh menyebut bahwa pribadi-pribadi tersebut kurang membina sense of crisis terhadap situasi dunia.

Nah, lewat tulisan ini, saya ingin mengajak teman-teman untuk mulai memahami situasi, terutama memahami Ekaristi dalam bentuk online. Di Italia, hal tersebut sudah menjadi hal biasa, apalagi sudah mendapatkan izin dari konferensi para uskup. Di Indonesia, mungkin belum karena situasinya masih bisa belum segawat di sini. Tetapi saya mendengar, beberapa paroki di Indonesia sudah melakukannya.

Teman saya, Benedictus, dari Keuskupan Agung Semarang, saat ini tinggal di Provinsi Bari, salah satu provinsi selatan Italia, minggu lalu bercerita tentang situasi paroki tempat dia tinggal. Romo parokinya memutuskan untuk mengadakan misa online setiap sore. Misa dihadiri beberapa umat, seperti lektor, pemimpin lagu, perekam misa.

Dictus juga bercerita bahwa sebenarnya kerinduan umat di dalam Ekaristi selain dapat menerima Tubuh Kristus dalam komuni, juga rindu mendegarkan sabda dan juga homili dari imam. Umat paham, bahwa dalam situasi seperti ini, mendengarkan sabda dan peneguhan dari imam lewat homili saja sudah cukup. Mereka menerima komuni secara spiritual atau dalam bahasa Indonesia biasa kita sebut komuni batin.

Sudah sejak masa Santo Thomas Aquinas, komuni batin sudah ada. Bahkan Santo Thomas Aquinas menjelaskan bahwa, komuni spiritual adalah sikap batin seseorang yang merindukan komuni secara sakramental. Santa Theresia dari Avila juga mengatakan, “Jika kamu tidak bisa menerima komuni secara sakramental, kamu tetap bisa menerima komuni secara spiritual”.

Demikian juga Santo Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa kesatuan batin dengan Kristus juga dapat terjadi dalam komuni batin. Yang menjadi kegelisahan kita tentunya adalah rasa puas yang kurang penuh ketika tidak bisa menerima Tubuh Kristus secara langsung. Lha, mau bagaimana lagi?

Situasinya sedang tidak mendukung. Tetapi, ada satu hal yang ingin saya tawarkan; bukankah seharusnya kita tetap bisa bersyukur bisa, minimal, mendengarkan sabda dan homili lewat misa online, entah lewat video atau radio, daripada mereka yang mungkin ada di penjara atau di dalam pedalaman yang tidak memiliki akses listrik atau sinyal untuk mendengarkan sabda Allah?

Situasi serupa juga pernah terjadi dalam sejarah Gereja Katolik kita. Sebutlah pada masa iman kristiani dikejar-kejar. Umat merayakan Ekaristi dalam diam di bawah tanah, di katekombe, di rumah-rumah pada tengah malam. Mereka merayakan Ekaristi tanpa bisa menerima Tubuh Kristus yang mungkin kala itu tidak mudah didapat. Tetapi iman mereka tetap tumbuh, bahkan makin kuat. Hal tersebut terjadi karena keyakinan iman mereka akan Kristus Yesus lewat sabda yang mereka dengarkan. Isitlah kerennya dalam bahasa latin adalah fides ex auditu, iman lahir dari pendengaran.

Jadi, teman-teman, lewat tulisan ini saya ingin mengajak Anda sekalian untuk membenahi cara berpikir kita, cara pandang kita tentang Ekaristi. Tolong jangan dibuat guyon.

Bersyukurlah teman-teman yang masih bisa merayakan Ekaristi di paroki teman-teman. Dan saya secara pribadi memohon agar teman-teman berkenan untuk menyematkan kami yang sedang dalam masa sulit ini, orang-orang yang meninggal karena coronavirus, orang-orang sakit, para tenaga medis, dan juga pemerintah dalam doa-doa kalian semua.

Bagi teman-teman yang juga sedang mengalami situasi serupa dengan kami di Italia, tetap semangat! Sempatkan waktu kalian untuk mendengarkan sabda lewat platform-platform yang ada atau juga kalian dapat mengakses bacaan harian lewat internet. Semoga dalam situasi seperti ini, yang kebetulan juga dalam masa Prapaskah, kita bisa semakin meningkatkan solidaritas kita dengan situasi dunia, mendekatkan diri kita dengan Tuhan lewat doa-doa dan rasa syukur kita.

Di samping itu, saya juga ingin mengajak teman-teman untuk mematuhi apa yang disampaikan pemerintah. Bukan berarti saya adalah orang yang sangat pro dengan pemerintah, dalam konteks ini pemerintah Indonesia. Tetapi, kita sebagai warga negara yang baik tentu harus menaruh kepercayaan kepada pemerintah yang juga berjuang untuk melindungi kita. Ajakan untuk tinggal di rumah sebenarnya adalah ajakan secara universal. Jadi, kalau pemerintah sudah meminta teman-teman untuk tinggal di rumah, taatilah! Hal tersebut demi aman dan kenyamanan bersama. Keluarlah dari rumah jika ada perlu saja, misalnya belanja untuk kebutuhan.

Bahkan, misa atau berdoa juga dapat dilakukan di dalam rumah, entah secara pribadi maupun bersama dengan keluarga. Toh, iman kita tidak akan terkikis oleh karenanya. Dalam episode di taman Getsemani, Yesus meminta para murid-Nya untuk berjaga, berdoa bersama-Nya. Dalam nyanyian Taize, kita sering mendendangkan lagu “Tinggallah bersama Aku, di dalam doa, di dalam doa...”.

Nah, mungkin sekarang saatnya untuk tinggal di rumah bersama keluarga untuk bersatu; berdoa dan saling mendoakan, menjaga dan saling menjaga, bersatu dan semakin menyatukan. Pun dalam misa, di ritus penutup imam atau diakon akan berkata “Pergilah! Kita semua diutus!” Nah, saatnya kita melaksanakan perutusan kita, yaitu mematuhi aturan pemerintah, melindungi diri dan keluarga dengan stay at home, dan memupuk iman kristiani kita bersama keluarga dengan berdoa, mendengarkan sabda.

Sedikit tambahan sharing. Kami di Italia tidak boleh keluar rumah kalau bukan untuk keperluan belanja dan bekerja. Beberapa dari kami masih bekerja di sektor-sektor tertentu, misalnya di bidang radio dan televisi. Keluar rumah pun kami harus membawa surat izin dari “kabupaten” yang memang melegalkan kita untuk keluar rumah dengan alasan khusus.

Sampai saat ini, salah satu fasilitas publik yang dibuka adalah supermarket. Kami harus mengantri dengan jarak setiap klien adalah tiga meter dan klien yang bisa masuk di dalam supermarket dibatasi hanya 6 orang dan hanya selama 20 menit. Jika kami melanggar, yaitu keluar dengan tidak membawa surat misalnya, kami akan dikenakan denda (minimal 200 Euro atau sejumlah Rp 3.200.000,00) atau dipenjara dengan tuduhan membahayakan nyawa orang lain.

Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan saya ini. Mari saling mendoakan dan semoga kita semua diberkati Tuhan. Jangan lupa sering-sering cuci tangan, kumur-kumur, dan mandi pakai sabun! Semoga kerinduan kita untuk berkumpul, bertatap wajah satu sama lain akan dipenuhi pada waktunya. Amin.

Hari Raya Santo Yosef,
Roma, 19 Maret 2020

Petrik Yoga retreat

Wabah by Anthony De Mello

*Wabah*

_Wabah sedang menuju ke Damaskus, dan melewati seorang kafilah di padang gurun._

_"Mau kemana kau wabah?" tanya kafilah._

_"Mau ke Damaskus, mau merenggut 1000 nyawa"_.

_Sekembalinya dari Damaskus, si wabah bertemu lagi dengan kafilah itu, dan kafilah protes, "Hai wabah, kau merenggut 50.000 nyawa, bukan 1000 seperti katamu"_

_"Tidak", kata wabah, "Aku benar-benar mengambil 1000 nyawa, sisanya mati karena ketakutan"_

(Anthony De Mello, Doa Sang Katak 2)

Apa Yang Kau Buat Ukuran Akan Dipakai Utk Mengukur Engkau

_Sharing Refleksi Pribadi_


Pada bacaan Kalender Liturgi hari ini saya diinspirasi oleh Injil Yesus Kristus menurut Lukas 6:36-38, khususnya ayat 38b.

_*"Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."*_

Sekilas saya membayangkan kalimat ayat tersebut berkaitan dengan ukur mengukur pada ukuran baju dan celana. Sekilas saya terbayang saat mengukur celana panjang saya untuk dipermak ulang oleh seorang penjahit.

Penjahit tersebut mengukur dengan pas permak celana panjang saya. Saya pun mendapatkan pengukuran yang sesuai dengan tubuh saya.

Ilustrasi ukur-mengukur pakaian itu hanya sekilas terlintas dibenak saya berkaitan ayat di atas. Tapi ilustrasi itu bukanlah gambaran utama maksud dari ayat 38b tersebut.

Saya kemudian merefleksikan lebih mendalam maksud perkataan Yesus kepada murid-muridnya dalam Lukas 6:36-38. Saya meyakini bahwa murid yang dimaksudkan dalam bacaan injil itu termasuk untuk saya juga.

Tuhan menghendaki agar saya tidak menghakimi, supaya saya pun tidak dihakimi. Demikian juga agar saya tidak menghukum, maka saya pun tidak akan dihukum.

Demikian pula Tuhan menghendaki agar saya memberikan pengampunan, maka saya akan diampuni. Dan ketika saya memberi, maka saya akan diberi juga.

Namun demikian, yang terpenting adalah Tuhan menghendaki agar saya senantiasa bersikap murah hati; tidak pelit; penyayang; pengasih; baik hati; suka menolong dan memberi, sebagaimana Bapa adalah murah hati.

Dalam refleksi kali ini, saya teringat pada suatu peristiwa ketika pernah beberapa kali membantu mendorongkan motor pengendara yang mati mesin kendaraannya di jalan raya. Saya yang melihat dari kejauhan, tergerak membantu pengendara yang sedang menuntun motornya di pinggir jalan.

Saya lantas menanyakan terlebih dulu dan menawarkan bantuan, "Pak, kenapa motornya? Apakah mau dibantu didorongkan?"

Biasanya yang saya temui di jalan, mereka yang motornya kehabisan bensin. Atau mati mesin karena suatu penyebab yang tidak diketahui.

Kalau orang tersebut memberi tanda setuju mau dibantu, maka saya pun akan mendorong motor itu sambil beriringan di jalan raya. Cara mendorongnya ala anak motor, yaitu dengan memijakkan kaki kiri saya pada ujung knalpotnya, kemudian melaju hingga menuju bengkel atau SPBU terdekat.

Setelah sampai di bengkel atau pengisian bahan bakar, saya biasanya langsung pergi melanjutkan perjalanan. Saya biasanya diberikan ucapan terima kasih secara lisan, tanpa embel-embel tanda terima kasih lainnya.

Perasaan saya begitu bersyukur bercampur sukacita karena dapat menolong orang lain di jalan raya. Pengalaman sederhana itu saya lakukan tulus tanpa pamrih.

Mati mesin atau kehabisan bensin saat berkendaraan di jalan raya merupakan suatu peristiwa yang mungkin menjengkelkan bagi sebagian pengendara motor. Saya sendiri pernah mengalami kehabisan bensin motor di jalan raya.

Saya beberapa kali juga mengalami mati mesin motor, penyebabnya antara lain karena busi motor bermasalah. Kadang juga karena lupa mengisi bahan bakar motor karena sebelumnya sudah merasa yakin jarum bensin masih aman berada pada garis merah terakhir.

Pada suatu petistiwa, saya agak _ngedumel_ dalam hati saat mengalami mati mesin motor saya. Saya menyalahkan diri saya sendiri karena salah perhitungan dan tidak memperhatikan takaran tangki bensin motor saya.

Sore itu saya sedang buru-buru pergi ke gereja dekat terminal Kota Bekasi. Motor saya tiba-tiba mogok di jalan raya. Saya pun agak kesal karena gagal menyalakan kembali motor saya.

Saya kemudian menuntun motor saya ke arah penjual bensin terdekat. Ketika sedang menuntun motor saya, saya kaget tiba-tiba dibantu oleh pengendara motor lainnya yang searah jalan. Padahal saya tidak meminta untuk dibantuin atau pun mencari orang untuk membantu saya.

Saya menyadari jarak stasiun pengisian bahan bakar umum terdekat jaraknya kurang lebih 1.000 - 1.500 meteran. Lumayan juga lelahnya menuntun motor bebek yang beratnya puluhan kilogram.

Orang yang tiba-tiba muncul dari arah belakang saya itu mengatakan akan membantu mendorongkan motor saya. Dia lalu menumpukan kakinya pada sisi knalpot kanan saya. Pijakan kaki kirinya dari arah belakang mendorong motor saya ke arah depan.

Saat itu dalam hati kecil saya merasa senang sekali mendapatkan bantuan. Waktu itu saya merefleksikan, bahwa Tuhan datang membantu saya melalui orang itu. Atau dalam kalimat lainnya, saya meyakini Tuhan mengutus orang itu untuk menolong saya.

Saya pun dibantu hingga mendapatkan lokasi pengisian bahan bakar terdekat. Saya sempat mengucapkan terima kasih karena telah ditolong oleh orang tersebut, namun orang itu langsung pergi begitu saja tanpa saya berikan salam atau tanda terima kasih.

Saya bersyukur mendapat pengalaman saat menolong orang lain. Saya juga bersyukur mendapat pengalaman penting ketika ditolong orang lain. Dalam kedua pengalaman itulah yang saya pahami lebih mendalam terkait *"mengukur dan diukurkan"* pada bacaan injil hari ini.

Bacaan injil hari ini juga meneguhkan saya bahwa, *pertama,* Tuhan menghendaki agar saya berbuat baik, benar, dan tulus sekecil apapun kepada sesama, maka tindakan itu akan mendapatkan balasan setimpal dari Tuhan maupun orang lain.

*Kedua,* Yesus menghendaki pada saya untuk memberikan pengampunan kepada sesama maka saya pun akan diampuni. Tuhan juga menghendaki agar saya tidak menghukum atau menghakimi orang lain, maka saya pun tidak dihukum atau dihakimi oleh orang lain.

*Ketiga,* Tuhan menghendaki agar saya senantiasa bersikap murah hati, tidak pelit, penyayang, pengasih, baik hati, suka menolong dan memberi, sebagaimana Bapa adalah murah hati.

*"Apakah saya senantiasa murah hati?"*

.

_Terpujilah Engkau, Tuhan Yesus Kristus, Bapa penuh belas kasih dan murah hati. Kami bersyukur karena Engkau sangat murah hati mau mengampuni dosa-dosa kami. Terima kasih Tuhan untuk perintah ajaran-Mu kepada kami untuk bermurah hati dan mengampuni sesama kami._

_Ampuni kami, Tuhan Yesus, karena kami masih suka menghukum dan menghakimi orang lain. Kami sungguh menyesali perbuatan-perbuatan kejahatan kami. Roh Kudus, bimbinglah kami untuk senantiasa berbuat kebaikan dan kebenaran kepada sesama kami. Dalam kasih-Mu, Yesus, kami memuji dan memuliakan Engkau selama-lamanya. Amin._

.

@Harapan Jaya, Bekasi Utara, 09 Maret 2020, Senin Prapaskah II, PF S. Fransiska dari Roma, Biarawati

S.Y. Melki S. Pangaribuan
.

Antara Iman dan Hikmat

*Antara Iman, Hikmat, dan Corona*

Kemarin malam, sambil saya sedang mempersiapkan kotbah untuk Ibadah Pemuda, Putra Sulung saya datang ke sisiku dan bertanya dengan polosnya.

_"Pa, di internet lagi ada yang ngomong tentang virus Corona. Kenapa harus takut? Mengapa seperti nga punya Tuhan? Kalau Tuhan tidak berkehendak kamu kena, maka nga akan kena. Berdoa saja. Pokoknya gitu laaa pa kira-kira..."_ Celoteh Noel

*Di satu sisi*, perkataan ini benar. Perkataan ini menyiratkan iman yang sangat kuat kepada Tuhan. Sungguh ya dan amin, jikalau Tuhan tidak mengizinkan, maka tidak ada yang dapat terjadi dan jikalau Tuhan mengizinkan, siapakah yang dapat mengelak dan menghindar...

*Namun di sisi lain*, saya juga bergumul karena kalimat ini juga dapat *disalahtafsir* oleh Noel yang masih kelas 5 SD, yang dimana bisa membuat dia lengah dan tidak waspada terhadap mewabahnya virus Corona di Indonesia. Sederhananya, kekeliruan memahami kalimat di atas dapat membuat Noel kecil *hilang waspada atas nama Iman yang percaya kepada Tuhan dan asal berdoa saja, pasti nga akan kena..*

Dalam kebingungan itu, saya berdoa dalam hati meminta pertolongan Tuhan agar dapat memberikan penjelasan antara iman, hikmat, dan Corona yang tengah naik daun...

Sejenak kemudian terlintas di pikiran saya  (yang saya yakin datang bukan karena pikiran saya sendiri) tentang ilustrasi menyeberangi jalan, kemudian saya berkata....

_"Nak, kalau Papa mau nyebrang jalan dan papa tahu betul bahwa jalan itu benar-benar ramai sekali. Apakah papa boleh tetap "sembarang" menyeberang sambil berkata dalam hati, kenapa harus takut?? mengapa seperti nga punya Tuhan?? Kalau Tuhan tidak berkehendak papa kena, maka nga akan kena. Berdoa saja...._
_Trus Papa nyebrang aza langsung tanpa mengindahkan peringatan dan aturan yang ada._ Pertanyaannya....
_apakah papa bisa kena tabrak?"_

Kemudian, Noel menjawab, _"Papa bisa kena tabraklahhh"_. Kemudian saya bertanya, _"bukankah papa berdoa dan beriman kepada Tuhan???"_

Kemudian dia berkata, _"beriman sii beriman, tapi itu sama saja dengan mencobai Tuhan dengan tidak hati-hati menyebrangi jalan Pa...."_

Melalui percakapan kecil ini, saya kemudian menyadari bahwa *Iman sangat dibutuhkan adalah ya dan pasti.* Iman yang sejati akan membawa kita berharap dan terus memandang kepada Tuhan di tengah segala keterbatasan dan kelemahan kita.

Namun *Allah pun ingin kita berhikmat karena hikmat yang sejati pun datangnya dari takut akan Allah (Ams. 9:10).*  Hikmat seharusnya selaras dengan iman karena iman pun datangnya dari Allah. *Hikmat dapat menolong kita agar kita bisa beriman tanpa harus mencobai Tuhan,* seperti menyeberang jalan yang ramai hanya dengan berdoa.

Seketika saya teringat bahwa cobaan Tuhan Yesus yang ketiga (versi Luk. 4:9-12), bukankah Iblis menggunakan Firman Tuhan untuk mencobai Tuhan Yesus di atas bubungan bait Allah. Sederhananya, dengan *_gaya bahasa yang lain_*, Iblis seolah-olah berkata, mengapa seperti nga punya Bapa??? Mengapa nga percaya??? Kalau Bapa tidak berkehendak kamu jatuh, maka nga akan jatuh daaa. Uda, berdoa saja dan lompatlah.....
Menariknya Tuhan Yesus tidak kemudian melompat, namun dengan hikmat Ia berkata,  *_"Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"_*

Virus Corona telah memberi warna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Sebagai orang percaya, kita harus beriman bahwa Allah pasti akan menjaga dan memelihara setiap kita sesuai dengan berkat kemurahan-Nya yang tidak pernah keliru. Namun di sisi lain, sebagai orang percaya, kita juga harus berhikmat agar jangan sampai menjadi orang yang tampak beriman namun sesungguhnya sedang mencobai Tuhan....

Mundur sejenak dengan mengurangi kegiatan di luar untuk sementara waktu hendaknya jangan dipandang sebagai tindakan yang kurang iman, justru sebaliknya, ini adalah tindakan berhikmat dari orang-orang beriman yang terus menantikan pertolongan Tuhan di dalam waktu-Nya.
Sebaliknya, jangan ceroboh, sehingga kita terlihat seperti orang "beriman" yang kemudian ternyata sedang mencobai Tuhan padahal peringatan sudah diberikan dari berbagai sisi.

Akhir kata,
jangan takut, jangan panik...
Tetap hati-hati dan tetap waspada.
Terus berdoa dan berharap, kiranya Tuhan memampukan setiap kita melalui pergumulan ini dengan iman yang terus memandang kepada-Nya....

*Mazmur 56:3-4* 
*_Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia  terhadap aku?_*

#imandanhikmat
#renunganpribadi
#freetoshare

Untuk refleksi diri Dari Paus Fransislus

CORONAVIRUS SEDANG MENELANJANGI GEREJA YANG KLERIKAL (Paus Fransiskus)

Bencana coronavirus memaksa kita semua untuk merefleksikan kembali agama kita. Tidak hanya secara intelektual, tetapi juga visual, emosional dan antropologis dalam diri kita.

Ini ujian yang berat untuk teologi kita: hidup liturgi dan sakramen, kegerejaan, dan relasi antara Gereja dan Negara.

Hal ini sangat menantang bagi teologi moral kita.

Epidemi dan pandemi cenderung membangunkan naluri bertahan hidup yang brutal dalam diri kita. Mereka juga dapat memancing reaksi dan sikap lain yang bertentangan dengan pesan Injil.

Jika gereja ingin hadir dalam semuanya ini, haruslah dalam cara-cara yang berbeda dari posisi standar normalnya – perayaan Misa.

Pandemi sekarang ini adalah ujian kemampuan institusi Gereja, termasuk kepausan dan Vatikan – untuk hadir, yang hampir tak kelihatan, tanpa mengandalkan aparatus Gereja yang kelihatan.

-----------------------
Coronavirus is unmasking the clericalist Church- Pope Francis

The coronavirus emergency is forcing all of us to re-conceptualize our religion. Not just intellectually, but also visually, emotionally and anthropologically in all of us.
This is a formidable test for our theology: liturgy and sacramental life, ecclesiology, and the relations between Church and State.

It is particularly challenging to our moral theology.

Epidemics and pandemic tend to awake brutal survival instincts in all of us. They can also provoke other reactions and behavior that contradict the message of the Gospel.

If the Church is to be a presence in all of this, it must be so in ways that are different from its normal default position – the celebration of Mass.

The current pandemic is testing the capability of the institutional Church – including the papacy and the Vatican – to be present, almost invisibly, without being able to rely on the apparatus of the visible Church.

Source: LA Croix, International, The World’s Premier Independent Catholic Daily (18th March, 2020)

Thursday, March 19, 2020

Mungkinkah Tuhan Mulai Bosan

Akibat wabah virus Covid-19 sebenarnya menunjukkan angka kematian yg sangat kecil sekali, bila dibandingkan dgn 50 orang mati/hari karena narkoba,dan lebih dari 100 orang mati/hari kecelakaan lalulintas menurut dara statistik di Indonesia.
[https://stand-under.blogspot.com/2020/03/mungkinkah-tuhan-mulai-bosan.html]

Namun efek berita Covid-19 jauh lebih menegangkan dunia.Saya kira semua ini ada hubungannya dgn rasa takut manusia menghadapi lawan yg tidak kelihatan (virus).

Mari kita sebentar bercermin ke zaman Musa.Firaun tidak akan membebaskan orang Israel dengan cara pembrontakan orang Israel.

Firaun dikalahkan oleh "wabah" yg tidak kelihatan dari Tuhan,anak sulung mati,wabah ini dan itu,hampir semua penyebabnya tak kelihatan....

Nah, hal itu membuat penguasa dunia zaman dulu tunduk kepada kuasa Tuhan,dan membebaskan orang Israel.

Demikian sekarang penguasa dunia tunduk kepada kuasa Tuhan via kejadian tdk kelihatan virus Covid-19 yg mematikan. Semoga manusia semakin sadar diri tidak melupakan Tuhan dengan seluruh penemuan canggih gadget-nya.

Coba tanyakan dirimu sendiri,bukankah zaman now engkau lebih banyak berinteraksi dgn gadgetmu dari pada dgnTuhan-mu ?Apakah Tuhan sudah mulai bosan...melihat tingkah kita ? Sehingga Dia musti turun tangaan menyakinkan manusia akan kuasaNya ? (jmg)
[https://stand-under.blogspot.com/2020/03/mungkinkah-tuhan-mulai-bosan.html]

Tuesday, March 17, 2020

Kebijaksanaan Ignatian untuk Covid 19


*_Kebijaksanaan Ignatian untuk Covid 19_*

_Sehubungan dengan virus Covid 19 yang terus menimbulkan kekacauan di seluruh dunia, Jesuit dan pengarang dari Belgia, Nikolaas Sintobin, SJ. merefleksikan kebijaksanaan apa yang mungkin mau dibagikan oleh St. Ignatius kepada kita sehubungan dengan reaksi kita terhadap wabah pandemic ini._

_Bacalah surat di bawah ini, yang Nikolaas pikir akan ditulis oleh Pendiri Ordo Jesuit dari Surga, yang berisi nasihat yang membumi._

_Surga_
_1 Maret 2020, waktu dunia_.
_Yang terkasih umat manusia di dunia,_

_Saya melihat bahwa engkau mengalami kesulitan untuk menemukan sikap yang tepat dalam menghadapi virus korona. Hal itu bukanlah suatu hal yang aneh. Selama beberapa dekade belakangan ini, para ilmuwan telah membuat begitu banyak kemajuan yang membuat engkau percaya bahwa setiap masalah akan dapat segera dipecahkan dalam waktu singkat. Sekarang ini menjadi jelas bahwa hal tersebut hanyalah ilusi, banyak di antara kamu yang sekarang menjadi bingung._
_Saya sendiri berjuang dengan penyakit kronis yang saya alami lebih dari 30 tahun. Sebagai pemimpin ordo Jesuit yang berkembang begitu cepat pada masa awal itu, setiap hari saya dihadapkan pada berbagai masalah baik yang biasa maupun yang pelik selama 15 tahun. Saya ingin memberimu 4 tip untuk melewati masa masa sulit ini berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi saya._

_1. Pada masa virus korona ini, patuhilah para dokter, ilmuwan dan otoritas yang kompeten seperti layaknya patuh kepada Tuhan sendiri. Bahkan bila engkau tidak setuju dengan pendapat mereka atau tidak begitu memahaminya, cobalah bersikap rendah hati untuk menerima pendapat mereka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Itu akan memberimu kesadaran yang jernih dan membantumu untuk memberikan andilmu dalam mengatasi krisis ini._

_2. Hati hati dengan rasa takutmu. Ketakutan tidak pernah datang dari Tuhan dan tidak akan pernah menuntun kita kepada Tuhan. Ketakutan seringkali menawarkan berbagai alasan yang masuk akal untuk membuatmu merasa takut/makin takut. Kebanyakan alasan-alasan tersebut benar. Tapi engkau tidak perlu merasa takut. Pada saat ini juga Tuhan menjagamu. Saya mengetahui ini dari sumber ilahi yang dapat dipercaya. Pengalaman menunjukkan bahwa Allah kita dapat menulis dengan rapi di atas garis garis bengkok kita manusia. Beranilah untuk percaya kepadaNya._

_3. Pada masa krisis engkau bukannya mengalami kemalangan semata, tetapi justru banyak rahmat yang bisa engkau dapatkan melalui doa. Hadiahkan rahmat-rahmat tersebut pada dirimu untuk menikmatinya dalam kasihNya._

_4. Terakhir, jangan lupa untuk menjalani hidupmu dan menikmatinya dalam situasi ini. Apapun yang terjadi, setiap detik yang diberikan kepadamu adalah hadiah yang unik dan berharga. Tidak ada dari hal ini yang dapat diubah oleh virus korona._

_Bersamamu dalam doa,_
_+Ignatius_

(Diterjemahkan oleh Djoto Halim, SBS 1) to

Antara Iman, Hikmat, dan Corona


Kemarin malam, sambil saya sedang mempersiapkan kotbah untuk Ibadah Pemuda, Putra Sulung saya datang ke sisiku dan bertanya dengan polosnya.
[https://stand-under.blogspot.com/2020/03/antara-iman-hikmat-dan-corona.html]

"Pa, di internet lagi ada yang ngomong tentang virus Corona. Kenapa harus takut? Mengapa seperti nga punya Tuhan? Kalau Tuhan tidak berkehendak kamu kena, maka nga akan kena. Berdoa saja. Pokoknya gitu laaa pa kira-kira..." Celoteh Noel

Di satu sisi, perkataan ini benar. Perkataan ini menyiratkan iman yang sangat kuat kepada Tuhan. Sungguh ya dan amin, jikalau Tuhan tidak mengizinkan, maka tidak ada yang dapat terjadi dan jikalau Tuhan mengizinkan, siapakah yang dapat mengelak dan menghindar...

Namun di sisi lain, saya juga bergumul karena kalimat ini juga dapat disalahtafsir oleh Noel yang masih kelas 5 SD, yang dimana bisa membuat dia lengah dan tidak waspada terhadap mewabahnya virus Corona di Indonesia. Sederhananya, kekeliruan memahami kalimat di atas dapat membuat Noel kecil hilang waspada atas nama Iman yang percaya kepada Tuhan dan asal berdoa saja, pasti nga akan kena..

Dalam kebingungan itu, saya berdoa dalam hati meminta pertolongan Tuhan agar dapat memberikan penjelasan antara iman, hikmat, dan Corona yang tengah naik daun...

Sejenak kemudian terlintas di pikiran saya  (yang saya yakin datang bukan karena pikiran saya sendiri) tentang ilustrasi menyeberangi jalan, kemudian saya berkata....

"Nak, kalau Papa mau nyebrang jalan dan papa tahu betul bahwa jalan itu benar-benar ramai sekali. Apakah papa boleh tetap "sembarang" menyeberang sambil berkata dalam hati, kenapa harus takut?? mengapa seperti nga punya Tuhan?? Kalau Tuhan tidak berkehendak papa kena, maka nga akan kena. Berdoa saja....
Trus Papa nyebrang aza langsung tanpa mengindahkan peringatan dan aturan yang ada. Pertanyaannya....
apakah papa bisa kena tabrak?"

Kemudian, Noel menjawab, "Papa bisa kena tabraklahhh". Kemudian saya bertanya, "bukankah papa berdoa dan beriman kepada Tuhan???"

Kemudian dia berkata, "beriman sii beriman, tapi itu sama saja dengan mencobai Tuhan dengan tidak hati-hati menyebrangi jalan Pa...."

Melalui percakapan kecil ini, saya kemudian menyadari bahwa Iman sangat dibutuhkan adalah ya dan pasti. Iman yang sejati akan membawa kita berharap dan terus memandang kepada Tuhan di tengah segala keterbatasan dan kelemahan kita.

Namun Allah pun ingin kita berhikmat karena hikmat yang sejati pun datangnya dari takut akan Allah (Ams. 9:10).  Hikmat seharusnya selaras dengan iman karena iman pun datangnya dari Allah. Hikmat dapat menolong kita agar kita bisa beriman tanpa harus mencobai Tuhan, seperti menyeberang jalan yang ramai hanya dengan berdoa.

Seketika saya teringat bahwa cobaan Tuhan Yesus yang ketiga (versi Luk. 4:9-12), bukankah Iblis menggunakan Firman Tuhan untuk mencobai Tuhan Yesus di atas bubungan bait Allah. Sederhananya, dengan gaya bahasa yang lain, Iblis seolah-olah berkata, mengapa seperti nga punya Bapa??? Mengapa nga percaya??? Kalau Bapa tidak berkehendak kamu jatuh, maka nga akan jatuh daaa. Uda, berdoa saja dan lompatlah.....
Menariknya Tuhan Yesus tidak kemudian melompat, namun dengan hikmat Ia berkata,  "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Virus Corona telah memberi warna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Sebagai orang percaya, kita harus beriman bahwa Allah pasti akan menjaga dan memelihara setiap kita sesuai dengan berkat kemurahan-Nya yang tidak pernah keliru. Namun di sisi lain, sebagai orang percaya, kita juga harus berhikmat agar jangan sampai menjadi orang yang tampak beriman namun sesungguhnya sedang mencobai Tuhan....

Mundur sejenak dengan mengurangi kegiatan di luar untuk sementara waktu hendaknya jangan dipandang sebagai tindakan yang kurang iman, justru sebaliknya, ini adalah tindakan berhikmat dari orang-orang beriman yang terus menantikan pertolongan Tuhan di dalam waktu-Nya.
Sebaliknya, jangan ceroboh, sehingga kita terlihat seperti orang "beriman" yang kemudian ternyata sedang mencobai Tuhan padahal peringatan sudah diberikan dari berbagai sisi.

Akhir kata,
jangan takut, jangan panik...
Tetap hati-hati dan tetap waspada.
Terus berdoa dan berharap, kiranya Tuhan memampukan setiap kita melalui pergumulan ini dengan iman yang terus memandang kepada-Nya....

Mazmur 56:3-4
Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia  terhadap aku?
[https://stand-under.blogspot.com/2020/03/antara-iman-hikmat-dan-corona.html]

#imandanhikmat
#renunganpribadi
#freetoshare

Thursday, March 12, 2020

Pencerahan Dari Christian Prince Masalah Agama-Agama Kristiani Di Dunia, Perlu Didengarkan.



Pencerahan Dari Christian Prince Masalah Agama-Agama Kristiani Di Dunia, Perlu Didengarkan.
[https://cp135.blogspot.com/2020/03/pencerahan-dari-christian-prince.html]

Tuesday, March 3, 2020

Jangan Marah-Marah, Stop Mengumpat Anak Anda Dengan Kata2 Jahat,Kurang Ajar,Bodoh dll.



Jangan Marah-Marah, Stop Mengumpat Anak Anda Dengan Kata2 Jahat,Kurang Ajar,Bodoh dll.
[https://stand-under.blogspot.com/2020/03/jangan-marah-marah-stop-mengumpat-anak.html]


[

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)