Latest News

Showing posts with label Natal. Show all posts
Showing posts with label Natal. Show all posts

Saturday, January 4, 2014

Epifania: Hari Raya Penampakan Tuhan


Epifania� atau �Teofania� (kata Yunani) berarti pernyataan diri dengan penuh keagungan, kekuatan dan kewibawaan pribadi. Biasanya dikenakan kepada seorang raja atau kaisar atau penguasa besar yang datang. Kata yang sama pula dipakai untuk penampakan keilahian atau karya-karya Allah yang menakjubkan. Dalam Gereja Timur pemakaian ungkapan �Epifania� hanya untuk misteri Natal, yaitu penampakan keilahian Tuhan Allah dalam rupa daging manusia.

Awal Mula Perayaan Epifania

Sudah sejak abad kedua Epifania dirayakan pada tanggal 6 Januari, yang digandeng dengan kenangan pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. Terdapat tulisan dari abad keempat yang mencatat kekhususan perayaan ini sebagai perayaan Kedatangan Tuhn, yakni kelahiran-Nya sebagai manusia dalam inkarnasi yang utuh sempurna.

Di Antiokhia dan Mesir, pada masa hidup Santo Yohanes Krisostomus, pesta ini dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus dan sekaligus hari pembaptisan-Nya. Ketika pesta ini menyebar ke Barat, Gereja Barat menerjemahkan pesta ini sebagai perayaan pewahyuan diri Yesus kepada dunia kafir dengan prototipenya yakni tiga sarjana dari Timur yang datang menuju Bethlehem untuk menyembah kanak-kanak Yesus Penebus yang baru lahir. Episode ini digabungkan sekaligus dengan Peringatan Pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.

Alasan penempatan tanggal perayaan Epifania di Gereja Timur adalah sama seperti Natal dalam Gereja Barat, yaitu titik balik peredaran Matahari. Orang kafir di Mesir saat itu merayakannya 13 hari sesudah 25 Desember, sebab biasanya pada tanggal itu matahari di wilayah sana terlihat lebih benderang. Sehingga 6 Januari bagi umat Kristiani dirayakan sebagai Kelahiran Kristus, Sang Matahari Sejati.

Kebijakan Konsili Vatikan II

Sambil merayakan Epifania yang berasal dari Gereja Timur, Gereja Barat lebih menitik-beratkan peristiwa kedatangan Tiga Sarjana dari Timur sebagai wakil-wakil segala bangsa dan bahasa dari seluruh muka bumi. Konsekwensinya ialah bahwa Epifania berarti penampakan Tuhan Yesus di antara segala bangsa. Penekanannya jelas berbeda, apalagi karena didukng oleh dua perayaan yang mewarnai Epifania, yaitu pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.

Pembaruan Liturgi secara jelas dan indah mengungkapkan sintese perayaan itu dalam prefasinya:
Sebab hari ini, dalam diri Kristus, Engkau menyingkapkan misteri penyelamatan kami, menjadi Terang bagi bangsa-bangsa; dan sewaktu Dia tampak dalam kodrat kami yang fana, Engkau memulihkan kami ke dalam kemuliaan-Nya yang baka.
Keseluruhan rumusan doa baik untuk Ekaristi maupun Ibadat Harian memperlihatkan corak universal keselamatan. Beberapa unsur penting yang terkandung dalam hari raya ini ialah:
  • Kristus, Sang Mempelai, bersatu dengan Gereja-Nya untuk memurnikan dan menguduskan dunia;
  • Gereja missioner adalah tanda kesatuan bagi segala bangsa yang tercerai berai;
  • Gereja menjadi sumber kebahagian sejai bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari "Memaknai Perayaan Liturgi" halaman 89-90. 

Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan dihadirat-Nya aku berdiri)

Thursday, December 26, 2013

PESAN PAUS FRANSISKUS BAGI KOTA DAN DUNIA (URBI ET ORBI) 25 DESEMBER 2013

Paus Fransiskus mencium bayi Yesus
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14)

Saudara dan saudari terkasih di Roma dan di seluruh dunia, selamat Natal!

Saya mengutip kidung para malaikat yang muncul saat para gembala berada di Betlehem pada malam ketika Yesus lahir. Ini adalah sebuah kidung yang mempersatukan langit dan bumi, memberikan pujian dan kemuliaan bagi Surga, dan janji perdamaian di bumi dan kepada setiap orang.


Saya meminta setiap orang untuk membagikan kidung ini: ini merupakan sebuah kidung bagi setiap pria atau wanita yang terus berjaga sepanjang malam, yang mengharapkan sebuah dunia yang lebih baik, yang peduli pada orang lain seraya dengan rendah hati berusaha melakukan tugasnya.

Kemuliaan bagi Allah!

Di atas segalanya, ini adalah apa yang diminta Natal pada kita untuk dilakukan: memuliakan Allah, karena Ia baik, Ia setia, Ia berbelas kasih. Hari ini saya menyuarakan harapan saya agar setiap orang akan datang untuk mengenal wajah Allah yang sebenarnya, Bapa yang telah memberikan Yesus kepada kita. Harapan saya yaitu setiap orang akan merasakan kedekatan Allah, hidup di hadapan-Nya, mengasihi-Nya dan menyembah-Nya.

Semoga kita masing-masing memberikan kemuliaan kepada Allah terutama dengan kehidupan kita, dengan hidup kita yang dipersembahkan untuk mengasihi Dia dan setiap saudara-saudari kita.

Damai sejahtera bagi umat manusia 

Damai sejahtera yang sejati � kita tahu ini dengan baik - bukanlah sebuah keseimbangan antara kekuatan yang saling berlawanan. Itu juga bukanlah sebuah �facade (tampak luar)� yang indah namun menyembunyikan konflik dan perpecahan. Damai sejahtera memanggil kepada komitmen sehari-hari, yang dimulai dari karunia Allah, dari kasih karunia yang telah Ia berikan kepada kita dalam Yesus Kristus.

Memandang Sang Bayi dalam palungan, Bayi Perdamaian, pikiran kita beralih kepada anak-anak yang menjadi korban peperangan yang paling rentan, tetapi kita juga memikirkan orang-orang tua, perempuan-perempuan yang babak belur, orang-orang sakit ... Peperangan menghancurkan dan menyakiti begitu banyak nyawa!

Terlalu banyak nyawa telah hancur dalam waktu belakangan ini oleh konflik di Suriah, yang memicu kebencian dan balas dendam. Mari kita terus meminta kepada Tuhan untuk menghindarkan orang-orang Suriah terkasih dari penderitaan lebih lanjut, dan memungkinkan pihak-pihak dalam konflik untuk mengakhiri semua kekerasan dan menjamin akses bagi bantuan kemanusiaan. Kita telah melihat betapa kuatnya doa! Dan saya bahagia hari ini juga, bahwa para pengikut penganut agama yang berbeda bergabung bersama kita dalam doa kita untuk perdamaian di Suriah. Mari kita untuk tidak pernah kehilangan keberanian doa! Keberanian untuk berkata : Tuhan, berikan perdamaian-Mu bagi Suriah dan bagi seluruh dunia.

Berikanlah kedamaian, oh Bayi terkasih, kepada Republik Afrika Tengah yang sering dilupakan dan diabaikan. Namun Engkau, Tuhan, tidak melupakan seorang pun! Dan Engkau juga ingin membawa perdamaian bagi tanah itu, yang telah diobrak-abrik oleh sebuah pilinan kekerasan dan kemiskinan, dimana begitu banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan air, makanan dan kebutuhan dasar hidup. Kembangkanlah keselarasan sosial di Sudan Selatan, di mana ketegangan saat ini telah menyebabkan banyak korban dan mengancam hidup berdampingan secara damai dalam negara muda itu.

Pangeran Damai, hindarkanlah setiap tempat dari hati kekerasan dan ilhami mereka untuk meletakkan senjata dan melakukan jalur berdialog. Pandanglah Nigeria, yang dikoyak-koyak oleh serangan terus menerus yang tidak mengelakan yang tidak bersalah dan tak berdaya. Berkati tanah di mana Engkau memilih datang ke dunia, dan berikanlah hasil yang menguntungkan bagi perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sembuhkan luka-luka negeri Irak terkasih, yang sekali lagi dilanda dengan seringnya tindak kekerasan.

Allah kehidupan, lindungi semua orang yang dianiaya karena nama-Mu. Berikan harapan dan penghiburan bagi yang terlantar dan para pengungsi, terutama di Semenanjung Afrika dan di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Semoga para migran tersebut dalam pencarian sebuah kehidupan yang bermartabat dapat menemukan penerimaan dan bantuan. Semoga tragedi-tragedi seperti yang telah kami saksikan pada tahun ini, dengan begitu banyak kematian di Lampedusa, tidak pernah terjadi lagi!

Bayi Betlehem, jamahlah hati semua orang yang terlibat dalam perdagangan manusia, supaya mereka boleh menyadari beratnya kejahatan terhadap umat manusia. Pandanglah banyak anak yang diculik, terluka dan dibunuh dalam konflik bersenjata, dan semua orang yang dirampok pada masa kecil mereka dan dipaksa menjadi tentara.

Tuhan langit dan bumi, pandanglah planet kami, yang sering dieksploitasi oleh keserakahan dan kerakusan manusia. Tolong dan lindungi semua korban bencana alam, terutama orang-orang Filipina terkasih, yang sungguh-sungguh terkena dampak topan baru-baru ini.

Salam Natal setelah berkat Urbi et Orbi
Kepada anda sekalian, saudara dan saudari terkasih, yang telah berkumpul dari seluruh belahan dunia di lapangan ini, dan kepada anda yang berasal dari negara-negara yang berbeda yang telah bergabung dengan kita melalui media komunikasi. Saya mempersembahkan yang terbaik dan tulus ucapan selamat Natal.

Pada hari diterangi dengan harapan Injil yang bersemi dari kandang Bethlehem yang sederhana. Saya mendoakan hadiah sukacita dan damai Natal bagi setiap orang; kepada anak-anak dan orang-orang tua; kepada anak muda-mudi dan keluarga-keluarga kepada kaum miskin dan terpinggirkan. Semoga Yesus, yang lahir untuk kita, menghibur mereka yang sakit dan menderita. Semoga Ia menolong mereka yang memberikan hidup mereka kepada saudara dan saudari kita yang membutuhkan. Selamat Natal untuk semuanya.

Terjemahan tidak resmi oleh Katolisitas Indonesiadari situs resmi Vatikan.

Video liputan berkat Urbi et Orbi oleh Paus Fransiskus 25 Desember 2013:

Wednesday, December 25, 2013

Teks Maklumat Kelahiran Tuhan Yesus Kristus

Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus dalam Martirologi Romawi, dikenal sebagai Kalenda. Hal ini dapat diketahui pada lampiran pertama dari Missale Romanum, edisi ketiga. Pengumuman Hari Raya Kelahiran Tuhan dalam Martirologi Romawi mengacu pada Kitab Suci yang menyatakan secara berurut kelahiran Kristus. Hal ini di mulai dari sejak masa penciptaan dan kelahiran Tuhan sebagai peristiwa utama dan tokoh sejarah yang sakral dan sekuler. Peristiwa tertentu yang terkandung dalam pengumuman ini dapat membantu secara pastoral untuk menempatkan kelahiran Yesus dalam konteks sejarah keselamatan.


Teks Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus ini, dapat kidungkan atau dibacakan, dan paling tepat dinyanyikan atau dikidungkan pada tanggal 24 Desember, selama perayaan Ibadat a . Teks ini juga dapat dikidungkan atau dibacakan pada awal Misa Malam Natal. Teks ini sama sekali tidak menambah bagian dalam Misa. Teks ini dapat ditemukan pada Missale Romanum edisi terbaru.

Klik gambar untuk memperbesar.



Hari ke-25 bulan Desember
ketika masa-masa yang tak terhitung telah berlalu sejak penciptaan dunia;
ketika Allah pada mulanya menciptakan langit dan bumi dan membentuk manusia dalam rupa-Nya;
ketika abad demi abad telah berlalu
sejak Yang Maha Kuasa menaruh busur-Nya di awan setelah Banjir Besar sebagai tanda perjanjian dan perdamaian;
pada abad ke-21 sejak Abraham, bapa kita dalam iman, keluar dari Ur Kasdim;
pada abad ke-13 sejak orang Israel dipimpin oleh Musa dalam Keluaran dari Mesir; sekitar tahun ke-1000 sejak Daud diurapi menjadi Raja;
pada minggu ke-65 dari nubuatan Daniel;
pada masa Olimpiade ke-194;
pada tahun ke-752 sejak pendirian kota Roma;
pada tahun ke-42 pemerintahan Kaisar Oktavianus Augustus seluruh dunia berada dalam damai;

YESUS KRISTUS, Allah yang kekal dan Putera dari Bapa yang kekal,
ingin menguduskan dunia dengan kehadiran-Nya yang penuh kasih, dikandung oleh Roh Kudus,
dan ketika sembilan bulan telah berlalu sejak pengandungan-Nya,
Ia lahir dari Perawan Maria di Betlehem di tanah Yehuda,
dan menjadi manusia:

Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus menurut daging. 

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari Catholic Sacristan

Tuesday, December 24, 2013

Khotbah MGR. W. J. Demarteau pada Perayaan Natal

Kristus telah lahir di sebuah tempat yang tenang dan penuh dengan kedamaian, sehingga Pesta Natal dapat diartikan sebagai pesta damai. Seharusnya kita merasa malu merayakan pesta ini. Pesta damai apa yang kita rayakan? Sesungguhnya kita hidup dalam dunia yang penuh kekerasan, perkosaan hak, peperangan, pembunuhan bahkan pembantaian seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di lapangan terbang Roma.

Saya teringat sebuah gambar dalam sebuah surat kabar edisi Natal yang terbit pada waktu Perang Dunia kedua. Dalam gambar itu nampak beberapa malaikat terbang di atas medan perang Eropa dan Asia. Mata mereka tertutup dengan kain dan mereka tidak berani menyanyikan lagu damai di bumi kepada manusia tercinta.

Apa sebabnya hanya ada sedikit kedamaian di dunia ini?
Apa sebabnya damai yang baru bertunas acap kali dipotong orang?
Apa sebabnya manuia lebih suka menghirup udara peperangan yang kotor daripada menghirup udara damai yang jernih?


Sebabnya:
Kedamaian adalah lebih dari gencatan senjata
Kedamaian bukan sekedar tidak membunuh lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak menjatuhkan bom lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak berperang lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak berkelahi lagi.
Kedamaian bukan sekedar mengulurkan tangan.

Kedamaian adalah suatu cara hidup.

Kedamaian itu bersumber dari hati yang baik dan lahir di dalam hati yang tak terbagi.
Kedamaian berasal dari hati yang bebas dari egoisme dan nafsu hormat serta nafsu milik dalam bentuk apapun.

Damai tidak begitu saja timbul dan menjadi milik kita. Damai adalah hasi dari suatu kehidupan yang murni. Damai adalah hasil dari suatu keterbukaan, kesederhanaan dan kejujuran. Damai yang sejati harus dimulai dari diri kita sendiri.

Seorang bijak mengatakan: �Kita harus membawa damai dengan menjadi damai: to bring peace by being peace.�

Semoga kita mempunyai kemauan yang baik ini, yaitu membawa damai kepada sesama dan kedalam dunia kita dengan menjadi damai.
Banjarmasin. 19 Desember 1973

+ (Alm) MGR. W. J. Demarteau MSF (Uskup Pertama Keuskupan Banjarmasin) +

Tuesday, December 25, 2012

Kisah Pohon Natal



Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Pada tahun 722, paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai �Rasul Jerman�, St. Bonifasius terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal.

Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, �Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!�

Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. �Di sini,� St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, �di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.�

Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, �Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.� Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, �Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.�

Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya. Hunrad kemudian berkata kepada mereka, �Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itu, bangsa-bangsa Slav dan Saxon telah mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak, kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Sebab itu, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?� Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.

Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, �Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.�       

Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.

Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.  

St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, �Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.� St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.

Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, �Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.�  

Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, �Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.� Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, �Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.�

Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!

sumber

Surat Gembala Natal 2012 Keuskupan Banjarmasin



Dibacakan pada waktu Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke IV, di seluruh Gereja/Kapel Katolik Keuskupan Banjarmasin.

�MEMAHAMI, MERAYAKAN DAN MEWUJUDKAN IMAN SECARA BENAR�

Surat Gembala Natal 2012
Mgr Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

Kepada para Imam, Frater, Bruder, Suster, Ibu Bapak, orang muda, remaja, anak-anak, saudara-saudari umat Katolik Keuskupan Banjarmasin di manapun berada, salam sejahtera, kasih dan berkat Tuhan menyertai Anda sekalian. Gereja semesta mengawali Tahun Baru Liturgi Gerejawi (Tahun C) pada Hari Minggu Pertama Adven, tanggal 2 Desember 2012. Pada hari itu Gereja memasuki masa Natal yang akan berlangsung sampai pada tanggal 6 Januari 2013, Hari Raya Penampakan Tuhan yang dulu disebut Hari Raya Tiga Raja. Tanggal 6 Januari 2013 itu ditetapkan pula sebagai Hari Anak Misioner Sedunia, saat seluruh Gereja diingatkan bahwa jati diri Gereja, termasuk di dalamnya anak-anak, adalah bermisi.  Mewartakan Yesus Sang Juru Selamat kepada orang yang belum mengenalNya adalah tugas pokok Gereja. �Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil� (1 Kor 9:16).

Masa Natal tahun ini (termasuk masa persiapannya yaitu empat pekan masa Adven) dirayakan Gereja semesta tidak lama sesudah Bapa Suci Benedictus XVI memaklumkan pada tanggal 11 Oktober 2012 yang lalu dimulainya Tahun Iman yang akan berlangsung terus sampai tanggal 24 November 2013 yang akan datang. Bapa Suci mengajak seluruh umat beriman untuk memahami apa iman itu, menghayatinya dengan mantap dan penuh keyakinan. Iman itu dirayakan dengan sukacita dalam ibadat khususnya Ekaristi. Selanjutnya diamalkan dalam hidup berkeluarga, dalam persekutuan dengan sesama umat dan ditampilkan dengan kesaksian dalam hidup bermasyarakat di tempat di mana Allah mengutus kita, di manapun, kapanpun, dalam keadaan apapun, dan dalam berbagai cara.

Sebelum Tahun Iman dibuka oleh Bapa Suci, umat Keuskupan kita sudah mulai mempersiapkan diri untuk mensyukuri 75 tahun berdirinya Gereja Lokal Keuskupan Banjarmasin (1938-2013). Puncak perayaan akan diselenggarakan tahun depan pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2013, kurang lebih sebulan sebelum penutupan Tahun Iman. Salah satu kegiatan utama untuk merayakan Yubileum 75 tahun Keuskupan itu ialah penyelenggaraan Sinode Diosesan yang pertama sepanjang usia Keuskupan. Sinode adalah sidang akbar seluruh umat (imam, biarawan-biarawati, umat) melalui wakil-wakil mereka untuk membicarakan masalah-masalah Keuskupan dan mencarikan jalan keluarnya (Kitab Hukum Kanonik kanon 460-468). 

Pada sidang-sidang prasinode pada tingkat komunitas, paroki, maupun dekenat, salah satu masalah yang selalu dan hampir di mana-mana ditampilkan ialah lemah dan kurangnya pemahaman umat tentang apa iman itu. Pemahaman yang keliru serta pengetahuan yang minim berakibat pada meleset dan lemahnya perayaan iman. Selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam mengumat maupun dalam memasyarakat peranan iman itu tidak menonjol dan tidak membawa pengaruh. Dengan demikian kehidupan beriman kurang bermakna, baik bagi orang bersangkutan, bagi umat seluruhnya maupun bagi masyarakat.

Selama masa Adven umat kami ajak untuk mendalami tema-tema tentang iman, khususnya tentang ajaran resmi Gereja Katolik. Mari mengisi masa Adven ini dengan menghadiri pertemuan-pertemuan pendalaman iman. Sementara itu secara batin setiap orang mempersiapkan hati untuk menyambut Sang Juru Selamat yang lahir sebagai kanak-kanak Yesus. Bukan pertama-tama dengan persiapan lahiriah yang mengikuti selera pasar yang serba �wah�, melainkan dengan lebih tekun beribadat, menerima sakramen-sakramen dan membaca Kitab Suci.

Dalam Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang diselenggarakan di Jakarta dari tanggal 5-15 November yang lalu, dibahas beberapa hal. Pokok pertama yang diperbincangkan secara mendalam selama 3 hari pertama adalah tanggung jawab Gereja dalam menjaga dan melestarikan seluruh ciptaan (Kej. 2:15). Hasil dari pembahasan itu disajikan kepada masyarakat luas dalam bentuk �Pesan Pastoral Sidang KWI 2012 tentang Ekopastoral�. Kami sangat menganjurkan supaya pesan itu diperbanyak dan diperluaskan kepada sesama umat, teman, rekan kerja dan siapa saja. 

Dalam percakapan resmi atau santai hendaknya isinya dibahas, didalami dan dijadikan pegangan dalam bersikap dan bertindak dalam menghadapi dan memperlakukan alam ciptaan di sekitar kita. Menyayangi lingkungan hidup di sekitar kita, melestarikan keutuhannya untuk kesejahteraan bersama, merupakan ungkapan syukur iman kepada Allah yang menciptakan alam semesta dengan baik sekali (Kej 1:31) melulu karena kasihNya yang tanpa batas kepada manusia.


Hasil lain dari Sidang KWI itu ialah Pesan Natal bersama PGI-KWI 2012 yang berjudul �Allah telah mengasihi kita� (bdk. 1 Yoh 4:19). Pesan itu memang pertama-tama ditujukan kepada umat kristiani. Tetapi sesungguhnya menyentuh keberadaan kita sebagai manusia, siapapun dia, karena inti perayaan Natal ialah Allah Sang Mahakasih telah rela meninggalkan KeallahanNya untuk tinggal sebagai manusia di antara manusia berdosa. Dan dengan demikian peristiwa Natal mengajarkan kepada kita bahwa kasih itu diungkapkan dalam berbagi dan memberi. Allah mengasihi manusia, siapapun, dengan berbagi dan memberikan hidupNya kepada manusia. Maka bukti nyata tak terbantahkan iman akan Allah Sang Kasih abadi dan sempurna ialah kerelaan untuk berbagi dengan sesama serta memberikan dengan rela dan iklas.

Oleh karena itu memasuki masa Natal, dalam rangka mengisi Tahun Iman seraya mempersiapkan Sinode Keuskupan bulan Juli 2013 yang akan datang dan menyongsong Perayaan Yubileum 75 tahun Keuskupan Banjarmasin, kami mengajak umat untuk:

1.Memperjuangkan dan mewujudkan secara lebih sungguh kasih persaudaraan dalam hidup sehari-hari. Itulah kesaksian iman kita yang paling kasat mata dan berdaya pengaruh yang dasyat. �Semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi � (Yoh 13:35).

2.Berupaya dengan sekuat tenaga untuk saling memberikan waktu dan perhatian sebagai tanda kasih kepada sesama dalam lingkup keluarga, komunitas, paroki bahkan dalam kehidupan memasyarakat dengan tetangga, rekan sekerja dan siapa saja.

3.Mewujudkan dan menggalakkan gerakan mencintai dan memelihara ciptaan dan lingkungan hidup mulai dari keluarga-keluarga. Mengelola limbah dan sampah rumah tangga dengan semestinya tanpa membebani orang lain merupakan wujud iman akan Allah Pengasih. Memelihara lingkungan hidup di sekitar kita sehingga tetap asri dan nyaman untuk dihuni oleh setiap anak-anak Tuhan menegaskan keikutsertaan kita untuk �menciptakan� dunia ini bersama Allah Pencipta.

Saudari-saudara, anak-anak yang terkasih, pada saat membaca seruan ini, hidup tidak seindah pelangi, suasana di sekitar kita tidak seterang sinar matahari pagi. Sebaliknya ada banyak penderitaan dan kemalangan, kegagalan dan kepahitan, kebencian, permusuhan  dan peperangan. Tetapi Dia yang menciptakan dan mengasihi kita memberikan jaminan, �Ya, Aku segera datang�. Maka dengan iman mantap dan sukacita kita berseru, �Amin, datanglah Tuhan Yesus� (Why 22:20). Selamat memasuki masa Adven dan merayakan Natal. Salam sejahtera dan berkat Tuhan menyertai Anda sekalian.


Banjarmasin, pada peringatan Martir-Martir Vietnam,
24 November 2012

Mgr Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin

Sunday, December 23, 2012

Apakah Perayaan Natal Diadopsi Dari Perayaan Pagan Kekaisaran Romawi Kuno?


Tanggal 25 Desember sendiri dimana kita umat beriman sekalian merayakan Natal adalah hasil dari usaha para Bapa Gereja purba berdasarkan perhitungan kalender untuk mencari tahu mengenai tanggal kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perayaan pagan. Tetapi, banyak sekali umat Kristen seperti gereja Yesus sejati dan juga non-Kristen menganggap bahwa perayaan kelahiran Tuhan pada tanggal 25 Desember adalah sebuah bentuk adopsi terhadap perayaan pagan dari Kekaisaran Romawi kuno. Bahkan pernah suatu kali saya menemukan sejumlah umat non-Kristen menuduh Kaisar Santo Konstantinus Agung menetapkan pada Konsili Nicea 325 M supaya Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember sebagai bentuk adopsi terhadap perayaan pagan ke dalam Kekristenan. Mengapa bisa seperti ini?

Pertama, Konsili Nicea yang merupakan Konsili Ekumenis pertama pada tahun 325 M sama sekali tidak pernah membahas tentang perayaan Natal.

Kedua, Natal bukanlah sebuah perayaan yang diadopsi dari perayaan pagan Kekaisaran Romawi kuno.

Pendapat bahwa Natal diadopsi dari perayaan pagan muncul pertama kali pada abad ke-17 dari denominasi Protestan aliran Puritan di Inggris dan Presbiterian di Skotlandia. Kemudian, seorang pendeta Protestan bernama Paul Ernst Jablonski yang berasal dari Bangsa Jerman mendukung pernyataan dua denominasi di atas dengan mengatakan bahwa perayaan Natal adalah perayaan pagan yang diadopsi oleh Kekristenan.

Menurut dia, Natal diadopsi dari dua perayaan pagan, Perayaan Saturnalia untuk menyembah Dewa Saturnus dan Dies Natalis Solis Invicti (Birth of Unconquered Sun / Kelahiran Matahari tak tertaklukkan).

Perayaan Dies Natalis Solis Invicti  adalah perayaan pagan romawi yang paling sering dijadikan dasar tuduhan bahwa Natal diadopsi dari perayaan pagan. Tuduhan ini sama sekali tidak memiliki substansi sejarah mengingat Natal telah dirayakan secara sederhana di katakombe-katakombe sejak abad-abad awal. Perayaan Dies Natalis Solis Invicti ini justru adalah perayaan pagan yang ditetapkan untuk menandingi perayaan Natal Gereja Perdana (Gereja Katolik).

Kaisar Aurelianus yang memerintah dari tahun 70 M hingga tahun 75 M sangat membenci Kekristenan. Dia menetapkan Dies Natalis Solis Invicti pada tanggal 25 Desember 274 sebagai hari dimana dewa matahari lahir.

Perayaan Saturnalia adalah perayaan romawi kuno untuk penyembahan terhadap Dewa Saturnus. Pada permulaan bulan Desember, para petani sudah harus menyelesaikan segala aktivitas pertanian musim gugur dan setiap orang harus menyembah dewa Saturnus tanpa terkecuali. Pada tanggal 17 Desember hingga 23 Desember itulah secara resmi perayaan ini diresmikan untuk dirayakan. Kaisar Augustus menguranginya menjadi tiga hari dan Kaisar Kaligula menambahkannya menjadi lima. Terakhir, Kaisar Klaudis mengembalikan perayaan ini seperti semula. Nah coba anda lihat adakah tanggal 25 Desember ?

Penetapan perayaan pagan pada tanggal 25 Desember 274 ini oleh Aurelianus hanya sekedar menandingi hari raya Natal yang ditetapkan oleh Gereja Katolik. Natal merupakan hari dimana Kristus lahir untuk membebaskan umat manusia dari lumpur dosa! Natal sama sekali bukan perayaan pagan yang diadopsi ke dalam Kekristenan!

Blog Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat hari raya Natal 2012 dan menyongsong tahun baru 2013, jadikanlah momen Natal ini sebagai waktu kita berkumpul bersama orang yang kita cintai dan mengucap syukur atas rahmat Allah pada tahun ini dan memohon penyertaanNya pada tahun 2013 nanti dan semoga kita semakin meresapi cinta kasih Allah bagi kita semua hingga Ia rela turun kedunia.

"Juruselamat kita yang tercinta telah lahir hari ini: mari kita bersukacita. Karena tidak tempat yang layak untuk kesedihan ketika kita merayakan hari kelahiran Sang Kehidupan yang menghancurkan ketakutan akan kematian dan membawakan kita sukacita keabadian terjanji." - Paus Santo Leo Agung

Dominus Illuminatio Mea 

Asal-usul Hari Raya Natal


Gereja Katolik menetapkan tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal untuk merayakan Hari Raya Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Gereja Katolik sendiri yang merupakan Gereja purba, telah merayakan Natal sejak abad-abad pertama Gereja Katolik hadir.

Bapa Gereja Teofilus, Uskup Caesarea di Palestina (115-181 M), mungkin adalah orang pertama yang secara eksplisit memberikan pernyataan mengenai Natal: 
�Kita harus merayakan hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 25 Desember yang akan berlangsung.� [Magdeurgenses, Cent. 2.c.6. Hospinian, de Origin Festorum Christianorum]
Pada awal abad ke-5 seorang Santo dari kota Konstantinopel bernama St. Yohanes Kassianus, pergi ke Alexandria (Mesir) untuk mempelajari peraturan-peraturan biara di sana. Antara tahun 418 hingga 425, dan setelah ia mengamati Gereja yang ada disana, barulah St. Yohanes Kassianus menulis laporan pengamatannya pada sekitar tahun 418.  Dia memulis pada masa tersebut sejumlah Uskup yang ada disana kita menganggap Pesta Epifani (Penampakan Tuhan) sebagai hari kelahiran Tuhan dan tidak ada perayaan terpisah dalam menghormati kelahiran Tuhan. Dia menyebut hal ini �tradisi kuno�. Kebiasaan lama ini segera memberi jalan bagi tradisi baru.  Natal sendiri telah diperkenalkan di Mesir sekitar 418 dan 432 M dan peristiwa ini menjadi bukti kuat.

St. Hipolitus dari Roma, seorang yang dulunya adalah seorang anti-Paus pada masa penggembalaan Paus St. Zephyrinus, Paus St. Kallistus I, Paus St. Urbanus I dan Paus St. Pontianus, juga menyatakan bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember:
Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, [terjadi] ketika Ia lahir di Betlehem, eight days before the kalends of January (25 Desember), hari keempat (Rabu) dalam minggu ketika Augustus (kaisar Romawi) dalam 42 tahun [pemerintahannya] tetapi dari Adam 5500 tahun. Ia (Yesus) menderita pada [usia] 33 tahun, eight days before the kalends of April (25 Maret), tahun kelimabelas Kaisar Tiberius ketika Rufus dan Roubellion dan Gaius Caesar, untuk keempat kalinya, dan Gaius Cestius Saturninus menjadi konsul [di Roma]. (St. Hippolytus of Rome (c. 225 AD), Commentary on Daniel 4.23.3)
St. Yohanes Krisostomos, seorang Pujangga Gereja dan juga seorang Uskup yang terkenal akan kehebatan khotbahnya, pada tanggal 20 Desember pernah berkhotbah di Antiokhia, yang mengajak umat beriman untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Dia mengusulkan kepada para umat beriman untuk menghormati dan merayakan Natal dengan tiga dasar: Pertama, Natal adalah sebuah perayaan Kristiani yang mampu menyebar dengan pesat diberbagai daerahKedua,  waktu pelaksanaan sensus pada tahun kelahiran Yesus dapat ditentukan dari berbagai dokumen kuno yang tersimpan di kota Roma; Ketiga, waktu kelahiran Tuhan Yesus dapat dihitung dari peristiwa penampakan malaikat kepada Zakarias, di Bait Allah. Zakarias, sebagai Imam Agung, masuk ke dalam Tempat Mahakudus pada Hari Penebusan Dosa Yahudi (The Jewish Day of Atonement). Hari tersebut jatuh pada bulan September menurut kalender Gregorian. Enam bulan sesudah peristiwa ini, malaikat Gabriel datang kepada Maria dan enam bulan kemudian Yesus Kristus lahir, yaitu pada bulan Desember. Santo Yohanes Krisostomos, mengatakan dengan jelas bahwa pada masa tersebut, ketika perayaan Natal diperkenalkan di Timur, Natal telah dirayakan di kota Roma lebih dulu yang merupakan Kepatriakan urutan nomor 1 dalam Gereja perdana.