Thursday, September 19, 2019
Kisah nyata perjalanan Rohani.. MAJED EL SHAFIE
KESAKSIAN
Kisah nyata perjalanan Rohani.. MAJED EL SHAFIE
Saya terlahir di sebuah keluarga non-Kristen yang sangat terpandang di Kairo, Mesir. Bapak dan saudara laki-laki saya adalah para penasehat hukum dan paman saya bekerja sebagai Hakim Mahkamah Agung, saya sendiri seorang mahasiswa hukum.
”Ketika kamu lahir dalam sebuah keluarga seperti ini, kamu memiliki banyak buku tentang hukum, keadilan dan kebebasan"
Majed mengawali kesaksiannya.
Pada tahun ketiga kuliah ilmu hukum di Alexandria, saya terkejut mengetahui adanya hukum yang melarang pembangunan gedung-gedung gereja.
Dan hukum itu juga melarang merenovasi bangunan-bangunan gereja kuno.
Orang-orang Kristen Mesir diperlakukan lebih buruk dari masyarakat kelas dua.
Terpukul oleh ketidak toleransian yang tidak masuk akal ini, saya mulai bertanya-tanya tentang ajaran agama nenek moyang saya.
”Mengapa ada penganiayaan terhadap pengikut ajaran Kristen, apa sih sebetulnya kesalahan mereka?”
Sebagai seorang calon sarjana hukum, dan dibesarkan dalam keluarga yang paham dengan masalah hukum, maka saya berkesimpulan :
"Ada politik jahat yang sedang mencoba menutupi sesuatu".
Pencarian keadilan dan kebenaran mulai berlangsung dalam jiwa saya sebagai seorang mahasiswa hukum.
Lalu saya menghubungi sahabat saya, Tamer, ia seorang Kristen dan saya menanyakan pertanyaan yang sama kepada dia
“Tamer.. kenapa ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di negeri ini ..?”
Karena takut membuat persahabatan kami menjadi pecah karena pertanyaan saya tersebut, maka Tamer memberikan Kitab Suci-nya pada saya, dan berkata :
”Pada kitab ini, kamu dapat menemukan jawaban untuk setiap pertanyaan yang kamu inginkan".
Saya pun langsung mengambilnya dan membawanya pulang. Saat pertama kali membuka Kitab Suci, kitab Injil Yohanes pasal 8 bercerita tentang bagaimana Yesus Kristus menangani kasus seorang wanita yang tertangkap basah saat berzinah itulah yang saya buka,
”Saya temukan bahwa Kitab Suci itu berisi tentang keadilan, kasih, dan pengampunan, lebih dari sekedar tentang hukum".
”Ini adalah pertama kalinya saya melihat pengampunan sejati".
Sejak saat itu, saya memutuskan untuk membaca Alkitab bersamaan dengan kitab suci agama leluhur saya untuk membandingkan kebenaran sejati diantara keduanya.
Hampir setahun setelah saya pertama kali membaca Kitab Suci, saya memutuskan untuk menjadi orang Kristen, meninggalkan agama nenek moyang saya.
Orang yang pertama kali saya beritahu adalah sahabat saya, Tamer. Saya berkata..
”Tamer, saya sekarang tahu apa itu Kristen. Kristen itu bukanlah agama. Kristen bukanlah pergi ke gereja setiap minggu lalu bernyanyi “Haleluya (terpujilah BAPA SURGAWI) serta Putra tunggalnya Yesus Kristus, dan begitu lagi sampai minggu depan.
Kristen itu adalah hubungan khusus manusia dengan Tuhan. Maka saya percaya dan mau menerima Yesus ke dalam hati saya".
Saya akhirnya menjadi Kristen dan mulai ikut organisasi jemaat bawah tanah dan puji Tuhan, kami dapat memenangkan 24.000 jiwa dalam 2 tahun.
Sebenarnya ini gereja bawah tanah, sebab kami mengadakan ibadah di goa-goa di pinggiran kota Alexandria.
Sementara saya ikut memimpin gereja bawah tanah, saya seperti sedang berdiri berhadapan dengan 2 raksasa Goliat;
Yang pertama ialah hukum pemerintah yang tidak adil.
Dan yang kedua adalah ajaran dari agama nenek moyang saya, yang mereka pakai untuk membenarkan menganiaya para umat Kristen di Mesir.
Tahun 1998, pagi-pagi sekali 5 tentara dan 2 polisi mendobrak pintu rumah saya dan membawa saya ke kantor polisi untuk diintrogasi, polisi mencoba mendapatkan informasi, siapa saja nama-nama orang Kristen yang berhubungan dengan saya, tetapi saya menolak. Lalu polisi itu mengancam:
”Jika kamu ingin bermain keras, kami dapat bermain keras!”
Setelah itu, saya digiring ke Penjara Abu Za’abel di Kairo, suatu tempat terkenal di Timur Tengah sebagai ”Neraka di Bumi".
Saya dipenjara dengan tuduhaan membangkitkan revolusi, ditambah tuduhan lainnya yaitu: mencoba mengubah agama Mesir dari non-Kristen menjadi Kristen dan telah menyembah serta mengasihi Yesus Kristus, Juru selamat.
Di Abu Za’abal, nama dan indentitas saya diganti, agar keluarga dan organisasi kemanusian tidak bisa menemukan saya.
Ini adalah praktek umum petugas penjara rahasia di Mesir.
Saya ditempatkan di bagian bawah tanah. Mereka menyiksa saya 7 hari berturut-turut, setiap hari tingkat siksaan semakin berat.
Pada hari pertama, mereka bertanya siapa nama-nama rekan Kristen saya. Saya tutup mulut. Maka mereka membotaki kepala saya dan menguyur dengan air panas dan kemudian air yang sangat dingin. Namun, saya tetap diam.
Hari kedua, mereka menggantung saya secara terbalik, kaki di atas kepala di bawah. Dalam posisi ini saya dipukuli dengan ikat pinggang, disunduti rokok yang membara dan jempol kuku kaki saya dicabut dengan tang.
Saya tetap bertahan..
Hari ketiga, saya dibawa ke sebuah sel, sementara saya berada di sana dengan segala luka di tubuh. Mereka memasukkan 3 anjing ke dalam sel penjara tersebut. Anjing-anjing tersebut adalah binatang ganas, dilatih untuk menyerang tahanan dan memakan daging mereka.
Ketika saya melihat ke 3 anjing digiring ke kamar sel, saya pergi ke pojok sel dan duduk di situ menutup wajah dengan tangan menantikan penderitaan yang akan menimpa saya.
Anjing-anjing semakin dekat, namun tiba-tiba keajaiban terjadi. Saya tidak mendengar suara-suara anjing itu. Saya tidak mengerti, apa yang sedang terjadi, ketika saya mengangkat kedua tangan dari muka saya untuk melihat apa yang sedang terjadi.
”Ternyata ke 3 anjing tersebut hanya duduk-duduk saja, sekalipun tuan mereka memerintahkan dengan paksa untuk menyerang saya.
Merasa tidak percaya apa yang mereka saksikan, mereka membawa ke 3 anjing itu keluar dan meminta kepada rekannya 3 anjing yang lain. Ternyata peristiwa mukjizat itu berulang lagi, bahkan seekor anjing menghampiri saya dan mulai menjilati diri saya.
Mereka melihat mukjizat Tuhan di depan mata mereka sendiri terjadi pada diri saya.
Hari keempat, petugas nomor 27, orang yang tinggi besar, memasuki sel dan berkata:
“Dengarkan, berikan nama-nama temanmu dan saya akan melepaskanmu. Saya akan berikan kamu apa saja yang kamu mau, rumah besar, mobil baru, wanita-wanita cantik! Akan saya berikan..!
”Saya terima tawaran!” jawab saya, namun pertama-tama, saya belum makan selama 3 hari, bawalah makanan dan setelah itu kita bicara.”
Saya pun mendapat makanan.
”Sekarang kamu beri tahu saya nama orang-orang yang bekerja denganmu?” petugas itu berkata.
”Dengar, kelompok kami ini sangat besar. Saya tidak bisa memberikan semua nama mereka, dan saya sendiri tidak bisa mengingat semuanya.
Namun, saya akan memberikan nama ketua kami kepadamu. Kamu bisa tangkap dia dan dia bisa memberikan dengan tepat nama semua anggota".
”Oh, saya pikir kamu adalah pemimpinya".
”Bukan tuan.. saya hanyalah seorang pelayan,”
”Nama ketua kami adalah Yesus Kristus. Jika anda bisa menangkap-Nya, tangkap saja"
Penjaga itu sangat murka. Lalu melempar saya ke tembok dan memerintahkan rekannya untuk membawa saya ke ruang lain untuk disalibkan.
“Dalam penghinaan terakhir, para penjaga merobek pakaian saya, lalu mengikat kedua tangan dan kaki serta leher saya pada sebuah balok salib dan membiarkan saya tergantung selama dua setengah hari. Diakhir 2,5 hari tersebut, mereka menggoreskan bahu sebelah kanan saya dengan pisau, lalu menaruh jeruk nipis dan garam pada daging yang robek tersebut".
Saya kehilangan kesadaran akan siksaan berat itu, dan ketika terbangun saya sudah berada di rumah sakit.
Ketika baru tersadar saya merasa begitu kesakitan.
Saya sungguh kehausan saat itu, lalu dalam penglihatan malam, saya melihat Tuhan Yesus datang, ia memberi saya minum dari tangan-Nya dan berkata,
“Jika kamu minum air-Ku, kamu tidak memerlukan air yang lain..?”
Itu adalah pengalaman rohani luar biasa bagi saya.
Seminggu setelah kejadian itu saya pulih total. Seorang penjaga penjara di rumah sakit memberikan informasi, bahwa besok saya akan dieksekusi mati. Karena saya tahu akan hal itu saya memutuskan untuk melarikan diri melalui jendela belakang rumah sakit.
Berita tentang kaburnya saya segera menyebar dan pemerintah mengumumkan hadiah 100.000 Dollar bagi kepala saya. Wajah saya muncul di TV dan di koran-koran. Saya tahu bahwa saya tidak dapat tetap tinggal di Mesir lagi.
Dengan mengendarai jet ski milik teman, saya melintasi Laut Merah, lalu menyeberangi Padang gurun Sinai dan menyerahkan diri pada orang-orang Israel. Di sana saya ditahan selama 16 bulan, sementara PBB dan Amnesty Internasional menyelidiki kasus saya dan pada akhirnya saya mendapatkan status pengungsi politik untuk berimigrasi ke Toronto, Kanada.
Semua ini telah mengubah kehidupan saya.
Saya tidak akan pernah menyerah..! Sebab saya tahu banyak orang sedang melalui hal yang sama dengan yang saya alami dahulu.
Setiap tahun, ratusan ribu orang Kristen mati dibunuh karena iman mereka dan inilah fakta..!
Kepada semua pemerintah yang menganiaya orang Kristen, saya.. Majed El Shafie berkata :
”Orang-orang Kristen yang teraniaya mati dan berjatuhan, mereka akan tetap tersenyum. Walau mereka mati dan ada di dalam sebuah tanah yang dalam, tetapi sesungguhnya mereka memegang lampu keabadian KERAJAAN SURGA. Kalian dapat membunuh pemimpin-pemimpin kami, namun kalian tidak akan dapat membunuh iman kami pada Tuhan Yesus Kristus.
Salam Damai " SINGALAYANG"
TUHAN YESUS MEMBERKATI
Kisah nyata perjalanan Rohani.. MAJED EL SHAFIE
Reviewed by JMG
on
September 19, 2019
Rating: 5