Wednesday, February 26, 2020
Aku menjual imanku hanya karena seorang laki-laki yang saat ini menjadi suamiku!
Saat Bang Ramadan melamarku, dia berjanji bahwa aku mengikuti keyakinannya hanya pada saat Ijab Kabul, setelah itu aku bisa tetap menjadi orang Kristen.
Aku percaya pada ucapannya, ya… cinta membuatku BUTA !
Tapi janji hanya tinggal janji !
Setelah menikah dengan keras dia melarangku untuk pergi kegereja ! Jangankah kegereja, mendengar lagu rohani atau membaca Alkitabpun tidak diperbolehkan, belum lagi Ibu mertuaku sering kali membanding2 aku dengan menantu-menantunya yang lain; aku dikatakan kafir karena beragama Kristen dan kondisi ini tidak hanya mempengaruhi diriku tapi bang Ramadan juga tertekan dengan sikap keluarganya itu.
Sekali waktu aku kedapatan membaca Alkitab, tanpa berkata apa-apa dia mengambil Alkitab yang ada ditanganku dan membakarnya didepan mataku!, bahkan dia mengancam akan menceraikanku jika melihatku membaca Alkitab atau mendengar lagu rohani.
Dalam kondisi seperti ini aku butuh teman untuk mendengar keluh kesahku, tapi aku tidak punya siapa-siapa.
Apa kata mama, papa dan adik-adikku kalau mereka tau betapa tersiksanya aku.
Sering kali aku menangis jika mengingat kebodohanku ini !
Saat berpacaran Bang Ramadan begitu baik, pengertian dan sabar, tak jarang dia mengantarku ke gereja untuk mengikuti kegiatan gereja; tidak hanya itu, terkadang dia ikut masuk dan duduk dikursi paling belakang, karena itulah aku percaya saat dia melamarku dan berjanji setelah menikah kami berjalan sesuai keyakinan masing-masing.
Satu tahun setelah kami menikah, kami dikarunia Tuhan seorang putri, namanya Siti Aminah. Sebenarnya aku tidak setuju nama yang di berikan untuk putriku, tapi kembali aku tak mampu merubah keputusan bang Ramadan, apalagi nama itu pemberian Ibu mertuaku.
Karir pekerjaan bang Ramadan semakin hari semakin meningkat, selama 3 tahun pernikahan kami sudah berapa kali dia di promosikan dan dikirim ke luar negri; rencananya dalam waktu dekat ini perusahaan akan kembali mengirimnya ke Australia selama 2 minggu.
Aku percaya ini bagian dari rencana Tuhan dalam hidupku, karena saat suamiku tidak di rumah selama 2 minggu itu, Tuhan menegurku untuk berbalik kepada-Nya setelah tiga tahun hidup dalam kebimbangan.
Walau sikap suamiku sering melukai hatiku, tapi baru ditinggal dua hari aku merasa kehilangan. Untuk menghilangkan rasa sepi aku dan Siti jalan ke Plaza, dia sangat senang melihat permainan yang ada di Time Zone.
Ketika di mall itu, kakiku terhenti tepat di sebuah toko munggil, toko yang dulu sering aku kunjungi bersama Mama, tapi itu sudah lama berlalu!!!
Aku sangat ingin sekali masuk ke toko itu tapi ada rasa tidak pantas masuk kedalam toko itu.
Saat bingung itu, tiba-tiba aku mendengar bisikan dihatiku, “masuklah anakKu, kenapa engkau ragu”?
Aku sangat yakin kalau Roh Kuduslah yang berbicara padaku
Setelah melihat kanan-kiri, dan yakin tak ada orang yang aku kenal disekitarku, perlahan-lahan aku masuk ke Toko Buku & Kaset Rohani tersebut.
Walau pramuniaga menyambutku dengan ramah, aku merasa asing didalam toko tersebut.
Sesaat mataku tertuju pada sebuah Alkitab mungil, dengan ragu-ragu aku ambil dan mulai membukanya.
Aku tidak tau, apa yang membuatku nekat siang itu, aku membeli Alkitab tersebut dan beberapa buah CD lagu rohani.
Aku sadar penuh, kalau suamiku tau apa yang aku lakukan siang ini, dia pasti akan marah atau bahkan menceraikanku seperti ancamannya beberapa tahun yang
lalu.
Setibanya dirumah, aku memasang CD lagu rohani yang baru aku beli; ada rasa damai dihatiku, ada suka cita yang memenuhi relung hatiku, sesuatu yang sudah lama hilang dalam hidupku.
Untuk pertama kalinya setelah 3 tahun menikah, aku kembali memegang Alkitab; aku gemetar dan tak kuasa menahan tangis, aku mulai membaca Alkitab baruku dan mencoba mengingat-ngingat ayat favoritku ketika masih aktif digereja.
Mataku terhenti di ayat ini, tak kuasa aku menahan tangis, rasanya terlalu lama aku melukai Tuhan Yesus.
Kisah Para Rasul 4:11 "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan — yaitu kamu sendiri –, namun ia telah menjadi batu penjuru".
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
Aku tidak ingin kehilangan suamiku dan putriku, jika aku berontak suamiku tidak hanya marah tapi akan menceraikanku dan mengambil anakku satu-satunya.
Kemarin malam bang Ramadan telephone dan mengatakan kalau dia pulang lebih awal dari yang direncanakan, ternyata dalam waktu sepuluh hari dia bisa menyelesaikan tugas yang diberikan perusahaan padanya.
Satu sisi aku ingin kembali kepada Kristus, tapi satu sisi lagi aku takut kehilangan orang-orang yang aku cintai, dan seandainya aku di usir dari rumah, kemana aku harus berlindung karena aku malu untuk pulang kerumah papa-mamaku yang dulu tidak aku gubris nasehat-peringatan mereka.
Akhirnya suamikupun pulang ke Indonesia.
Untuk menghindari pertengkaran semua lagu-lagu rohani dan Alkitab yang baru aku beli, aku simpan di gudang, aku tidak mau untuk kedua kalinya suamiku membakar-nya.
Satu minggu pertama setelah suamiku kembali kerumah, aku masih mencoba bertahan untuk tidak mengungkapkan keinginanku untuk menagih janjinya yang tertunda, yaitu bahwa aku bebas menjalankan keyakinanku.
Yang membuat aku bingung untuk melangkah, aku melihat dia berubah, menjadi lebih perhatian dan penyabar sekembalinya dari Australia itu.
Namun semakin aku mencoba melawan hasratku untuk mengutarakan keinginanku, semakin besar stressku ; aku gelisah! Gimana ngak stress . . . hampir tiap malam aku mimpi yang mengingatkanku untuk balik kepada Kristus.
Satu bulan aku bergumul, aku berdoa dan berpuasa meminta kekuatan dari Tuhan, dan aku berpegang pada Firman Tuhan yang mengatakan, ...“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”! (Kisah Para Rasul 16:31)
Aku yakin dan percaya suatu saat Tuhan akan menjamah suamiku dan melunakkan hatinya.
Menjelang malam, sepulang dari kantor suamiku bilang dia mau bicara hal penting.
Aku jadi ketakutan sendiri, pikirku apakah suamiku tau saat dia pergi aku mendengarkan lagu rohani dan membaca Alkitab? atau jangan-jangan dia menemukan Alkitab atau CD rohani yang aku simpan digudang?
Aku cukup kenal sifat Bang Ramadan, aku bisa membaca dari raut wajahnya kalau dia sedang ada masalah di kantor, aku tau kalau dia sedang marah tapi berusaha menahan diri.
Sebenarnya bang Ramadan adalah pribadi yang baik, kalaupun selama ini dia melarangku ibadah di gereja, itu karena tekanan dari keluarganya, karena adik-adiknya semuanya menikah dengan wanita yang berkerudung, dan sebagai anak lelaki tertua dia malu istrinya beda dengan istri adik-adiknya.
“Apakah mama bahagia menikah dengan papa”?,ini pertanyaan pertama bang Ramadan setelah kami duduk diruang tamu. Pertanyaan ini membuat aku bingung dan gugup, kenapa suamiku tiba-tiba bertanya ini.
Aku hanya mengangguk, aku harap anggukan sudah menjawab pertanyaannya dan pembicaraan selesai.
“Apakah mama tidak dendam karena papa pernah membakar Alkitab dan lagu-lagu rohani diawal kita menikah dulu’?, kembali bang Ramadan bertanya padaku.
Aku pikir inilah kesempatan untuk bicara padanya, “Pa, kalau mau jujur, aku sangat kecewa ketika dilarang mendengar lagu rohani, apalagi Alkitab yang aku baca papa rampas dan dibakar didepan mataku, padahal sebelum menikah kita sepakat untuk menjalankan keyakinan masing-masing kan ? Tapi aku sangat mengasihi papa dan Siti dan aku tahu bahwa papa pun sangat mengasihi mama.
Keadaan yang membuat papa bersikap kasar padaku ini, karena tekanan keluarga yang membuat papa tega melukaiku, padahal aku tau kalau papa sangat cinta padaku”.
Lidahku jadi kelu, saat suamiku bersimpuh, bahkan mencium kakiku!
Bang Ramadan menangis!!!, bang Ramadan minta ampun karena melukai hatiku selama tiga tahun pernikahan kami. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku menangis, masih dengan tersedu-sedu dia berkata, “Saat aku di Australia, Ridho menelphonku, (Ridho adik bungsu suamiku, dan istrinya adalah menantu kebanggaan Ibu mertuaku, dia tidak hanya cantik tapi juga kaya dan selalu pembawaannya lemah lembut dan bertutur kata sopan), Ridho berniat untuk menceraikan istrinya, karena kedapatan selingkuh dengan rekan bisnisnya.
"Terus terang Papa malu pada mama, yang selama ini papa selalu banding-bandingkan mama dengan istri adik-adikku yang kelihatan saleh, tunduk pada suami, rajin sholat tapi ternyata kelakuan mereka tidak sesuai dengan apa yang kelihatan itu, belum lagi Ibu sering membandingkan mama dengan menantu-menantu lainnya dan ternyata tidak hanya istri Ridho yang bermasalah, minggu lalu istri Fadli juga di tangkap polisi karena ketahuan memakai Narkoba bersama teman-temannya”.
Setelah agak tenang dan mulai bisa mengendalikan emosi, Bang Ramadan mengambil sesuatu dari lemari, dan memberikannya padaku.
Mataku terbelalak, ternyata isi dari amplop besar itu adalah Alkitab yang aku simpan digudang satu bulan yang lalu.
“Papa menemukan Alkitab ini, saat mencari barang bekas di gudang; mama jangan takut karena mulai saat ini mama bebas mendengar lagu rohani, membaca Alkitab atau kalaupun mama mau pergi ke gereja dengan Siti, papa tidak akan melarang"; ini rumah mama, jadi berbuatlah sekehendak mama, papa tidak akan melarang kalau apa yang mama lakukan membuat mama bahagia”.
Aku tidak mampu berkata-kata,
Apa yang aku alami malam ini seperti mimpi!!!, Seperti Firman Tuhan katakan, “Tuhanlah yang berperang bagi orang yang berharap dan berbalik padaNya”.
Aku memeluk suamiku dan kami menangis bersama dan minta maaf karena selama ini kami ijinkan orang lain mengatur kehidupan rumah tangga kami, dan tanpa kami sadari semua itu melukai hati pasangan.
Untuk pertama kali setelah tiga tahun membina rumah tangga, aku pergi kegereja, tidak hanya aku yang semangat tapi putriku pun kelihatan suka cita, sepertinya dia tau kalau mamanya sangat bahagia.
Yang membuatku heran Bang Ramadan yang rencananya mengantar kami ke gereja juga berpakaian sangat rapi, tapi aku tidak banyak tanya, jangan sampai pertanyaanku membuat dia berubah pikiran.
Saat aku hendak turun dari mobil, bang Ramadan memegang tanganku, dan dengan tatapan penuh harap dia berkata, “Ma, apakah papa layak bertemu Tuhan Yesus”?....
#Selamat hari Minggu..
Kisah Nyata dari seorang teman WAG
Aku menjual imanku hanya karena seorang laki-laki yang saat ini menjadi suamiku!
Reviewed by JMG
on
February 26, 2020
Rating: 5