IMAN DAN CORONAVIRUS*
Untuk teman-teman seiman, mari kita ikuti dan taati anjuran pemerintah. Jangan pakai Firman Tuhan out of context untuk membenarkan diri.
Coba renungkan skenario (parodi) ini:
Misalkan nih Anda orang yang imannya kuaaat sekali. Bisa mindahin gunung dan lebih besar dari biji sesawi. Anda punya doa khusus penolak bala sakit penyakit . Jadi waktu terpapar virus apapun, virusnya tidak mempan masuk ke tubuh kamu. Oleh sebab itu, kamu kebal coronavirus, Puji Tuhan.
Tapi kemudian coronavirus nempel di tangan dan baju kamu. Kemudian kamu jabat tangan orang lain yang imannya kurang besar dan tidak pernah berdoa. Akhirnya orang itu terinfeksilah dengan virus.
Temanmu itu masih muda dan kuat seperti kamu, jadi walaupun sakit cepat sembuhnya. Tapi temanmu masih tinggal serumah dengan papa mamanya yang sudah tua. Mamanya masih kuat jagain cucu meskipun punya riwayat asma kronik. Papanya juga masih punya semangat hidup yang tinggi meskipun jantungnya sudah dipasangi ring. Kedua orangtua yang tidak pernah kemana-mana itu akhirnya terjangkit juga virus.
Beberapa hari kemudian mereka pun jatuh sakit. Mereka kesulitan bernafas dan karena daya tahan tubuh melemah, terjadi sepsis (minjem istilah Dr. Terawan). Virus itu akhirnya mematikan mereka.
Sementara itu kamu melanjutkan hidup seperti biasa. Bertemu banyak orang kamu anggap pelayanan. Pulang ke rumah sudah malam, kamu mandi dan tidak lupa sebelum tidur berdoa. Di doa kamu sebut-sebut lagi Maz 91, kamu juga berterima kasih pada Tuhan karena meski dunia heboh dan orang-orang panik kamu tetap tenang. Kamu memuji Tuhan karena kuasanya meluputkankan kamu dari penyakit. Tak lupa kamu pasang status di FB untuk mencela gereja online sebagai sesuatu yang sesat dan hanya untuk orang yang tidak beriman.
Pagi harinya Mbak di rumah ambil baju kotor yang kamu pakai kemarin dan dicucinya. Sebelum dicuci baju itu diraba-raba dulu untuk mencari jangan-jangan ada uang yang terselip. Si Mbak kebetulan punya diabetes dan darah tinggi yang tidak pernah diketahuinya. Uang terselip yang dicarinya ternyata gak ada karena kamu memang bokek, tapi virus yang tadinya nempel di baju itu pindah ke badan dia. Beberapa hari kemudian si Mbak jatuh sakit. Ia pun ngalamin komplikasi. Waktu ke rumah sakit, ia ditolak karena rumah sakit penuh. Ternyata BPJS si Mbak gak punya, dan kamu pun tidak pernah daftarin dia.
Kamu yang beriman terus optimis dan berkeliaran seakan-akan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu di pihak kamu. Tanpa sadar kamu telah menyebabkan kecelakaan bagi orang lain.
Mazmur 91:3 , berkata "Sungguh dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk..." Sayang, tidak lebih jauh menyebut tentang Mbak kamu yang punya kepercayaan lain, dan orangtua teman kamu yang belum percaya Tuhan.
Firman Tuhan bukanlah mantra yang bisa kita gunakan untuk menjustifikasi sikap ignorant kita. Firman Tuhan itu ada konteksnya dan tidak berlaku absolut. Hanya Tuhan yang tahu mengapa seorang sakit dan yang lain tidak, padahal doanya sama.
Mari anggap kejadian luar biasa ini juga terjadi atas seijin Tuhan. Dari setiap masalah, kesulitan, tragedi, ada rencana Tuhan dibalikknya. Tujuannya supaya kita lebih dewasa. Ujian akan membuat kita semakin kuat dan rendah hati.
Banyak sekali yang bisa kita pelajari lewat musibah global ini:
1. Kita berharap pada Tuhan dan menggantungkan hidup kita padaNya.
2. Hidup di dunia ini demikian rapuh. Hiduplah dengan baik dan jadi berkat.
3. Kita belajar solidaritas dan compassion. Kita bukan hanya orang beriman tapi kita juga adalah warga negara Indonesia. Itu adalah anugerah.
4. Kita belajar skills untuk bertahan hidup. Belajar masak untuk orang serumah walau bahan terbatas. Kreatifias muncul ketika sumber daya terbatas.
5. Kita akhirnya dekat dengan anggota keluarga lain yang jarang ketemu. Keluarin lagi tuh ular tangga dan monopoli.
6. Kita yang gaptek mau gak mau belajar untuk bisa hidup online. Puji Tuhan, inilah keahlian 21th Century yang harus kita kuasai, yang kalau tidak terpaksa kita gak mau belajar.
7. Kita belatih sabar dan self-regulation. Tadinya gak bisa diam, apa-apa maunya instan, eh sekarang harus nahan diri.
8. Dulunya gak ngerti tapi sekarang kita belajar tentang kebersihan dan menjaga kesehatan untuk menangkal penyakit.
9. Ilmu pengetahun kita tentang macam-macam virus, penyakit dan penularannya lebih luas lagi. Suatu saat nanti akan berguna.
10. ??? (Your own case)
Mari praktekkan iman kita bersama-sama dengan orang yang sepaham, dengan rekan seiman dan keluarga. Tapi ketika kita berada di tempat umum, jadikan iman kita antara kita dan Tuhan saja. Di public place pikirkan keselamatan orang lain. Jangan behenti berdoa tapi jauhi dulu orang banyak.
*Nancy Dinar Mewengkang*to