(Bacaan: Kej. 3:1-8; Mrk. 7:31-37)
Bacaan hari ini penuh makna yang menarik untuk kita renungkan.
Semua yang diciptakan Tuhan itu pada awal mula baik adanya, termasuk manusia. Mereka hidup bahagia, suci tanpa dosa, tidak merasa malu meski dalam keadaan telanjang. Namun, kini dosa masuk ke arena kehidupan itu.
Perikop hari ini bercerita tentang Kejatuhan Manusia, si Laki-laki dan si Perempuan. Ularlah (yaitu Iblis) biang keladinya. Dikatakan, Ular itu yang paling cerdik di antara segala binatang.
"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Pertanyaan Ular ini merupakan pelintiran dari perintah Allah (bdk. Kej 2:16-17), untuk memprovokasi si perempuan agar menanggapi ajakan dialognya. "Buah pohon- pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati," perempuan itu mengulang perintah Allah, tetapi menambahkan pelintirannya sendiri. -- Dosa berawal dengan memelintir kebenaran sehingga terasa kabur dan lemah.
Ular membantah adanya risiko kematian bila memakan buah itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Sebaliknya, “kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”. “Menjadi seperti Allah” berarti “tidak akan mati” melainkan abadi. Perempuan itu pun tergiur. Selain memberi pengertian, buah itu “baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya.” -- Kita diingatkan bahwa: godaan selalu muncul dengan selubung kebaikan.
Balas dendam, korupsi, merendahkan orang, berbuat serong, misalnya, di dalamnya selalu ada “hal-hal baik” yang menarik kita.
Akhirnya kedua manusia memakan buah terlarang itu. Namun, keabadian yang didapat hanyalah keabadian relatif: manusia itu abadi lewat anak keturunannya, lewat warisan biologis dan sifat-sifat hasil didikannya, beserta seluruh suasana kedosaan itu. “Menjadi seperti Allah” (tahu yang baik dan yang jahat) itu dalam arti bahwa kini manusia mempunyai hak untuk menentukan sendiri apa yang baik dan yang jahat secara moral. Manusia lebih mengandalkan diri sendiri daripada mengandalkan Allah. Dengan berbuat dosa (melanggar perintah Allah) manusia tidak langsung mati secara fisik, tetapi relasinya dengan Allah kini putus: itulah kematian yang sebenarnya.
Manusia sekarang melihat bahwa mereka telanjang. Mereka malu, merasa bersalah dan takut bertemu dengan Allah (bersembunyi). Keadaan baik yang mereka nikmati selama ini pun hilang. Sebelumnya, di taman itu mereka menikmati hubungan mesra dengan Allah. Suasana itu rusak oleh karena dosa.
Dalam seluruh cerita ini tidak disebutkan siapa nama Laki-laki dan Perempuan itu. Memang, kisah ini tentang arketipe (model awal) manusia, Si Manusia, tentang semua manusia, termasuk kita-kita sekarang ini. Begitulah keadaannya ketika kita jatuh ke dalam dosa, ke dalam kekuasaan Iblis.
Dalam Injil diceritakan, Yesus berkeliling memberitakan Injil dan mengusir roh jahat serta menyembuhkan berbagai macam penyakit pada orang banyak. Pada masa itu orang beranggapan bahwa penyakit itu disebabkan oleh dosa dan pengaruh roh jahat pada diri seseorang. Maka, dengan menyembuhkan orang sakit dan yang kerasukan setan, Yesus menunjukkan bahwa Ia berkuasa mengampuni dosa, membebaskan orang dari kekuasaan roh jahat. Untuk itulah Putra Allah datang ke dunia. -- Kita bersyukur atas anugerah Sakramen Baptis dan Sakramen Tobat yang membebaskan kita dari kuasa dosa.
Dalam Injil hari ini dikisahkan, Yesus menyembuhkan “orang yang tuli dan gagap”. Ia menyentuh telinga dan lidah orang itu. “Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.”
Dalam Injil sering diceritakan, orang yang menyaksikan mukjizat dipesan “supaya jangan menceritakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.” Rasa takjub dan tercengang akan Yesus sungguh tak dapat ditahan. Maka di mana-mana mereka memberitakan, "Ia menjadikan segala-galanya baik.” -- Yesus memulihkan keadaan manusia yang telah rusak karena dosa.
“Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." Artinya, mukjizat yang dilakukan Yesus hari ini dimaksudkan untuk terjadi pada para pengikut dan para murid-Nya, termasuk para murid-Nya pada zaman sekarang. – Kita renungkan, Tuhan Yesus menyentuh telinga dan lidah kita, dengan sentuhan kasih, sentuhan pengampunan, sentuhan kehidupan.
Telinga kita perlu dibuka supaya dapat mendengarkan sabda Allah yang penuh kasih, penuh pengampunan dan kehidupan. Dan sesudah mengalami kuasa sabda Allah dalam hidup kita, kita tidak bisa tinggal diam saja. Bagi murid Kristus, seperti dalam Injil tadi, mendengar dan berbicara itu tidak dapat dipisahkan. Dengan berbagai bentuk dan cara, khususnya pada zaman Internet, baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan, kita mesti berbicara kepada dunia mengenai segala yang telah kita dengar dan kita alami.
Ya Bapa, sungguh agung karya penciptaan dan karya penyelamatan-Mu. Bantulah kami untuk membaharui cara mewartakan sabda-Mu. Semoga kami dapat menyuarakan kepentingan orang-orang yang tidak punya suara, dan berbicara lembut kepada saudara kami yang lemah dan berkekurangan. Amin.
Tahun Baru Imlek, momen penuh pengharapan. Selamat bagi yang merayakan. Selamat beraktivitas.Berkat TUHAN.-(Ragi)