POLA KEIMAMAN SEBELUM PL (SEBELUM DI SINAI)
Pada mulanya Allah mau setiap orang adalah imam bagi dirinya sendiri, hal ini terlihat sejak awal zaman. Baik Kainmaupun Habel diajarkan untuk menjadi imam di hadapan Allah secara langsung (Kej 4:3-4). Bahkan tercatat pada zaman Nuh, kepala keluarga (laki-laki) bertindak sebagai imam (Kej 8:20). Demikian pula pada zaman Abrahamsetiap kepala keluarga adalah “imam” bagi kelompoknya (Kej 12:7). Ia sendiri bertanggung jawab untuk mempersembahkan korban-korban (Kej 15: 9-10) dan upacara-upacara kudus (Kej 28: 18). Ia juga memberi berkat atas nama Allah (Kej 27: 27). Ishak, anak Abaraham pun melakukan hal itu (Kej 26:25). Yakub jugamempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya... (Kej 31:54). Ayub, yang diperkirakan hidup di sekitar zaman Abraham atau sebelumnya juga mempersembahkan korban bakaran (Ayub 1:5).
POLA KEIMAMAN DALAM PL (SETELAH DARI SINAI)
Dalam Keluaran 19:6 Allah menyatakan rencanaNya untuk menjadikan bangsa Israel sebagai kerajaan imam. “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus . Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." Kerajaan imam adalah suatu kerajaan dimana semua penduduknya adalah imam.
Tetapi bangsa Israel tidak berani menghadap Tuhan secara langsung, karena takut. Mereka menyuruh Musa untuk mewakili menghadap Tuhan (Kel 20:18-19). Ditambah ketika Musa naik ke bukit, bangsa Israel malah menyembah berhala, sehingga dalam murkaNya Tuhan berkata : “Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka (bangsa Israel) dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau (Keturunan Musa, kaum Lewi) akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." (Kel 32:10). Sejak itulah adanya ‘hierarki rohani’. Tuhan mengangkat Harun dan anak-anaknya untuk jabatan imam, suatu jabatan yang bertugas sebagai perantara bangsa Israel dan Allah. “Itulah bagian Harun dan bagian anak-anaknya dari segala korban api-apian TUHAN pada hari mereka itu disuruh datang untuk memegang jabatan imam bagi TUHAN.” (Im 7:35). Kaum Lewi ditunjuk untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan di RumahNya (Bil 1:47-54; 8:14-15).
Sistem Hierarki rohani bangsa Isarel ini berlangsung selama kurang lebih 1.500 tahun. Dan terjadi kemerosotan moral terutama setelah bangsa Israel dari pembuangan. ‘Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1’ menggambarkan sebagai berikut “Di bawah Yosua dan Zerubabel 341 orang Lewi kembali (Ezra 2:36) dengan 4.289 anggota keluarga imam, dan 392 pelayan Bait Suci …Perbedaan antara jumlah imam yang terhitung besar dan jumlah orang Lewi yang terhitung kecil, mungkin penyebabnya ialah banyak orang Lewi mengambil kedudukan imam selama zaman Pembuangan itu. Karena kehilangan sokongan, para Lewi mengabaikan Bait Suci dan lari ke ladang-ladang mereka untuk mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri (Neh 13:10). …Mungkin pada kurun waktu ini imam-imam lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada tanggung jawab yang berdasarkan perjanjian untuk mengajarkan hukum Taurat (Mal 1:6; 2:4).”
POLA KEIMAMAN DALAM PB (GEREJA)
Pada zaman Tuhan Yesus di dunia, kondisi rohani para imam sangat memprihatinkan. Hanya beberapa orang saja yang dianggap masih murni, misalnya ayah Yohanes pembaptis yang bernama Zakharia (Luk 1:5,8). Dan menurut peraturan hukum Taurat, seseorang baru boleh menjadi imam, ketika berusia 30 tahun. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus baru melayani ketika berusia 30 tahun.
Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus adalah Imam Besar kita yang sesungguhnya. Dia adalah Imam Besar yang tidak berdosa dan tidak bernoda sama sekali. Berbeda dengan imam besar lainnya, Yesus hanya satu kali saja untuk selamanya mempersembahkan korban pendamaian kita dengan Allah, yaitu tatkala Ia mempersembahkan diriNya sebagai korban ketika mati tersalib di bukit Golgota. (Ibrani 7:26-27). Dialah Imam Besar sekaligus Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa manusia. Dalam Dialah kita telah didamaikan kembali dengan Allah dan beroleh kehidupan baru. Yesus Kristus adalah Imam besar Agung yang mewakili manusia menghadap Tuhan (Ibrani 9 : 11-14). Yesus berada di sebelah kanan Tuhan Bapa menjalankan fungsi sebagai Imam Besar mendoakan manusia (Ibrani 8 : 1).
Matius 21:43 boleh dianggap sebagai estafetnya kepercayaan Tuhan dari bangsa Israel kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah. “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Pada waktu itu kita masih belum tahu yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dengan “suatu bangsa pengganti”. Tetapi ketika Alkitab selesai ditulis, rasul Petrus mendapat pengertian bahwa yang dimaksudkan adalah jemaat atau gerejaNya (1 Pet 2:5). “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Pet 2:9). Dalam TL diterjemahkan “suatu imamat yang berkerajaan”. Jadi sebagai GerejaNya, kita terpanggil menjadi imam-imamNya untuk mempersembahkan tubuh dan hidup kita pada Tuhan (Roma 12:1; 6:12-13), untuk mempersembahkan “korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya” (Ibr 13:15), mempersembahkan perbuatan baik (Ibr 13:16a), menaikkan doa syafaat (1 Tim 2:1-2).
Bukan hanya sekarang tetapi hingga di Surga, Tuhan mau kita menjadi imam-imamNya “yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya” (Why 1:6) bahkan dalam Wahyu 5:10 dijelaskan “Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.” Nah, yang menjadi pertanyaan adalah apa bedanya para musisi Kristen dan jemaat Kristen kalau semuanya dianggap sebagai imam ? Apakah hanya mereka yang melayani di bidang musik dan mimbar saja yang layak disebut imam ? Dalam zaman Perjanjian Baru, sejak Roh Kudus turun di loteng Yerusalem, maka semua orang Kristen apapun profesi dan kedudukannya adalah imam Tuhan, hanya karunia dan panggilannya saja yang berbeda. Sehingga kita bisa menempatkan orang-orang yang bisa melayani di bidang musik rohani adalah orang-orang yang memang terpanggil sesuai dengan bakat dan karunia yang diberikan Tuhan. Jadi apakah tepat hanya para pelayan musik rohani yang bisa disebut sebagai para lewi ? Anda tentu bisa menjawabnya sekarang. (PRAISE # 21).
Sumber : www.majalahpraise.com